Dialog tidak semata mencari kebenaran tentang sesuatu, tetapi dialog di bangun dalam rangka mencari persamaan-persamaan dalam langkah menuju kebenaran yang sifatnya sesuai bersama.
Benang merah pencarian kebenaran bersama ini berarti antara pihak satu dengan pihak lainnya telah mengamini, meski ada konflik yang terjadi ketika berlangsungnya dialog.
Dialog berbeda dengan monolog karena faktor terdapatnya pihak lain untuk berbicara. Seorang teolog asal Swiss yang bernama Hans Küng berbicara tentang kebenaran monolog yang berhenti pada aspek egologi, yaitu masih berangkat pada aspek subjektifitas (ego).
Maksud ego dalam hal ini adalah kebenaran yang berpusat pada ego atau subyek seseorang. Contohnya adalah ungkapan “aku memiliki pendapat yang benar!”, “pendapat yang saya miliki ini adalah suatu kebenaran mutlak dan tidak dimiliki oleh orang lain!”.
Pendapat yang bersumber dalam diri ini menjadi sebuah klaim kebenaran, yang berujung pada pendapat yang dimiliki orang lain salah atau tidak memiliki kebenaran.
Tentu hasil yang dicapai berbeda dengan dialog yang dicontohkan Sokrates dalam menemukan kebenaran, yaitu kebenaran yang ideal (dunia ide) berkembang tidak dalam pikirannya sendiri, melainkan berkembang melalui proses dialog dengan orang lain melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan kritis.
Menurut para ahli filsafat kebenaran itu sifatnya bertingkat-tingkat, bahkan tingkat-tingkat tersebut bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di bawah kebenaran yang lain berbeda kualitasnya, ada yang kualitasnya relatif, ada juga kualitasnya mutlak (absolut).
Di lain sisi ada yang menemukan kebenaran secara alami, ada kebenaran khusus individual, ada pula kebenaran umum universal. Mungkin secara garis besar itu semua merupakan bentuk kebenaran duniawi, karena pada hakikatnya kebenaran hakiki adalah kebenaran ilahiyah menurut pembenaran pribadi saya. Bagaimana menurut kalian?, mari kita berdialog.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI