Kners tentu sudah tak asing mendengar istilah "Buku adalah jendela dunia". Begitu juga dengan saya. Tetapi persisnya saya sudah lupa, kapan dan dimana pertama kali membaca atau mendengar istilah tersebut. Ya, namun tak apalah. Yang pasti kita dapat membenarkan istilah tersebut.
Membaca buku memang mengasyikan bagi sebagian orang Karena dengan membaca buku dapat menambah ilmu serta memperluas wawasan. Bahkan bisa juga sebagai pengisi waktu disaat luang.Â
Buku sebagai bahan bacaan akan mudah kita jumpai, baik di sekolah, di kantor, di kampus, di toko buku, atau di perpustakaan daerah wilayah tempat tinggal kita. di kota maupun di desa.
Begitu juga dengan masyarakat yang tinggal di desa singapure kecamatan kota agung kabupaten lahat, sumsel. Warga desa tak perlu jauh-jauh untuk bisa mendapatkan buku sebagai sumber pengetahuan, karena di desa ini telah ada ruang perpustakaan, yang berdiri disebelah kantor desa. Persisnya satu atap dengan kantor desa.
Tujuan didirikannya perpustakaan desa adalah untuk mengedukasi masyarakat dan menumbuhkan minat baca warga desa. Sejalan dengan peraturan menteri desa, PDTT melalui permendes 19/2015 yang memperioritaskan penggunaan dana desa untuk mengembangkan  perpustakaan desa.
Di perpustakaan ini Ada banyak buku dengan berbagai tema diantaranya, sosial, budaya, ekonomi, petanian, agama, politik dan masih banyak lagi. Dari pelajaran anak-anak sekolah hingga pengetahuan umum.Â
Warga bisa berkunjung untuk membaca berbagai buku yang ada atau meminjam untuk  dibawa pulang, dengan jangka waktu pengembalian yang telah di tetapkan. perpustakaan desa ini buka setiap hari dari pkl 08:00WIB hingga pkl 13:00WIB, kecuali hari minggu dan hari libur nasional.Â
Perpus desa ini dikelolah oleh aparatur pemerintah desa, yang mana perangkat desa akan merangkap tugas sebagai pustakawan demi menjaga dan melangsungkan jalannya perpustakaan. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya SDM sebagai pengelolah perpustakaan yang ada di desa.Â
Perpustakaan desa yang telah berumur sekitar 2 tahun ini, Masih terbilang sepi pengunjung. Dari data yang ada hanya belasan orang saja yang datang untuk meminjam buku, itupun sebagian adalah perangkat desa yang memang bertugas dikantor desa. Tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang ada didesa singapure ini, yang mana wilayahnya terbagi atas 4 dusun dengan jumlah KK diatas 300an.Â
Hal ini Sangat disayangkan, mengingat sarana yang dibangun dengan memanfaatkan dana desa serta dilandasi dengan tujuan yang sangat mulia, masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh warga desa.Â
Banyak faktor yang mempengaruhi sepinya pengunjung perpustakaan ini. Diantaranya:
1. kurangnya minat membaca buku. hal ini disebabkan karena belum adanya kebiasaan membaca buku dari orang-orang tua dahulu. Budaya membaca buku masih asing.
2. masyarakat lebih senang nonton tv. Tv dianggap lebih menarik daripada membaca buku. selain Sebagai sarana informasi, tv juga sebagai sarana hiburan pengisi waktu luang.
3. Sebagian beranggapan membaca buku tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini tentu dipengaruhi juga oleh faktor ekonomi, yang mana penduduk desa lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengolah alam sebagai petani demi memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
4. Kegiatan membaca buku dan Perpustakaan dianggap hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang masih sekolah saja. Ironisnya, melihat data yang ada, malahan anak-anak sekolah tidak ada yang berkunjung ke perpustakaan desa ini. Anak zaman sekarang lebih senang mengisi waktu dengan bermain hp, Membaca lewat hp, belajar Daring, atau sekedar bermain medsos dan game online.
Saya beranggapan faktor-faktor diatas tidak hanya terjadi pada satu desa saja. Saya yakin masih banyak desa lain yang mengalami nasib yang sama dimana perpustakaannya sepi dari kunjungan warga.
Melihat hal ini, tentu peran pemerintah dan juga penggiat-penggiat literasi sangat dibutuhkan agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh masyarakat. Sehingga dapat tercapai tujuan pembangunan yang sesuai dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H