Mohon tunggu...
Ghofiruddin
Ghofiruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Seorang pecinta sastra, menulis puisi dan juga fiksi, sesakali menulis esai nonfiksi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Seorang Mbambung (Edisi Maret 2015 - Bagian satu)

3 Januari 2022   09:32 Diperbarui: 3 Januari 2022   09:37 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Clinn dari Pixabay


Sajak Asmara Cinta Manusia

I

hujan recih merintih

ditindih dingin air membuih

putih awan tiada jernih

angin sepoi ibarat sedih.

melamun angan ke atas gunung

tubuh diam seperti patung

di dalam ruang kian terkurung

belum 'lah makan, badanku linglung.

hatiku saja keras bersorak

darah mengalir cepat berderak

ada dia bunga berkelopak.

indah nian benar wajah itu

lama tak jumpa, aku merindu

hanya untuk paras dan senyum madu.

II

pagi buta merana sepi

langit bermendung, jangkrik menyanyi

bulan sembunyi, bintang pun tak sudi

alam menangis tiada saksi.

suara jam lambat berdetak

waktu seperti tidaklah bergerak

hitam kelam tiada beranjak

dalam diam jiwaku tersentak.

cinta manusia memang mempesona

dua anak adam menjalin asmara

pria wanita dengan hati yang setia.

tapi, hakikat cinta adalah untuk semua

kasih sayang universal sesama manusia

berazaskan ketuhanan yang maha sempurna.

III

maria magdalena,

pengikut isa yang setia

berawal dari kerinduan akan asmara

ia menemukan hakikat cinta untuk semua.

aku mencintaimu

ingin 'ku jalinkan asmaraku untukmu

mungkin dengan begitu

akan menjadi awal kasih kepada sesamaku.

(Trenggalek, 4 Maret 2015)

 

Gagasan Bersembelit

memandang langit-langit

melawan bertarung dengan sengit

dalam pikiran yang wingit.

manusia memang suka berbelit

panjang, indah untuk berkelit.

aku bosan

karena yang ada

hanyalah gagasan yang sembelit.

menatap tanah

tempat bumi berwajah

tempat manusia

akan menjadi sampah

dalam hidup hanya bisa serakah

dalam mati,

hanyalah kembali,

tanpa membawa rumah,

harta-harta apalagi.

(Trenggalek, 5 Maret 2015)

 

Kenthi 

namaku kenthi,

parasku jelek sekali,

lisanku gagu

tak dapat dimengerti,

tidak seperti tulisan ini.

maafkanlah,

bila namaku teramat buruk

tidak seperti nama kalian

yang berbentuk,

indah, tanpa cacat, tiada terkutuk.

aku lupa nama asliku

pemberian istimewa orang tuaku.

bahkan aku lupa

siapakah orang tuaku.

aku ini bodoh,

aku ini miskin.

ilmu pengetahuan tidak mungkin

dijejalkan kepadaku

karena keterbatasanku,

otakku.

apalagi lisanku gagu,

awal penghinaan orang-orang

terhadapku.

orang-orang itulah yang menjulukiku,

mereka sekampungku.

mentang-mentang mereka tampan,

mereka cantik-cantik,

mereka pintar-pintar,

lidah-lidah mereka begitu lancar,

memutarbalikkan.

lagian aku hanyalah orang miskin.

boleh ditindas jika mereka ingin.

orang-orang kaya itu.

(Trenggalek, 5 Maret 2015)

 

Mahasiswa Gagal

kita telah gagal.

kita adalah mahasiswa gagal.

kita itu bebal.

nilai yang kita peroleh

hanyalah abal-abal.

ilmu dalam pikiran tiada berjejal.

pengetahuan seperti menemukan ajal.

ia tidak pernah mengendap ke dalam jiwa,

menjadi milik hingga mengekal.

a itu hanyalah kosong belaka.

b masihlah tidak bernyawa.

c kita itu alpa. d dan e itulah pantasnya kita.

tidak usah malu mengakuinya,

itulah ilmu kita,

itulah pengetahuan kita.

moral kita bisa mempertanggungjawabkannya,

bahkan di hadapan Tuhan sekalipun.

apalah nanti jadinya,

apakah gelar kita akan bermakna

tanpa ilmu dalam jiwa.

hanyakah bekerja untuk uang yang kita kejar.

keuntungan sajakah yang kita cecar.

sedangkan yang lain masih lapar.

(Trenggalek, 6 Maret 2015)

 

Rindu Tutur Katamu

dingin,

sekujur tubuhku dingin

tatkala memandang wajahmu

diterpa angin.

membujur kaku, membeku,

hanyalah ketakjuban ditumpu,

indahmu dirayu mataku,

cantikmu dicumbu khayalku.

sangatlah semu.

aku merindukan tutur katamu

pelan, lembut menggetarkan kalbu

mampu meraba nafsu.

itu seminggu yang lalu,

dan malam ini

aku masih menunggu.

suaramu itu

sehangat peluk yang menggebu,

selimut bagi jiwa yang buntu.

tak tahu nanti bagaimana aku.

engkau mungkin hanya berlalu.

(Trenggalek, 6 Maret 2015)

 

Dalam Kebisuan

 

kau 'ku tinggal

untuk kembali 'ku rindukan.

'ku menanti

saat mata bertatapan.

saat hati mencurahkan kekaguman

dalam kebisuan.

hujan malam mengiringi kepergian.

merintik angan kembali bermesraan,

dalam pandangan,

dalam deru pikiran yang berpapasan,

dalam getaran hati yang bersinggungan,

tak terucapkan.

hanya perasaan yang terpendam.

engkau itu hangat dan menghangatkan,

walaupun itu bukanlah pelukan,

bukanlah sebuah kecupan.

hanyalah tatapan dan senyuman

yang begitu mempesonakan,

menawan derak hasrat

pemuda kelimpungan.

(Trenggalek, 7 Maret 2015)

 

Kecantikan Penuh Pesona

minuman di sini tidaklah istimewa.

makanannya juga biasa saja.

tapi, aku memandangmu beda,

mungkin,

aku seperti kebanyakan pemuda,

mudah tergoda

oleh kecantikan yang penuh pesona.

dan kamu memang mempesona.

parasmu aku suka,

resam tubuhmu indah menggoda,

rambutmu itu,

mahkota benang merah yang bertahta,

mampu menggenggam jiwa muda

yang membara.

aku harap

pesonamu bukanlah dusta,

bukanlah keindahan hanya di mata,

bukan untuk menarik para pemuda

supaya menjadi pelanggan setia,

namun, aku sanggup setia

jika pesona itu terpancar tulus

dari dalam jiwa.

(Trenggalek, 7 Desember 2015)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun