Mohon tunggu...
M. Hilmy Al Ghifari
M. Hilmy Al Ghifari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Airlangga 2023 Program Studi Ilmu Hubungan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosial Media: Pembunuh Hati Nurani Masyarakat

2 Juni 2024   20:31 Diperbarui: 2 Juni 2024   20:35 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SOSIAL MEDIA DAN HATI NURANI

Sosial media adalah ladang informasi yang luas banyak sekali ide-ide yang tersebarkan dalam berbagai macam platform media sosial.  banyak orang akhirnya terpengaruhi dengan apa  yang disampaikan dalam platform social media tersebut. Prinsip yang mempunyai ide kuat dan disebarkan akan menjadi populer dan dapat menjadi patokan banyak orang yang melihatnya. Orang-orang yang sering mengkonsumsi sosial media disebut seorang netizen. Adapun salah satu aplikasi sosial media yang sedang marak sekarang adalah TikTok dan Facebook. 

TikTok, sebuah aplikasi yang pertama dikembangkan oleh Beijing  Microlife Vision Ltd.   pada tahun 2016 dengan nama asli douyin, telah mendominasi media sosial beberapa tahun ke belakang. Aplikasi TikTok mulai Mengembangkan diri ke market internasional dengan bantuan perusahaan ByteDance, Yang dipimpin oleh Zhang YiMin,  hingga keluar dari negeri Cina pada tahun 2017. Aplikasi ini memaparkan  konten yang berwujud video pendek,  mayoritas video yang mendominasi  aplikasi ini berdurasi kurang dari 5 menit.Pada awalnya video berdurasi 5 menit di TikTok itu banyak dipakai untuk berjoget jika ada music sound yang lagi trendi. Namun belakangan hal itu berkembang. TikTok tidak hanya menjadi sarana mengembangkan musik dan tari joget modern, namun merambah ke shopping online dan penggiringan opini melalui wacana dalam video.  

Adapun Facebook adalah social Media yang pertama kali ditemukan pada 24 Februari 2004. Pada awalnya, Facebook diharapkan sebagai media yang bisa mempertemukan seseorang secara cepat dan tanpa ada batasan jarak sebagaimana pertemuan biasa pada umunya. Namun, sebagaimana TikTok, FAcebook kemudian berkembang menjadi media jualan dan juga penggiringan wacana dan opini dan keberpihakan yang seringkali tidak memperhatikan lagi  hakikat nurani dan kemanusiaan. Dengan demikian,   Lantas,  kita ingin bertanya apa dampak wacana yang dibangun melalui video TikTok tersebut terhadap pemikiran masyarakat? Mengingat banyak sekali bentuk video TikTok  dan Facebook yang sekarang ini bermunculan.

Banyak konten kreator TikTok sekarang yang mencoba mempengaruhi followersnya dengan menelorkan wacana-wacana yang mengandung ide tertentu dan mempengaruhi pikiran masyarakat. Terkadang, wacana tersebut bisa mengedukasi karena membawa ide pendidikan yang mencerdaskan meskipun dikemas dalam waktu 5 menit saja. Namun, di waktu lain, wacana tersebut bisa sangat menyesatkan karena sang konten kreator memiliki intensi tertentu atau menciptakan wacana yang kurang logis karena hanya diambil dari potongan-potongan video dan menjadi wacana yang tidak utuh.  

Salah satu bentuk Video yang sering ditemukan di sosial media adalah video “edukasi”. Bentuk video ini berisi tentang seseorang yang menjelaskan  dan mendeskripsikan secara singkat sebuah fenomena  yang  sedang  populer di kalangan pengguna media sosial. Awalnya,  tipe video seperti ini terlihat sangat menguntungkan dan membantu masyarakat agar sadar akan kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar dan mempunyai konteks untuk membahas kejadian  yang sedang dibicarakan.  Tetapi, terdapat efek samping dari bentuk video seperti ini yang jarang diperhatikan oleh masyarakat yang merusak hati nurani kita.

Hati Nurani sendiri adalah  sebuah suara internal yang menjadi bagian dari manusia  dimana suara itu mengarahkan  seorang manusia untuk bertindak sesuai moral dan prinsip yang ada. Hati nurani dikembangkan lewat orang tua,  guru,  teman,  dan lingkungan sekitar kita. Hati nurani berbasis pada nilai dan moral yang sudah dituturkan di dalam diri manusia sejak kecil. Agar  manusia memiliki hati nurani yang baik dan benar, dibutuhkan didikan dan arahan sejak ia kecil agar prinsip dan moral tersebut bisa membantu untuk meluruskan mana yang  salah dan benar. 

Salah satu cara membentuk hati nurani tersebut adalah dengan memberikan informasi atau mengedukasi.  contoh yang seringkali  dialami saat masa kecil adalah teguran dan nasihat dari orang tua,  pelajaran guru,  dan kebiasaan-kebiasaan  yang sering ditemukan di kalangan pergaulan. Selain itu,  banyak lagi faktor yang bisa membantu membentuk prinsip dan moral yang dijadikan  dasar sebagai hati nurani seperti Informasi dan ideologi. Walaupun begitu,  hati nurani dapat dicemari dengan  terjadinya konflik  internal dalam prinsip dan moral  di dalam hati manusia.

Studi oleh University of Cambridge menemukan bahwa hati nurani seseorang  mayoritas tidak dikembangkan melalui pemikiran individu,  melainkan melalui efek-efek sosial yang dialami oleh orang tersebut.  Sehingga,  jika seorang netizen melihat suatu trend yang terjadi di sosial media dan dunia maya, kemungkinan besar orang itu akan menganggap hal tersebut sebagai norma yang ada di masyarakat di dunia yang aslinya.

Meskipun begitu,  informasi yang tertera di sosial media tidak selalu  benar,  banyak sekali dari informasi yang disebarkan di sosial media memiliki bias kepada satu pihak tertentu dan juga memiliki unsur norma yang tidak kompatibel dengan seluruh anggota masyarakat.   prinsip-prinsip yang dikuatkan juga tidak selalu mengarah ke hal yang positif.  Banyak sekali informasi-informasi yang sengaja dimanipulasi untuk memenuhi kepentingan kelompok tertentu,  bahkan hingga mengabaikan hak asasi manusia.

Hak asasi manusia dikonsepkan untuk memenuhi dan melindungi kebutuhan hidup seluruh umat manusia. Dideklarasikan pada tahun 1789  di Prancis berjudul “La Déclaration des droits de l'Homme et du citoyen” Hak asasi manusia terus diperjuangkan dan dikembangkan hingga terbentuknya institusi-institusi untuk melindunginya. Didirikannya perserikatan bangsa-bangsa setelah perang dunia 2 Adalah salah satu bukti perjuangan perlindungan hak asasi manusia.  hingga saat ini,  perserikatan bangsa-bangsa dan  tangan kakinya  terus memperjuangkan hak asasi manusia di berbagai penjuru dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun