Duniaku berwarna abu-abu.
Warna pertengahan.
Tidak hitam, tidak putih, campuran keduanya.
AKu tak mencintai orang, tak pula membencinya.
Aku hanyak tak lagi mempunyai perasaan.
AKu tak lagi merasakan kesedihan, kemarahan, terlebih kebahagiaan.
Hanya ketidakpedulian.
AKu tak tahu penyebabnya.
Aku tak tahu sejak kapan aku menjadi raga tanpa jiwa.
Berkelana tanpa rasa.
Mati rasa? Mungkin.
Dulu hidupku penuh dengan cinta.
Tapi cinta hanyalah sebuah mitos kebahagiaan yang terlalu dibesar-besarkan.
Maka aku pun berteman dengan kebencian.
Kami berteman baik.
Tapi kebencian pun melelahkanku. Menggerogoti jiwaku.
Maka aku berpaling pada sosok abu-abu di duniaku.
Ketidakpedulian.
Dia berkata, "Benci dan cinta menghabiskan energi hatimu bodoh. Matikan saklar hatimu dan tidurlah"
Maka disinilah aku.
Bersama makhluk abu-abu sahabatku.
Memandang dunia tanpa rasa.
Melihat cinta tanpa bahagia, melihat duka tanpa airmata, melihat ketidakadilan tanpa kemarahan.
Maka disinilah aku.
Bertanya-tanya kapan aku bangun dari mati suriku.
Karena aku mulai takut,
tertidur selamanya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H