Pesona yang Bertahta
masih 'ku ingat
gadis yang menyapaku di kantin kampus.
aku begitu terperanjat,
dia indah bertutur kata halus.
aku tiada mengenalnya,
namun ia paksakan senyumnya,
mengajakku berbicara.
tapi aku hanya terpukau memandangnya,
sekejap saja,
kemudian mendingin seperti biasa.
tapi aku masih mengingatnya,
masih membekas dalam pikiran dan jiwa.
ini momen, jarang 'ku rasa.
andaikan hatiku dipaksa,
aku akan rela jatuh cinta.
sampaikan,
sampaikanlah,
walau mungkin tak tersampaikan.
aku belum lagi jatuh cinta
walaupun pesonanya kian bertahta,
indahnya kian meraja.
semoga itu bukan dusta
lagi begitu menyiksa.
(Trenggalek, 19 Februari 2015)
Memuntahkan Keramaian
menyergap segala energi sunyi
di tengah kebisingan yang semakin menjadi.
mengorbankan tubuh pada ganas angin malam.
alam temaram, jiwa-jiwa berdentam,
berenang dalam sekam.
badanku gemetar, perutku panas,
jantungku berdebar tidak karuan.
aku mual, ingin ku muntahkan
keramaian, begitu kelam,
hanyalah remang-remang.
pantasnya 'lah keluar umpatan,
cacian, makian.
yang minor terpinggirkan, tersingkirkan,
tidak dikasih makan, kelaparan.
jangkrik-jangkrik bersemayam
dengan begitu tenang.
tapi aku tersenyum menang,
seluruh pikiran, seluruh jiwaku.
kalian tak 'kan tahu itu.
(Trenggalek, 22 Februari 2015)
Â
Kematian Berwajah Indah
bermuram durja.
durjanakah,
benar atau salahkah,
baik atau burukkah.
kehidupan telah menjadi getah
jiwa ada di tempat sampah
basah, lengket seperti darah
lecet parah hingga bernanah.
kematian berwajah indah
hati tidak akan patah
sesal telah sedemikian lelah
harapan cerah kian mendedah.
(Trenggalek, 23 Februari 2015)
Ngopi Malam Ini
berdua dengan teman,
di warung kopi,
tapi seperti sendiri.
tahu apa yang diurusi?
telepon genggam dengan fitur-fiturnya
yang paling sakti,
yang paling mampu menciptakan sunyi
walau berjuta manusia di lokasi.
teman hanya diam
memperhatikan layar,
senyum tak mau dibagi
seolah berada di dunia sendiri
seolah sedang saling benci
saling memaki dalam hati.
miris jika berkumpul seperti ini.
(Trenggalek, 27 Februari 2015)
Ekonomi Libido
wanita memang ampuh,
walaupun terlihat rapuh.
mereka benar-benar luar biasa.
ini adalah bentuk penghormatan,
penghargaan, sekaligus cacian.
ampun dan maaf, tapi inilah kenyataan
yang dipoles dengan subyektifitas pikiran.
mereka dieksploitasi di warung-warung,
di toko-toko. inilah ekonomi libido.
mereka kadang harus 'wah'
dalam berpenampilan, untuk merangsang pelanggan.
bagian tubuh pun dihidangkan
santapan bagi si mata keranjang
surga bagi si hidung belang.
sayang, gaji boleh dibilang tidak nyaman.
mereka 'lah buruh yang diperkosa
oleh keuntungan, sistem yang bertumpu pada modal,
tanpa nurani, tanpa kasih sayang.
kefanaan materi begitu memanjakan.
wanita 'lah yang paling menjadi korban.
ampun dan maaf jika aku lancang,
seolah-olah tidak menghargai kebebasan.
(Trenggalek, 27 Februari 2015)
Benar-Benar Indah
aku sedang melamun
aku parah pula tergiur
keindahan, kecantikan,
kata-kata, pemikiran akan kehidupan.
pikiranku jauh merenung
hatiku dalam menggali relung
tapi yang 'ku temukan hanyalah sampah.
dunia memang tempat sampah,
tapi kehidupan sungguh teramat indah.
manusia saja yang serakah.
banyak yang dibuang sia-sia.
mereka tidak puas dengan yang sahaja.
akibatnya harus ada yang tersiksa,
tertindas terlunta-lunta.
hati tak lagi bernurani
pikiran dikuasai materi
jasmani telah menjadi barometer
kasih yang suci, cinta tiada lagi sejati.
tapi, manusia bisa juga menjadi begitu indah
jika nurani mereka tidak di tempat sampah.
dunia akan menjadi benar-benar indah.
(Trenggalek, 27 Februari 2015)
Kamu Cantik, Aku Picik
mbak,
kamu cantik,
tutur katamu lentik,
indah teracik.
tapi,
aku tak tahu hatimu
aku tak mengenal jiwamu.
mungkinkah itu hanya topengmu
untuk melariskan kopimu
supaya pelanggan panjang berderu.
maafkanlah,
jika aku berprasangka buruk tentangmu
tapi jujur tentangmu;
mbak,
kamu cantik,
tutur katamu lentik,
indah teracik.
akulah yang picik.
(Trenggalek, 27 Februari 2015)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI