Mohon tunggu...
Moh. Ali Ghufron
Moh. Ali Ghufron Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Tanpa Judul

12 Maret 2020   02:15 Diperbarui: 12 Maret 2020   02:15 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hidup Pangeran Maligun..."

"Hidup Pangeran Maligun..." Kata seluruh prajurit, saat Pangeran Maligun turun dari punggung naganya. Pangeran Maligun berjalan mendekati Panglima Rekya Rasa, yang berada di barisan paling depan.

"Terima kasih pangeran, untung pangeran datang tepat waktu, kalau tidak, kami tidak tahu apa yang akan terjadi." Ucap Panglima Rekya Rasa, saat Pangeran Maligun sudah sampai di hadapannya.

"Tapi, bagai mana keadaan paman? Apakah paman tidak apa-apa?" Tanya Pangeran Maligun dengan sedikit khawatir.

"Seperti yang pangeran lihat sendiri. Tidak ada sedikit goresanpun yang ada di tubuhku, pangeran." Tak lama kemudian Pangeran Maligun kembali menuju kearah naga yang setia menunggunya. Pangeran Maligun langsung melompat ke arah punggung naganya. Lalu disusul dengan kepakan kedua sayap sang naga, dan membawa sang pangeran terbang ke angkasa. Menuju ke arah istana kerajaan.

"Huaaa...." Sang naga menyemburkan api dari mulutnya, Seluruh pasukan bersorak gembira. Panglima Rekya Rasa memimpin pasukannya untuk bersiap-siap, karena sebentar lagi mereka akan pulang menuju kerajaan. Menyusul Pangeran Maligun yang pulang terlebih dahulu.

@@@

Sehari setelah pasukan sampai di istana kerajaan, Raja Bradayada Darsa, mengadakan pesta besar-besaran, karena pasukannya telah berhasil menaklukan musuh bebuyutannya, yang memang sudah bertahun-tahun menjadi musuh bagi ayah Pangeran Maligun.

Pesta telah dimulai dengan sangat meriah di sekitar kerajaan, semua orang merayakannya dengan penuh kebahagiaan. Berbagai macam masakan tersaji di sana, alunan musik kecapi dan seruling mengalun sangat indah. Berbagai macam penampilan di tampilkan di hadapan penduduk Salada, yang berkumpul di sekitar istana. Hingga membuat mereka tidak menyadari, bahwa mereka sedang dalam bahaya yang sangat besar.

Di saat mereka masih terbawa dalam alunan musik yang indah. Tiba-tiba, dari seluruh penjuru muncul ratusan anak panah menghujani area kerajaan.

Dalam sekejap mata puluhan korban sudah berjatuhan. Suasana yang awalnya bahagia, penuh dengan tawa, kini telah berubah dengan teriakan-teriakan histeris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun