Mohon tunggu...
Ghozi Zul Azmi
Ghozi Zul Azmi Mohon Tunggu... Administrasi - Members of PKS Muda Institute for Leadership, Politics, and Public Policy

Twitter FB IG @ghozizulazmi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mencari Untung dari Partai Politik: memahami Transformasi Tipologi Kepartai

22 Desember 2021   04:54 Diperbarui: 22 Desember 2021   14:26 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tipologi partai merupakan sebuah paramater arah gerak partai politik. Dalam perkembangannya partai politik tidak selalu menggunakan 1 tipologi. Namun pergerakan dominan yang dilakukan menjadikan tipologi tersebut digunakan oleh partai politik. 

Dalam klasifikasi yang dikembangkan oleh ilmuwan politik, tipologi ada 4 jenis; Mass Party atau partai massa, Cadre Party atau partai kader, Cacth All Party atau partai oportunis, dan partai kartel.

Partai massa,Di awal berdirinya partai politik, ia berakar dari keresahan adanya oligarki dan sistem kerajaan yang kuat di eropa. Pemerintah hanya berasal dari kaum elite, keluarga para raja dan bangsawan. Dari sana, muncul lahbide untuk membuat perlawan dalam bentuk komunitas. 

Komunitas ini kemudian bertarung secara politik legal dan meruntuhkan singgasana kerjaan. Dalam pertarungannya muncullah tokoh penggerak yang menggalang masa untuk mendukung. 

Komunitas yang bertarung secara legal di ranah politik ini kemudian di sebut partai massa. Meskipun partai massa lebih identik dengan adanya pergerakan komunitas buruh pekerja yang menyuarakan anti kapitalis dan berbondong-bondong menyuarakan adanya revolusi dalam pemerintahan. 

Pergerakan partai massa ini kemudian lebih mudah di jatuhkan, karena dengan hanya menyasar salah satu tokoh, pergerakan politiknya akhirnya terhenti.

Partai kader secara common sense diidentik kan dengan oartai yang melakukan rekrutmen secara sistematis, berjenjang. Anggota partai mempunyai lapisan lapisan jenjang keanggotaan.

Hal tersebut tidak bisa kita elak, namun yabg terpenting dalam partai kader ini adalah sebuah partai yang memiliki value/nilai khusus yang kemudian nilai tersebut di tularkan antar individi secara internal maupun eksternal. Nilai kepartaian menjadi sangat penting untuk dapat mempengaruhi sebuah kebijakan baik intraparlemen maupun ekstra parlemen. 

Kemenangan dalam partai kader ini diasumsikan dengan semakin banyaknya orang yang memahami dan memperjuangkan nilai yang dimiliki oleh partai tersebut dan mencapai sebuah hegemoni ide. 

Sayangnya kecenderungan partai yang memiliki ide berasal dari inovasi namun stuck menjadi sebuah kekakuan karena terikat pada ide yang ada. Relasi yang kaku membuat partai cenderung tidak berkembang dan perolehan pemilihnya menurun

Partai cacth all menjadi sebuah bentuk partai yang dianggap paling mudah diterima oleh masyarakat. Karena partai ini seperti air yang dapat menyesuaikan bentuk dengan ruang yang ada. 

Dimana sebuah masyarakat yang berpotensi sebagai pemilih, maka dia akan melakukan segala cara untuk dapat meraih hati pemilih. Sama halnya marketing dalam sebuah perusahaan, untuk dapat menggaet pemilih ia akan menawarkan sisi partai yang mudah diterima oleh customers. 

Misi dan wajah asli dari partai tentu tidak ditampilkan secara langsung. Kritik banyak diberikan pada partai dengan tipilogi ini. Karena basis pemilih dari cacth all party sangat heterogen dan tidak mencerminkan fungsi partai dalam sistem politik yang menjadi kanalisasi lapisan masyarakat. 

Partai ini menjadi acceptable dinegara dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan memiliki high floating mass. Namun semakin banyaknya partai politik yang memilih jalan ini akan membuat ketidakjelasan identitas partai politik dan antipati masyarakat yang akan menjadi lebih cerdas.

Partai kartel identik dengan partai dagang. Tipologi partainkartel berbeda dengan sebuah perusahaan. Tetapi memiliki kesamaan orientasi dengan perusahaan. 

Yaitu dengan mendapatkan profit uang dalam berdirinya partai politik. Partai jenis ini tidak peduli dengan suara yang diperoleh dalam election yang diikuti, tidak peduli dengan respon masyaramat terhadapnya. Yang ia perlu perhatikan adalah respon pasar terhadap partainya. 

Dalam hal teknis, orientasi partai dalam kancah politik dan jabatan publik adalah mendapat proyek yang dapat dijalankan oleh partainya dimana dengan kegiatan tersebut dapat membiayai partainya dan keuntungan bagi pemilik dan anggota partai. 

Kelemahan dari lartai bertipologi ini ialah kesalahkaprahan dalam menempatkan orientasi sebagai partai politik. Tidak jelasnya orientasi menyebakan partai ini lebih cenderung terombang ombing dalam sistem politik. 

