Mohon tunggu...
Ghofiruddin
Ghofiruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Seorang pecinta sastra, menulis puisi dan juga fiksi, sesakali menulis esai nonfiksi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Seorang Mbambung (Edisi 2014 - Part I)

20 Oktober 2021   08:06 Diperbarui: 20 Oktober 2021   08:30 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Penguasa Tua Berjiwa Muda

sebuah kisah tentang seorang penguasa tua berjiwa muda

penguasa tua dengan kelihaian luar biasa

sebuah kelihaian untuk lepas dari kungkungan masa tua

bebas, tanpa batas dan tiada tertindas.


penguasa tua,

bebas merayap, menyesap gairah setiap wanita muda

hingga mereka terpedaya atau cuma pura-pura

agar sang penguasa senang meilhatnya

agar ia mendapat keuntungan darinya

sampai semua binasa pada akhirnya.


penguasa tua,

gelagatnya telah melampaui batas

bertindak seenaknya demi kepuasan nafsunya

sudah tiada lagi angan meninggikan bendera

yang penting manis madu direguknya

tak peduli yang di bawah berkata apa

asalkan rencananya berjalan tanpa hambatan.


penguasa tua,

bebas, tanpa batas dan tiada tertindas

malah dia akan siap menindas

menindas setiap emosi jiwa dan pikiran

yang berusaha lantang menyuarakan dan mengingatkan

kebiadaban perilaku yang memang tak pantas dilakukan


penguasa tua,

bersembunyi di balik kewibawaan dan kekuasaan

dari setiap pandangan, umpatan serta makian yang ditujukan

ia tetap terlihat bersih tanpa noda

tanpa noda bagi manusia yang tidak peka

tiada dosa bagi para penjilat penguasa.


wahai penguasa tua,

apakah nyonya tahu sepak terjangmu...?

(Trenggalek, 18 Mei 2014)

 

Cinta atau Nafsu

terlalu banyak wanita menarik perhatian matamu,

menjalar, memasuki angan dan meracuni pikiranmu.

namun tiada satupun mampu menembus jantung hatimu,

membuatmu jatuh tersungkur dalam buaian 

cinta yang syahdu.


begitu banyak waktu telah berlalu.

entah berapa cinta tak sempat bersatu,

berapa lagi perasaan yang kemudian layu,

berapa lagi kasih dan sayang yang tak tertumpu.

segalanya musnah karena dibingkai hawa nafsu.


terbayang seorang wanita yang kini ada di depanku,

menghiasi hari-hariku dengan keindahan 

yang seolah tak pernah layu.

terbakar cemburu hatiku bila ia digoda seorang temanku.

marah perasaan jiwaku kala ia tak menghiraukanku.


lalu... inikah cinta atau nafsu?

(Trenggalek, Mei 2014)

Suka Ria Malam

kebersamaan dalam sukaria malam

berdendang, bercanda

dengan teman-teman tercinta.

melepas setiap beban hidup yang melanda

memecah gelak tawa

melepas kesunyian,

kalian yang ada di sana.

(Trenggalek, Mei 2014)

Apa Itu Mahasiswa

apakah itu mahasiswa

kesana kemari menyangklong tas

membawa buku dan berkas

yang seakan tiada guna

pikiran pun entah kemana.


apakah itu mahasiswa

apakah itu hanya sebuah nama

sebuah status untuk berbangga

dan memandang rendah pada selainnya

padahal ilmunya dalam jiwa tiada.

(Trenggalek, Mei 2014)

Keheningan Total

ketika suara tak bernyawa

di kala hening menyapa

berjuta riuh tak 'kan terasa

keramaian adalah kematian

hanya terdengar di telinga

tak membekas di dalam jiwa

hampa...


kesunyian adalah kebahagiaan

representasi kehidupan

kehidupan akal pikiran

pikiran yang hidup dalam kesendirian

namun mati

ketika mengikuti arus

arus keramaian


keheningan adalah seorang kawan

sahabat sejati dalam meresapi renungan

renungan tentang realitas kehidupan

kehidupan yang 'kan berujung pada kematian


hidup dan kemudian mati

sebuah alur yang tak terhindarkan

hingar bingar yang berakhir dengan kesepian

hilang tanpa sisa dalam kesunyian

(Trenggalek, Mei 2014)

Produk Bernama Kesepian

dia adalah produk kehidupan

bernama kesepian

dia dididik oleh kesendirian

dalam gejolak pikiran


dia tidak mau mengikuti keramaian

yang penuh kehampaan

kesunyian baginya merupakan tempat

paling nyaman


namun terkadang rasa nyaman

berubah menjadi kehampaan

tatkala kesendirian tak mampu

mengatasi gejolak pikiran


gejolak pikiran

yang bercampur dengan gundahnya

perasaan.

(Trenggalek, 19 Agustus 2014)

Penyendiri

aku ditinggal sendiri

lalu menjadi penyendiri

hidupku terbiasa dalam sunyi

dihiasi dengan indahnya sepi


aku adalah penyendiri

pelamun ulung yang tidak peduli

dan akhirnya aku dijauhi

tapi aku tetaplah aku begini

(Trenggalek, 23 Agustus 2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun