Dimana sebuah masyarakat yang berpotensi sebagai pemilih, maka dia akan melakukan segala cara untuk dapat meraih hati pemilih. Sama halnya marketing dalam sebuah perusahaan, untuk dapat menggaet pemilih ia akan menawarkan sisi partai yang mudah diterima oleh customers.Â
Misi dan wajah asli dari partai tentu tidak ditampilkan secara langsung. Kritik banyak diberikan pada partai dengan tipilogi ini. Karena basis pemilih dari cacth all party sangat heterogen dan tidak mencerminkan fungsi partai dalam sistem politik yang menjadi kanalisasi lapisan masyarakat.Â
Partai ini menjadi acceptable dinegara dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan memiliki high floating mass. Namun semakin banyaknya partai politik yang memilih jalan ini akan membuat ketidakjelasan identitas partai politik dan antipati masyarakat yang akan menjadi lebih cerdas.
Partai kartel identik dengan partai dagang. Tipologi partainkartel berbeda dengan sebuah perusahaan. Tetapi memiliki kesamaan orientasi dengan perusahaan.Â
Yaitu dengan mendapatkan profit uang dalam berdirinya partai politik. Partai jenis ini tidak peduli dengan suara yang diperoleh dalam election yang diikuti, tidak peduli dengan respon masyaramat terhadapnya. Yang ia perlu perhatikan adalah respon pasar terhadap partainya.Â
Dalam hal teknis, orientasi partai dalam kancah politik dan jabatan publik adalah mendapat proyek yang dapat dijalankan oleh partainya dimana dengan kegiatan tersebut dapat membiayai partainya dan keuntungan bagi pemilik dan anggota partai.Â
Kelemahan dari lartai bertipologi ini ialah kesalahkaprahan dalam menempatkan orientasi sebagai partai politik. Tidak jelasnya orientasi menyebakan partai ini lebih cenderung terombang ombing dalam sistem politik.Â
Meskipun baginya ini tidak masalah. Dan kecenderungannya partai dengan tipologi ini akan bubar dan kembali menjadi coorporate dimana partai ini berdiri juga dari perusaahan.
Diindonesia penulis melihat fase perkembangan partai politik dari pemilu 1955 sampai pemilu 2019 memiliki fase tipologi dari partai massa hingga partai kartel.Â
Diawal pemilu 1955 yang dianggap sebagai pemilu yang demokratis dan dikatakan sebagai contoh ideal penyelenggaraan pemilu, tipologi partai massa dan kader sangat mencuat. Partai massa identik dengan partai nasionalis dan partai kader identik dengan partai berbasis agama.Â
Tidak dapat kita temukan partai kartel dan partai catch all. Karena euphoria kemerdekaan dan fase pembentukan negara Indonesia menjadi pertarunagn ide, gagasan, dan dukungan dari lapisan masyarakat yang di wakili oleh partai politik