Rasulullah adalah seorang pedagang (pengusaha) ulung dan sukses, begitupun dengan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustaman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Beliau-beliau telah mencontohkan bagaimana menjadi seorang pengusaha sesuai syari'at Islam. Nabi Muhammad bahkan mencontohkan bagaimana memulai usaha tanpa modal uang melainkan dengan modal kepercayaan yang diberikan oleh Khadijah, atas kepercayaan yang beliau jaga dengan baik membawa beliau terkenal hingga keseluruh pelosok negeri bahkan hingga keluar negeri pada saat itu. begitupun dengan Abu Bakar Shiddiq. Abdurrahman bin Auf juga telah mencontoh Rasulullah dengan baik, beliau seorang pengusaha sukses yang pada masanya dulu pernah memberikan 700 unta + 1500 unta untuk dibagikan, serta memberikan 500 kuda perang untuk tentara Islam.
Kejayaan Islam saat itu tumbuh pesat tidak lepas dari kedermawan para pengusaha muslim saat itu selain dari keimanan umat muslim saat itu sendiri, penduduk muslim saat itu pun sadar akan Zakat, jika tidak masuk dalam perhitungan wajib Zakat maka mereka tetap mengeluarkan Shadaqah. Sekarang coba kita lihat fenomena saat ini, menjadi pengusaha hanya untuk dirinya sendiri, hanya untuk dunia semata seolah tidak ada hari esok diakherat. Padahal didalam Islam telah diterangkan :
"Pedagang yang beramanat dan dapat dipercaya akan bersama orang yang mati syahid nanti diakherat" (Riwayat Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Firman Allah "Apabila mereka melihat suatu perdagangan atau permainan, kemudian mereka lari ketempat tersebut dan meninggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Maka katakanlah 'Apa yang ada disisi Allah lebih baik daripada perdagangan dan permainan', dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki" (QS. Al Jumu'ah:11).
Dan masih banyak lagi yang telah diterangkan didalam Islam. Indonesia adalah negara yang masyarakatnya memeluk berbagai Agama, namun perlu diketahui, bahawa setiap Agama pasti mengajarkan kebaikan, sekarang kita nilai :
Apakah baik seorang pedagang yang menipu pembelinya dengan berkata dusta (bohong), misalnya mengatakan bahwa barang dagangannya adalah Asli padahal Palsu?
Apakah baik seorang pedagang yang memeras pembelinya, misalnya kalau didalam Islam disebut Rentenir (Memberikan pinjaman dengan bunga)?
Bagaimana jika pembeli itu adalah Anda sendiri?
Saya yakin semua Agama pasti mengatakan itu semua TIDAK BAIK.
Menurut Bapak Mohammad Idris .P, Drs, MM (Ketua Puket III STMIK AMIKOM Yogyakarta) sewaktu saya berkunjung kerumahnya, beliau mengatakan "Pengusaha itu memiliki 7 pintu memasuki surga, jika 1. Jujur, 2. Amanah, 3. Berzakat, 4. Bershadaqah, 5. Berusaha & Bertawakal, 6. Menyantuni Anak Yatim dan 7. Menyantuni Fakir Miskin". Semua itu terkandung didalam Islam dan semua itu telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Bagaimana bisa menjadi pengusaha sukses dengan mengikuti syari'at Islam, bukankah lebih berat?
Jawabannya begini, bayangkan jika kita (pengusaha) memiliki 10 karyawan, jika kita (pengusaha) Jujur dan Amanah kepada mereka pasti 10 karyawan itu akan mendoakan agar usaha kita (pengusaha) lancar karena jika tidak maka 10 karyawan itu mungkin akan menjadi pengangguran, jika 10 karyawan itu sudah berumahtangga dan rata-rata memiliki 1 orang anak, maka ada 20 orang lagi yang mendoakan kita (pengusaha), dan pastinya mereka memiliki orang tua dan mertua, jika masih lengkap semuanya maka ada 40 orang lagi yang mendoakan kita, sehingga dari 10 karyawan saja sudah ada 60 orang yang mendoakan kita (pengusaha), jika kita (pengusaha) jujur dan amanah kepada pelanggan, maka pelanggan kita (pengusaha) juga akan mendoakan kita (pengusaha) supaya dapat terus melanjutkan kerjasamanya, bayangkan jika kita (pengusaha) memiliki 10 pelanggan yang memiliki 10 karyawan, sudah ada 600 orang yang mendoakan kita (pengusaha). Belum ditambah doa dari Fakir Miskin, Anak Yatim dan orang yang kita (pengusaha) perlakukan dengan Jujur dan Amanah. Itulah rahasia dari Do'a, Kunci dari kesuksesan pengusaha di Dunia dan Akherat. Itulah yang dicontohkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihiwasalam serta sahabatnya.
Semoga kita dapat mengikuti jejak beliau agar sukses diDunia dan Akherat. Amin....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H