Mohon tunggu...
Moh. Ali Ghufron
Moh. Ali Ghufron Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jawaban yang Kutunggu

29 Maret 2020   03:49 Diperbarui: 29 Maret 2020   04:14 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jujur hatiku selalu berbunga-bunga ketika bisa melihat wajahnya.  Tadi siang setelah pulang sekolah, tanpa sengaja aku bertemu dengannya. Sungguh aku sangat bahagia sekali, entah mengapa setiap kali aku bertemu dengannya hatiku selalu berdesir. Aku tak tahu, kenapa aku bisa menjadi seperti itu. 

Setiap kali aku bertemu dengannya, aku ingin sekali mengungkapkan rasa ini padanya. Tapi, rasanya ada dinding yang tinggi yang membatasi antara aku dan dia, hingga membuat aku mengubur dalam-dalam perasaan ini dalam hatiku, meskipun berat rasanya untuk terus menerus menahan gejolak yang memang sudah bersemayam dalam hatiku sejak lama.

Hingga akhirnya, aku mencari teman untuk menumpahkan segala rasa yang memang sudah lama menggebu-gebu dalam hatiku, untuk lebih meringankan beban yang aku alami. Aku mencurahkan semua perasaanku pada salah satu temanku, yaitu Sirat. Dia adalah teman sekelasku,  yang memang sudah sejak mulai dari kelas SMP kita berteman. Setiap kali aku mencurahkan semua isi hatiku pada Sirat aku merasa sangat nyaman, dan aku  yakin sekali, kalau Sirat itu bisa menjaga rahasiaku.

"Si, gimana ini?" Tanyaku, setelah aku selesai mencurahkan perasaanku pada Sirat.

"Kalau menurutku, kamu itu harus segera mengungkapkan perasaanmu ini Ron kepada dia."

"Gimana mau mengungkapkannya? orang namanya saja aku belum tahu." Ucapku seraya mengangkat kedua tangan.

"Bagaimana kalu aku tanyakan namanya kepada pacarku saja?" Mendengar saran dari Sirat, aku langsung sangat tidak setuju. Karena aku tak ingin kabar kalau aku menyimpan rasa pada dia menyebar kemana-mana. Karena aku yakin, setelah teman-temannya tahu, pasti mereka akan sering menggodanya. Dan hal itu akan membuat dia merasa malu pada teman-temannya. Akhirnya setelah puas aku dan Sirat berbincang-bincang aku memutuskan untuk kembali ke kosanku. Kini aku mulai membuka buku diary ku, tak lama kemudian ku langkahkan ujung pena  menghiasi  kertas putih dengan tetesan tinta yang berwarna hitam,  kata-kata yang menyimpan banyak makna, tentang rasa yang sedang merintih dalam hati, mulai mengalir.

@@@

Hari-hari berikutnya, aku jalani dengan hati yang masih memendam rasa, rasanya sudah tak kuat aku bendung lagi. Semakin aku membendung rasa ini, semakin kuat pula rasa itu ingin terbang menuju kepangkuan bidadari yang sudah lama ia ingin jumpai. Sekarang aku sudah mulai merasakannya, bahwa rasa yang ku rasakan kali ini bukanlah rasa yang biasa aku miliki pada perempuan lain, yang hanya berdesir karena dorongan nafsu yang ada dalam hati. Aku tak mengerti kenapa aku bisa mempunyai rasa seperti ini, aku tak bisa menggambarkan rasa yang sedang aku alami kali ini. Dan juga aku tak bisa memberikan alasan kenapa tiba-tiba rasa ini muncul dalam hatiku, sungguh mengherankan sebuah rasa tanpa  alasan.

Sekarang adalah hari minggu. Biasanya,  aku bersama teman-teman bermain futsal. Tapi, kali ini aku lebih memilih sendirian didalam kamar, bercumbu dengan pena yang mengiringi jejak-jejak rasa yang terus-menerus mengiringi semua kegundahan yang di derita oleh hatiku.

                "kring... Kringg... Kring..." Hp dikantong celanaku, pertanda ada panggilan masuk. Setelah aku lihat ternyata dari Waroh. Dia adalah teman cewekku saat masih SD dulu, sekarang dia tinggal di kosan cewek yang tidak terlalu jauh dari kosanku.

"Iya, ada apa Roh?" kataku setelah mengangkat panggilannya. Awalnya dia hanya bertanya tentang keadaan ku dan basa-basi yang tidak diperlukan. Tapi, hatiku menjadi sangat terkejut saat Waroh bercerita tentang perasaanku kepada Vera Aulia Putri, yang ternyata adalah seorang penulis yang memang sudah terkenal di sekolahnya, dia tak lain adalah  wanita yang memang sudah menjadi dambaanku selama ini. Dia berkata bahwa aku dan Vera sedang menjadi buah bibir di kosan cewek. Aku heran kenapa mereka bisa mengetahui kalau aku menyimpan rasa pada Vera. Lalu aku tanyakan dari mana mereka mendengar kabar tersebut. Kemudian Waroh mulai menjelaskan duduk permasalahannya dari awal. Ternyata mereka mendengar kabar dari Rina. Aku tahu siapa Rina, dia adalah pacarnya Sirat. Dan juga, Waroh menambahkan bahwa sekarang teman-teman Vera, sering sekali menggodanya. Hingga membuat Vera hari-hari ini sudah banyak berubah, dia sering mengurung dirinya dalam kamar, dan juga jarang berinteraksi dengan temannya. Mendengar penuturan dari Waroh aku merasa bersalah kepada Vera. Setelah pembicaraanku dengan Waroh selesai Kulangkahkan kaki menuju kamarnya Sirat.  Lima menit kemudian aku bertemu dengannya, tanpa menunggu lama, aku  langsung meminta alasan kenapa dia memberitahukan tentang rasa yang aku rahasiakan pada Rina.

"Begini Ron, awalnya aku haya berniat mau bertanya namanya. Tapi, Rina mau tahu alasannya kenapa dia ingin tahu namanya. Terpaksa aku harus memberi tahu yang sebenarnya." Sungguh aku sangat marah sekali kepada Sirat, karena ke cerobohannya aku sedang menjadi buah bibir di kosan cewek.

"Aku lebih baik tidak tahu namanya, dari pada mendengar kabar buruk tentangnya. Kalu kamu tahu. Sekarang, Vera itu lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar, dan jarang berbicara bersama teman-temannya, kamu tahu kenapa? Karena dia sering digoda oleh teman-teman kos putri. Puas kamu sekarang!" setelah berkata seperti itu, aku langsung pergi meninggalkan Sirat, yang masih duduk terpaku.  

Aku bingung harus berbuat apa sekarang. Aku sangat ingin meminta maaf pada Vera. Tapi, aku bingung harus mengungkapkannya dengan cara bagai mana. Akhirnya aku memutuskan menulis surat kepada Vera. Surat ini adalah ungkapan maafku pada Vera. Jujur hal ini memang sangat berat bagiku, tapi, aku harus bagai mana lagi inilah jalan satu-satunya untuk tidak membuat Vera menjadi terganggu. Aku akan menitipkan surat ini pada Waroh, supaya dia memberikan surat ini pada Vera. Setelah suratnya selesai aku tulis, aku sempatkan unutk membaca ulang isi surat tersebut.

Teruntuk orang yang pernah menghiasi hatiku.

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Aku bingung harus memulai semua ini dari mana. Tapi, aku hanya ingin menyampaikan permohonan maafku padamu. Aku ingin meminta maaf kalau aku sudah lancang mencintaimu, kini aku mulai sadar ketika mata hati terbuka, kita dapat melihat kenyataan yang tersembunyi di balik penampakan luar dunia ini. Ketika telinga hati terbuka, kita mampu mendengar kebenaran yang tersembunyi dibalik kata-kata yang terucap. Melalui hati yang terbuka, kini aku mulai sadar bahwa perbuatanku itu adalah hal yang sangat tidak ada gunanya. Maka,  mulai detik ini aku tidak akan lagi menyimpan rasa padamu, karena aku sadar kalau aku ini sangat tidak pantas untukmu, engkau adalah penulis yang memang sudah di kenal oleh banyak orang, sedang diriku hanyalah orang yang tak tahu jalan hidupnya sendiri. Aku tak mengharapkan lebih darimu, yang aku inginkan adalah jawaban maaf darimu untukku, tidak lebih. Memang, mulai dari saat pertama kali aku melihatmu, hati ini telah memendam rasa untukmu entah kenapa aku juga tidak tahu. Tapi, mulai saat ini, aku akan mencoba untuk membuang perasaan ini, meskipun berat rasanya.  

Mungki sampai disini saja permohonan maafku. Jujur jawabanmu sangat aku harapkan,  untuk menenangkan kemarahan hati ini yang penuh salah padamu.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Dari orang yang telah lancang pernah mengagumimu.

setelah aku membaca ulang. Aku lipat surat itu dengan rapi. Lalu aku menelphon Waroh, agar kita bertemu, karena aku ingin menitipkan surat ini.

@@@

Setelah dua hari suratku di titipkan pada Waroh, Vera masih belum memberi jawaban yang aku tunggu-tunggu. Aku berjalan gontai menuju ke kosanku, karena aku sudah merasa letih. Sekarang aku pulang sendirian, karena  Sirat setelah jam sekolah masih ada kepentingan di sekolah.

"Imron..." Aku mendengar suara perempuan yang memanggilku dari arah belakang. Sepontan aku menoleh, betapa terkejutnya hati ini, saat mengetahui suara tersebut bersumberdari mana. Di dalam hati aku bergumang. Mungkin aku hanya salah dengar. Dengan berat, aku memalingkan tubuhku berjalan meninggalkan pemilik suara tersebut.

"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu." Mendengar perkataan Vera, tanpa dikomando kakiku berhenti melangkah, dan segera kubalikkan badan menghadap Ke arah Vera yang sekarang sudah berdiri di depanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun