Banyak faktor yang mempengaruhi sepinya pengunjung perpustakaan ini. Diantaranya:
1. kurangnya minat membaca buku. hal ini disebabkan karena belum adanya kebiasaan membaca buku dari orang-orang tua dahulu. Budaya membaca buku masih asing.
2. masyarakat lebih senang nonton tv. Tv dianggap lebih menarik daripada membaca buku. selain Sebagai sarana informasi, tv juga sebagai sarana hiburan pengisi waktu luang.
3. Sebagian beranggapan membaca buku tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini tentu dipengaruhi juga oleh faktor ekonomi, yang mana penduduk desa lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengolah alam sebagai petani demi memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
4. Kegiatan membaca buku dan Perpustakaan dianggap hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang masih sekolah saja. Ironisnya, melihat data yang ada, malahan anak-anak sekolah tidak ada yang berkunjung ke perpustakaan desa ini. Anak zaman sekarang lebih senang mengisi waktu dengan bermain hp, Membaca lewat hp, belajar Daring, atau sekedar bermain medsos dan game online.
Saya beranggapan faktor-faktor diatas tidak hanya terjadi pada satu desa saja. Saya yakin masih banyak desa lain yang mengalami nasib yang sama dimana perpustakaannya sepi dari kunjungan warga.
Melihat hal ini, tentu peran pemerintah dan juga penggiat-penggiat literasi sangat dibutuhkan agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh masyarakat. Sehingga dapat tercapai tujuan pembangunan yang sesuai dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H