Meskipun baginya ini tidak masalah. Dan kecenderungannya partai dengan tipologi ini akan bubar dan kembali menjadi coorporate dimana partai ini berdiri juga dari perusaahan.

Diindonesia penulis melihat fase perkembangan partai politik dari pemilu 1955 sampai pemilu 2019 memiliki fase tipologi dari partai massa hingga partai kartel. 

Diawal pemilu 1955 yang dianggap sebagai pemilu yang demokratis dan dikatakan sebagai contoh ideal penyelenggaraan pemilu, tipologi partai massa dan kader sangat mencuat. Partai massa identik dengan partai nasionalis dan partai kader identik dengan partai berbasis agama. 

Tidak dapat kita temukan partai kartel dan partai catch all. Karena euphoria kemerdekaan dan fase pembentukan negara Indonesia menjadi pertarunagn ide, gagasan, dan dukungan dari lapisan masyarakat yang di wakili oleh partai politik

Memasuki masa orde baru, sistem pemerintahan yang militeristik, otoriter, dan kontra dengan kebebasan pendapat, membuat sistem multi partai diindonesia cenderung homogen. Partai yang ada cenderung dalam komando pemerintahan. Maka dapat dikatakan dalam fase ini tidak ada peran partai politik meskipun golkar menjadi partai politik yang berkuasa selama 32 tahun.

Runtuhnya orde baru dan masuknya era reformasi membuat harapan kembalinya pemilu 1955 di pemilu 1999. Hal tersebut terbukti dengan banyak nya partai politik dan 48 partai peserta pemilu. Nyatanya dalam berbagai pandangan, ilmuwan politik menganggap pemilu 1999 menjadi Qua vadis reformasi. Partai adaptasi, hampir seluruh bentuk tipologi partai ada disana. Partai massa, partai kader, partai cacth all, dan partai kartel.

Memasuki masa desentralisasi dengan adanya pemilihan langsung dari masyarakat. Dan mengusung sistem pemilu proporsional terbuka partai politik dituntut melalui anggota partai menggaet suara person by person. Kedaulatan rakyat didapat dengan mendatangi 1 demi satu masyarakat dan menghibahkan keinginan pribadi masyarakat yang heterogen. 

Masyarakat mendapatkan peluang untuk  menjadi pemilih rational choice karena memilih bedasarkan benefit yang akan didapatkannya. Sedangkan partai politik mendapatkan suara real dari masyarakat yang dibantu secara materi olehnya. 

Fase ini terjadi di antara pemilu 2009 sampai puncaknya di 2019. hampir dalam fase ini bisa dilihat bentuk koalisi partai politik berubah dari hari kehari. Karena yang diikat dalam persengkokolan partai bukanlah kesamaan visi dan ide. Tapi sama halnya pengusaha yang membuat akta perusahaan dengan patungan modal uang. 

Dampak dari partai ini terlihat di era 2012 sampai saat ini dan kemungkinan di era pemilu kedepan. Dimana untuk mendapatkan pembiayaan politik, partai membutuhkan peluang memanfaatkan anggaran publik untuk masuk kedalam kas nya. 

Hal ini tercermin dari aktor aktor partai politik yang tertangkap tangan mendapatkan fee dalam project pemerintah dari anggaran publik. Bahkan secara telanjang dikatakan bahwa pejabat publik yang berasal dari partai adalah ATM partai untuk pembiayaan partai dengan konsep tipologi catch all ini. 

Berbondong bondong secara halus, dalam membahas anggaran publik, partai cenderung mencari apa yang bisa diolah oleh kelompoknya. Ini merubah transformasi partai menjadi tipologo kartel semua berorientasi untuk get money dalam pengisian jabatan publik.

Kedepan lingkaran setan transformasi ini harus diputus dan dikembalikan dalam hakikat keberadaan partai politik. Partai esensinya adalah komunitas masyarakat. 

Sama halnya komunitas skateboardis, yang isinya orang yang hobby bermain skateboard. Partai politik adalaha kanal elemen masyarakat yang memiliki kesamaan ide dalam berbangsa dan bernegara. 

Maka drngan kesamaan itu, orang yang didalam nya harusnya voluterisme. Yang bersedia memperjuangkan ide dan gagasan untuk menjadi sumbangsih ide dan gagasan. Yang kemudian untuk kebutuhan sehari hari dan operasional partau berasal secara resmi dari anggaran negara. 

Dan diberikan sebagai bentuk mitra pemerintah. Dan anggaran yang dapat dioperasionalkan oleh partai adalah anggaran tersebut. Lantas pertanyaannya, jika kurang, anggaran untuk menservice masyarakat. 

Dari mana uangnya?jawabannya partai tidak perlu menservice masyarakat. Yang perlu dan wajib, partai politik wajib memastikan masyarakat terservice dengan baik oleh pemerintah. Mudah- mudahan dengan gagasan ini, lingkaran setan transformasi tipologi partai terhenti. 

Dan cukup adanya partai massa dan partai kader. Pertarungan antara hegemoni dan dominasi. Dan tercapainya tujuan utama partai politk, membangun sistem politik yang terbuka, demokratis untuk pembangunan bangsa dan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun