Sebagai negara yang sedang berupaya menjadi negara adidaya melalui kebijakan One Belt One Road-nya, China telah lama menjadi rekan dagang terbesar bagi Indonesia. Hubungan perdagangan China dengan Indonesia ini bahkan mengalahkan negara adidaya seperti Amerika sebagai mitra perdagangan internasional indonesia. Persentase perdagangan yang dilakukan Indonesia dengan China pada tahun 2021 mencapai 26,3 % dari total keseluruhan, persentase tersebut mengalahkan persentase perdagangan Indonesia dengan Amerika pada tahun yang sama yang hanya mencapai 12,61%.
Hubungan dagang antara Indonesia dan China di tahun mendatang juga diperkirakan bakal semakin menguat, diliat dari peningkatan jumlah ekspor-impor antar masing-masing negara yang semakin meningkat.Â
Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), data nilai perdagangan antara China dan Indonesia pada tahun 2021 mencapai lebih dari USD $100 miliar.Â
Jika didata secara rinci, nilai ekspor Indonesia ke China pada tahun 2021 sendiri bisa mencapai USD $53,76 Milliar, tidak berbeda jauh dengan impor yang dilakukan Indonesia dari China yang mencapai USD $56,23 miliar pada tahun yang sama. Nilai perdagangan China dan Indonesia sendiri menjadi penyumbang porsi terbesar bagi Indonesia dari jumlah seluruh nilai perdagangan Indonesia dengan mitra lainnya yang jumlahnya mencapai USD $427,71 miliar.Â
Nilai perdagangan China dan Indonesia pada tahun 2022 sendiri mencapai hingga US$109,22 miliar, meningkat 26% dari tahun lalu pada periode yang sama, dan menyumbang 24,6% dari jumlah total nilai perdagangan Indonesia dengan seluruh mitranya pada tahun 2022.
Dengan eratnya hubungan perdagangan antara China dan Indonesia, hal ini memudahkan kegiatan ekonomi antar kedua pihak, terutama bagi perusahan asing untuk membuka cabang bisnis di negara lain. Salah satu contohnya yaitu perusahan waralaba Mixue Ice Cream & Tea milik Zhang Hongchao. Perusahaan yang telah berdiri sejak bulan Juni 1997 ini memiliki lebih dari 20. 000 cabang gerai mixue  di China dan negara lain di asia pasifik, salah satunya Indonesia. banyaknya franchise yang berdiri ini menjadikan Mixue sebagai salah satu perusahaan F&B dengan franchise terbanyak di dunia mengikuti jejak McDonald, Starbuck, dan KFC.
Gerai Mixue ini pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 2020, di Bandung, dan kemudian merambat dengan pesat ke kota-kota lain di Indonesia. Franchise Mixue di Indonesia sendiri saat ini dipegang oleh perusahaan PT Zhisheng Pacific Trading. Hingga saat ini, tercatat Mixue telah memiliki 317 toko menurut data dari pandaily yang terhitung per akhir maret 2022.
Lalu apa yang membuat franchise Mixue ini berhasil di Indonesia hanya dalam kurun waktu yang singkat? Seorang dosen strategi pemasaran dari Universitas Airlangga, Prof Dr Sri Hartini SE MSi, mempunyai beberapa jawaban mengenai itu. Menurutnya, ada 4 aspek poin yang berhasil dilakukan oleh mixue secara bersamaan dan menggunakannya dengan baik.Â
4 aspek tersebut yaitu permainan harga, kualitas produk, penempatan pasar, dan strategi promosi yang baik. Hartini beropini bahwa Mixue berhasil menggunakan teori marketing strategy, yaitu penetration pricing yang menjual dengan harga yang terbilang murah. Sensitifitas harga merupakan poin penting bagi Mixue.Â
Mixue menyasar segmen ekonomi kalangan menengah yang rata-rata dikuasai oleh remaja, sehingga pasar ini cocok bagi mixue untuk berbisnis dengan cost yang low karena segmen tersebut kebanyakan berfokus pada harga daripada gaya dan kualitas. Yang kedua yaitu kualitas produk, Mixue mempunyai menu yang beragam, variatif dan kualitas rasanya juga tidak buruk mengingat harga jual yang murah.Â
Harga ice cream yang dibanderol hanya 8 ribu sudah bisa menghibur mulut banyak pelanggan. Yang ketiga yaitu penempatan pasar, Mixue menggunakan model franchise dimana kemitraan yang mengurus, sehingga tempat gerai mixue dibuka tidak perlu mewah dan mahal, melainkan ramai dan strategis. Poin keempat yaitu strategi promosi, dimana mixue berhasil menggunakan marketing place nya dengan baik.Â
Mengingat pasar segmen yang digunakan Mixue untuk berbisnis banyak diisi oleh kalangan remaja yang terglobalisasi oleh kemajuan teknologi sehingga pemasaran di media sosial merupakan tempat paling strategis untuk Mixue dan diterapkan dengan baik oleh Mixue, salah satunya yaitu lagu Mixue yang berhasil viral dan popular di berbagai macam media sosial.
Salah satu faktor lain yang membuat Mixue sukses berbisnis di Indonesia adalah minimnya persaingan. Pasar ice cream franchise di Indonesia tidak ramai oleh banyak perusahaan. Kebanyakan perusahaan ice cream menjual produknya di gerai-gerai supermarket dengan model kemasan yang dibungkus. Inovasi menarik dari Mixue ini menarik perusahaan-perusahaan untuk membuka pasar usaha baru di bidang F&b.Â
Bisa dibilang pada awal kemunculan dan keviralan Mixue di Indonesia, Mixue tidak memiliki pesaing dengan model bisnis yang sama, itu juga faktor lain yang menyebabkan Mixue menjadi popular di Indonesia. Namu kini sudah ada beberapa pesaing baru bagi Mixue untuk bersaing, tercatat ada dua perusahaan baru yang bergerak di bidang bisnis yang sama dengan Mixue. Ai-CHA dan Momoyo, dua nama merk dagang terbaru yang menjadi pesaing Mixue di pasar franchise Ice cream. Dua perusahaan asal Indonesia itu juga menjualkan menu yang tidak jauh berbeda denga napa yang ditawarkan Mixue, dan dengan harga yang tidak berbeda jauh juga. Menarik melihat bagaimana perkembangan pasar Ice cream kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H