Mohon tunggu...
Moh. Ali Ghufron
Moh. Ali Ghufron Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Tanpa Judul

12 Maret 2020   02:15 Diperbarui: 12 Maret 2020   02:15 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

CERITA TANPA JUDUL
OLEH: GHUFRON AL-BATTAR

"Ctarrr..." Suara guntur terdengar di mana-mana, langit semakin kelabu, angin bertiup tak tentu arah. Asap membumbung di mana-mana, kilatan cahaya yang di sebabkan beradunya dua senjata tajam dari dua belah pihak kian terus bertambah. Perang semakin sengit, korban berjatuhan di mana-mana. Darah terus mengalir, hingga menyebabkan daerah sekitar berwarna merah karena dialiri oleh darah para pasukan yang tumbang.

Saat pasukan yang dipimpim oleh panglima Rekya Rasa hampir menerima kekalahan, tiba-tiba dari atas langit yang sudah hitam pekat, terdengar sebuah suara yang menakutkan. Hingga mengakibatkan kedua pasukan berhenti berperang. Mereka semua menatap ke arah atas langit, sumber suara tersebut.

Terlihat sebuah bayangan yang besar dan menyeramkan, mendekat kearah pertempuran.

"Huaaa..." Bayangan tersebut menyemburkan api dari mulutnya, yang langsung disusul oleh teriakan seluruh pasukan yang dipimpin oleh Panglima Rekya Rasa.

"Hidup Pangeran Maligun...hidup Pangeran Maligun..." Bayangan itu semakin jelas. Tak lama kemudian suara yang mengerikan tadi muncul kembali. Suaranya begitu menggelegar, membuat setiap orang yang mendengarnya akan langsung ketakutan.

"Hah... seekor naga?" Ucap sebagian pasukan musuh, yang sudah mulai merasa sedikit gentar.

Naga tersebut langsung memporak porandakan pasukan musuh. Pangeran Maligun berdiri gagah di atas punggung sang naga, dengan sebuah busur panah terpegang rapi di tangannya, satu dua anak panah  menghujam tubuh sebagian pasukan musuh, yang tidak sempat menghindar, karena terpaku melihat kegagahan sang naga yang sangat besar dan mengerikan.

Pasukan yang dipimpin oleh Panglima Rekya Rasa kini mulai bersemangat, mereka mulai membangun sebuah serangan, yang sedikit demi sedikit membuat pasukan musuh kewalahan.

Tak lama kemudian perang sudah berakhir. Dimenangkan oleh pasukan Panglima Rekya Rasa, karena mendapat bantuan dari naga yang ditunggangi oleh Pangeran Maligun. Yang taklain adalah putra dari Raja Bradaya Darsa, penguasa kerajaan Salada, yang memang sangat ditakuti oleh kerajan-kerajan lainnya.

"Hidup Pangeran Maligun..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun