Tradisi khatam al Qur'an atau khataman sudah menjadi tradisi umat Islam pada umumnya. Khataman al Qur'an (ختم القرآن) secara bahasa dapat diartikan dengan membaca al Qur'an dari awal surat al Fatehah hingga akhir an Nas. Banyak sekali ditemukan keutamaan khataman Alquran yang tertera pada literasi-literasi agama Islam, baik dalam lingkup spiritual maupun material. Tradisi khataman al Qur'an terkadang dilaksanakan perorangan maupun secara kelompok.
Dalam pelaksanaanya, khataman identik dengan bentuk pengakraban sang hamba kepada sang Penciptanya, maka sebelum dan sesudah pelaksanaan biasa dilantunkan do'a-do'a sesuai dengan hajat masing-masing yang melaksanakan. Meski dilakukan oleh individu maupu secara berkelompok, tak sedikit juga instansi-instansi ataupun lembaga-lembaga yang menerapkan visi dan misi keislaman di dalamnya ikut serta dalam pelaksanaan tradisi ini. Hal ini dilakukan tidak lain untuk mengharap ridho Allah SWT semata.
Mempunyai visi dan misi yang sedikit berbeda dengan kampus kedirgantaraan pada umumnya, kampus kedirgantaraan bernama STTKD (Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan) yang bermarkas di Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki ciri-ciri (5T) yaitu, taqwa, teknokrat, tanggap, tanggon, dan trengginas.
Bilamana taqwa menjadi poin awal untuk misi kampus tersebut maka sudah jelas nilai sikap dan perilaku kerohanian untuk mengharap ridho Sang Pencipta dijunjung tinggi. Urusan pengajaran keilmuan di kampus tersebut bisa saja tersampaikan lewat uraian interaksi pengajar dengan muridnya, akan tetapi urusan ketaqwaan mesti dicetak lewat pembiasaan, pendisiplinan, serta pengamatan langsung atas contoh perilaku taqwa yang baik dan benar.
Dunia pendidikan benar-benar terkejut dengan kedatangan pandemi Covid-19. Wabah global ini telah meramaikan keterkejutan semua aspek tatanan kehidupan di seluruh dunia, tak terkecuali para taruna dan taruni sebagai akademisi di kampus kedirgantaraan STTKD yang kegiatanya lebih kepada bentuk praktik lapangan.
Alhasil dengan adanya himbauan pemerintah ketika datangnya wabah tentang pentingnya penjarakan fisik menyebabkan kampus terpaksa meliburkan sementara kegiatan yang melibatkan banyak masa di dalamnya termasuk kegiatan belajar mengajar baik secara tatap muka dan praktik yang bersifat langsung.
Meski di lain sisi untuk menjaga keberlangsungan aktifitas belajar mengajar kampus STTKD telah meluncurkan program pengajaran online secara serentak bagi tenaga pengajarnya, akan tetapi basic kegiatan yang lebih tertuju langsung ke lapangan menjadi sedikit terbengkalai.
Diperkirakan pada awal bulan Juni, pemerintah mulai menyerukan wacana kebijakan new normal sebagai strategi peredam kekhawatiran yang berkepanjangan akan pandemi Covid-19. Meskipun tujuan utama pemerintah menghimbau kebijakan ini demi keberlangsungan aspek ekonomi, kampus kedirgantaraan secara tidak langsung merupakan bagian dari pemerintahan yang berpengaruh dalam aspek pendidikan. Pemerintah telah mempertimbangkan tentang rencana pembukaan kembali sarana pendidikan baik sekolahan dan kampus-kampus sesuai dengan protokol kesehatannya.
Rencana ini disambut serentak oleh berbagai lembaga ataupun instansi pendidikan untuk menguatkan kembali jiwa pendidikan di masa pandemi. Suara positif banyak digaungkan oleh berbagai kalangan dengan adanya rencana ini meski tak sedikit pula yang meneriakkan nada negatif karena kekhawatiran mengingat masih banyaknya masyarakat yang terpapar oleh wabah ini.
Namun, ada hal menarik yang dihadirkan oleh kampus kedirgantaraan STTKD terlepas dari rencana pemerintah tersebut. Beberapa aktifis kampus yang masih memperjuangkan eksistensi sistem kinerja kampus agar tidak terhenti dan menyesuaikan dengan protokoler pemerintah telah mengadakan acara kecil dan terbatas di dalam kampus.
Atas dasar misi yang dimiliki kampus tersebut yaitu taqwa, maka diadakanlah acara khataman yang terhitung sudah berjalan dua bulan lebih sejak awal massifnya pandemic Covid-19. Di bawah nahkoda Hj. Vidyana Mandarawaty, S.E.,M.M., selaku ketua STTKD yang berkolaborasi dengan abah Solekan, S.Pd.i., selaku Ketua Departemen Kerohaniawan STTKD bersama beberapa pasukan masjidnya mencoba untuk menghidupkan nuansa ketaqwaan kampus agar selalu terjaga dari wabah yang sedang berlangsung.
"selagi kita sebagai anak masjid tidak bisa kembali ke kampung halaman, lebih baik mengisi rutinitas keseharian dengan kegiatan khataman agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sang Maha Pencipta agar terhindar dari wabah yag tidak lain merupakan ciptaan-Nya", ucap Muzakir salah satu aktifis masjid kampus kedirgantaraan STTKD yang berasal dari Kalimantan.
Biasanya khataman yang dilakukan di tengah ganasnya pandemi ini banyak dilakukan melalui daring menggunakan media online. Hal ini dilakukan agar penyebaran wabah dapat dihindari oleh penggiat khataman. Akan tetapi bagaimana nasib aktifis masjid kampus STTKD yang notabene kesehariannya hidup di masjid kampus?. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar daerah, dan mereka tidak dapat kembali ke kampung halaman karena adanya himbauan pemerintah untuk di rumah saja. Untuk itu demi menjaga misi kampus mereka dengan senang hati mengadakan acara khataman rutin setiap hari.
"yang melatar belakangi kami melakukan acara khataman al Qur'an sebenarnya simpel, yaitu supaya keseharian kami tidak luput dari kedekatan dengan al Qur'an yang jelas selain sebagai pedoman juga merupakan obat dalam mencegah berbagai penyakit atas izin Allah SWT" ujar Fahmi Rozaqy selaku aktifis masjid kampus kedirgantaraan STTKD yang berasal dari Jawa Barat.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kedekatan dengan Sang Maha Pencipta Allah SWT merupakan bagian dari langkah agar kita terhindar dari kejamnya wabah Covid-19. Para aktifis masjid kampus kedirgantaraan STTKD telah mempraktekkan salah satu perilaku taqwa yang baik meski menyesuaikan dengan protokoler pemerintah baik penerapan physical distancing, dan menggunakan masker. Slogan mereka yang berbunyi "hidup mulia dengan al Qur'an" telah menambah semangat dan imunitas diri mereka dalam mengahdapi pandemi ini.
Pertengahan Juni ini kampus kedirgantaraan STTKD merespon kebijakan new normal dengan agenda pengaktifan kembali para civitas akademiknya sesuai protokoler pemerintah yang berlaku. Khataman merupakan salah satu kegiatan yang akan terus digiatkan oleh aktifis masjid kampus kedirgantaraan ini untuk menyambut kedatangan sistem new normal tersebut. Semoga hal ini bisa menjadi contoh dan semangat bagi kampus-kampus yang bergenre semi militer dalam semangat new normal.
"keselarasan antara kegiatan yang bersifat dunia dan akhirat bisa kita berlangsungkan di tengah pandemi Covid-19 melalui khataman agar do'a di dalamnya menjadi keberkahan untuk kegiatan kampus dan juga untuk semua umat manusia" ujar Febriansyah Ignas selaku staff Program Studi D4 di Kampus Kedirgantaraan STTKD Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H