Sajak Asmara Cinta Manusia
I
hujan recih merintih
ditindih dingin air membuih
putih awan tiada jernih
angin sepoi ibarat sedih.
melamun angan ke atas gunung
tubuh diam seperti patung
di dalam ruang kian terkurung
belum 'lah makan, badanku linglung.
hatiku saja keras bersorak
darah mengalir cepat berderak
ada dia bunga berkelopak.
indah nian benar wajah itu
lama tak jumpa, aku merindu
hanya untuk paras dan senyum madu.
II
pagi buta merana sepi
langit bermendung, jangkrik menyanyi
bulan sembunyi, bintang pun tak sudi
alam menangis tiada saksi.
suara jam lambat berdetak
waktu seperti tidaklah bergerak
hitam kelam tiada beranjak
dalam diam jiwaku tersentak.
cinta manusia memang mempesona
dua anak adam menjalin asmara
pria wanita dengan hati yang setia.
tapi, hakikat cinta adalah untuk semua
kasih sayang universal sesama manusia
berazaskan ketuhanan yang maha sempurna.
III
maria magdalena,
pengikut isa yang setia
berawal dari kerinduan akan asmara
ia menemukan hakikat cinta untuk semua.
aku mencintaimu
ingin 'ku jalinkan asmaraku untukmu
mungkin dengan begitu
akan menjadi awal kasih kepada sesamaku.
(Trenggalek, 4 Maret 2015)
Â
Gagasan Bersembelit
memandang langit-langit
melawan bertarung dengan sengit
dalam pikiran yang wingit.
manusia memang suka berbelit
panjang, indah untuk berkelit.
aku bosan
karena yang ada
hanyalah gagasan yang sembelit.
menatap tanah
tempat bumi berwajah
tempat manusia
akan menjadi sampah
dalam hidup hanya bisa serakah
dalam mati,
hanyalah kembali,
tanpa membawa rumah,
harta-harta apalagi.
(Trenggalek, 5 Maret 2015)
Â
KenthiÂ
namaku kenthi,
parasku jelek sekali,
lisanku gagu
tak dapat dimengerti,
tidak seperti tulisan ini.
maafkanlah,
bila namaku teramat buruk
tidak seperti nama kalian
yang berbentuk,
indah, tanpa cacat, tiada terkutuk.
aku lupa nama asliku
pemberian istimewa orang tuaku.
bahkan aku lupa
siapakah orang tuaku.
aku ini bodoh,
aku ini miskin.
ilmu pengetahuan tidak mungkin
dijejalkan kepadaku
karena keterbatasanku,
otakku.
apalagi lisanku gagu,
awal penghinaan orang-orang
terhadapku.
orang-orang itulah yang menjulukiku,
mereka sekampungku.
mentang-mentang mereka tampan,
mereka cantik-cantik,
mereka pintar-pintar,
lidah-lidah mereka begitu lancar,
memutarbalikkan.
lagian aku hanyalah orang miskin.
boleh ditindas jika mereka ingin.
orang-orang kaya itu.
(Trenggalek, 5 Maret 2015)
Â
Mahasiswa Gagal
kita telah gagal.
kita adalah mahasiswa gagal.
kita itu bebal.
nilai yang kita peroleh
hanyalah abal-abal.
ilmu dalam pikiran tiada berjejal.
pengetahuan seperti menemukan ajal.
ia tidak pernah mengendap ke dalam jiwa,
menjadi milik hingga mengekal.
a itu hanyalah kosong belaka.
b masihlah tidak bernyawa.
c kita itu alpa. d dan e itulah pantasnya kita.
tidak usah malu mengakuinya,
itulah ilmu kita,
itulah pengetahuan kita.
moral kita bisa mempertanggungjawabkannya,
bahkan di hadapan Tuhan sekalipun.
apalah nanti jadinya,
apakah gelar kita akan bermakna
tanpa ilmu dalam jiwa.
hanyakah bekerja untuk uang yang kita kejar.
keuntungan sajakah yang kita cecar.
sedangkan yang lain masih lapar.
(Trenggalek, 6 Maret 2015)
Â
Rindu Tutur Katamu
dingin,
sekujur tubuhku dingin
tatkala memandang wajahmu
diterpa angin.
membujur kaku, membeku,
hanyalah ketakjuban ditumpu,
indahmu dirayu mataku,
cantikmu dicumbu khayalku.
sangatlah semu.
aku merindukan tutur katamu
pelan, lembut menggetarkan kalbu
mampu meraba nafsu.
itu seminggu yang lalu,
dan malam ini
aku masih menunggu.
suaramu itu
sehangat peluk yang menggebu,
selimut bagi jiwa yang buntu.
tak tahu nanti bagaimana aku.
engkau mungkin hanya berlalu.
(Trenggalek, 6 Maret 2015)
Â
Dalam Kebisuan
Â
kau 'ku tinggal
untuk kembali 'ku rindukan.
'ku menanti
saat mata bertatapan.
saat hati mencurahkan kekaguman
dalam kebisuan.
hujan malam mengiringi kepergian.
merintik angan kembali bermesraan,
dalam pandangan,
dalam deru pikiran yang berpapasan,
dalam getaran hati yang bersinggungan,
tak terucapkan.
hanya perasaan yang terpendam.
engkau itu hangat dan menghangatkan,
walaupun itu bukanlah pelukan,
bukanlah sebuah kecupan.
hanyalah tatapan dan senyuman
yang begitu mempesonakan,
menawan derak hasrat
pemuda kelimpungan.
(Trenggalek, 7 Maret 2015)
Â
Kecantikan Penuh Pesona
minuman di sini tidaklah istimewa.
makanannya juga biasa saja.
tapi, aku memandangmu beda,
mungkin,
aku seperti kebanyakan pemuda,
mudah tergoda
oleh kecantikan yang penuh pesona.
dan kamu memang mempesona.
parasmu aku suka,
resam tubuhmu indah menggoda,
rambutmu itu,
mahkota benang merah yang bertahta,
mampu menggenggam jiwa muda
yang membara.
aku harap
pesonamu bukanlah dusta,
bukanlah keindahan hanya di mata,
bukan untuk menarik para pemuda
supaya menjadi pelanggan setia,
namun, aku sanggup setia
jika pesona itu terpancar tulus
dari dalam jiwa.
(Trenggalek, 7 Desember 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H