Seperti halnya dalam bidang sosial, menurut Ghandi (2018:268) mengungkapkan "Seseorang yang lemah tidak dapat memaafkan. Kemampuan untuk memaafkan hanyalah ada pada mereka yang kuat. Dan aku tidak tertarik untuk melihat apa yang dapat terjadi pada masa depan. Aku tertarik dengan masa kini. Tuhan tidak memberiku kendali terhadap apa yang dapat terjadi sesaat lagi". Dari uraian kutipan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kejujuran seorang Ghandi bahwa ia tidak dapat melihat masa depan. Ia tidak mengaku memperoleh bisikan dari siapa pun. Ia mengaku bahwa dirinya adalah orang biasa, tidak lebih penting dari orang -- orang yang derajatnya dari tingkat terendah, paling hina dan dina. Semua manusia sama di mata Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada perbedaan dari sisi manapun, oleh karena itu Ghandi selalu menghargai orang - orang di mana pun. Dengan adanya hubungan antar sesama manusia, maka rasa kepedulian tersebut akan muncul dengan sendirinya.
Kepedulian sosial yang dibangun oleh Ghandi kepada orang-orang sekitarnya dapat meningkatkan hubungan antar manusia menjadi lebih baik dan juga menimbulkan rasa empati terhadap sesama, sehingga didalam hubungan manusia dengan manusia lainnya bukan hanya sekedar tentang kepentingan, tetapi karna rasa kebersamaan, persatuan dan kepedulian yang tumbuh dengan baik dan mampu menghilangkan rasa egoisme.
Dalam bidang sosial negara, Mahatma Gandhi juga terkenal dengan tujuh prinsip sosial yang dibuatnya, ketujuh prinsip tersebut membahas tentang tidakan - tindakan yang harus dihindari karena dapat menghancurkan diri seseorang dan bahkan dapat menghancurkan sebuah negara. Adapun ketujuh prinsip tersebut diantaranya yaitu:
1. Kekayaan tanpa kerja
Menjadi kaya tanpa bekerja disini berarti mengacu pada praktik untuk mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, cukup dengan memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan nilai tambah.
2. Kenikmatan Tanpa Suara Hati
Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para pemimpin saat kini. Banyak orang percaya bahwa dirinya telah sukses, dan kemudian merasa bebas untuk melakukan apapun yang diinginkannya.
3. Pengetahuan tanpa karakter
Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang memiliki pemikiran sempit, jauh lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang tegas dan berprinsip.
4. Bisnis tanpa moralitas (etika)
Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah pihak untuk memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan itikad baik dalam bisnis adalah pilar dalam sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme.