Mohon tunggu...
Moh. Ali Ghufron
Moh. Ali Ghufron Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Tanpa Judul

12 Maret 2020   02:15 Diperbarui: 12 Maret 2020   02:15 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pangeran Maligun yang baru menyadari keadaan tersebut langsung berlari menuju keluar istana. Pangeran Maligun sangat terkejut setelah menyaksikan puluhan korban yang telah bergelimpangan. Pangeran Maligun mengarahkan  ibu jarinya dan jari telunjuknya masuk kedalam mulutnya.

"Swiwwittt..." Tak lama setelah itu, seekor naga keluar dari balik awan yang hitam, dengan dibarengi ciri khas suaranya yang sangat menakutkan. Sang naga terus menerobos ratusan anak panah yang mengarah ke tubuhnya.  

Saat sang naga sudah mendekat, tanpa menunggu lama pangeran langsung melompat ke arah sang naga, dan menderat mulus di atas punggung naga tersebut. 

Naga itu  terus membawa Pangeran Maligun terbang tinggi menjauh dari istana. Betapa terkejutnya pangeran, karena seluruh penjuru kerajaan telah di kelilingi oleh pasukan musuh, dengan perlengkapan alat perang.

Pangeran langsung memerintahkan naganya ke arah pasukan musuh, naga yang di tunggangi pangeran kini sudah mulai membuka mulutnya untuk menyemburkan api. Tapi, sebelum itu, tanpa pangeran sadari, sebuah bola api yang sangat besar meluncur ke arah pangeran dan sang naga. Hingga akhirnya...

"Ma... hentikan dulu ceritanya. Ali sudah mulai mengantuk nih. Lanjutin besok malam saja ceritanya ya Ma? Tadi Ali sudah mulai tidak fokus, karena ngantuk." Potongku pada mama yang masih mengusap dahiku.

"Ya... udah Ali tidur aja dulu, Mama akan lanjutin besok malam ceritanya. Malam ini Ali langsung tidur ya... biar besok bangunnya tidak telat." Kata Mama yang langsung mencium kedua pipiku. Lalu Mama menyelimuti tubuhku dengan selimut. Hingga membuat tubuhku sedikit hangat.

"Selamat tidur..." Ucap mama yang langsung mematikan lampu kamar,  dan mengganti dengan lampu tidur. Jujur saja aku penasaran ingin mendengar kelanjutan ceritnya. Tapi, memang mataku sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi. Huh?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun