Mohon tunggu...
Achmad GhoffarMachmud
Achmad GhoffarMachmud Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi bermain game, rebahan, suka beatbox

Selanjutnya

Tutup

Politik

Potensi Kanal Kra Terhadap Jalur Perdagangan Ekonomi di Selat Malaka

8 Maret 2023   13:31 Diperbarui: 8 Maret 2023   13:42 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selat Malaka merupakan salah satu selat yang sering di lewati kapal-kapal internasional yang terletak di Asia Tenggara, tepatnya  diantara Pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu. Hingga saat ini, Selat Malaka masih menjadi pusat jalur perdagangan bagi berbagai negara.

Selat Malaka ini menghubungkan jalur pelayaran dari Samudra Hindia menuju Samudra Pasifik. Selat ini sudah menjadi jalur perdagangan internasional sejak jaman kerajaan Sriwijaya. Berbagai macam bangsa mulai dari India, China, dan Arab telah melewati Selat Malaka untuk melakukan perdagangan. Sebagai jalur pertemuan antar bangsa maka terjadinya akulturasi budaya antar bangsa dan juga masyarakat penduduk di pinggiran selat.

Pelabuhan-Pelabuhan yang ada di Selat Malaka juga menjadi salah satu Pelabuhan tersibuk di dunia. Faktor pendukung semakin ramainya Selat Malaka ini dikarenakan pembukaan terusan Suez pada 1869 dan negara Singapura yang mulai bangkit pada tahun 1930an.

Letak Selat Malaka ini sangat strategis hingga dijadikan gerbang utama jalur sutra perdagangan internasional. Dilihat dari sisi geografis, selat ini berada dibawah kekuasaan 3 negara yaitu Malaysia, Singapura, dan tentunya Indonesia. Selat Malaka sendiri memiliki panjang hingga 800 km dengan lebar 65 km di bagian selatan dan melebar di sisi utara sekitar 250 km.

Sebagai salah satu perairan teramai didunia, Selat Malaka tentu memberikan keuntungan besar bagi negara yang berkuasa atas selat ini. Sebut saja Singapura, negara Singapura mendapat keuntungan sangat besar dari pelabuhan yang mereka dirikan di Selat Malaka.

Menurut puskodal koarmada I, per 2020, Selat Malaka selalu dilewati setidaknya 3000 kapal berbagai jenis tiap harinya.

Selain Singapura, pelabuhan yang dimiliki oleh Malaysia dan Indonesia juga mendapat keuntungan dari Selat Malaka. Thailand sebagai negara tetangga tentu juga memiliki ambisi yang sama, namun posisi Thailand di Selat Malaka yang kurang strategis dibandingkan Indonesia, Malaysia, dan Singapura menyebabkan Thailand tidak bisa mendapatkan keuntungan maksimal.

Menyadari hal tersebut, pemerintah Thailand telah memiliki rencana ambisius yang telah disiapkan sejak lama.

Pembuatan kanal di daerah Tanah Genting Kra merupakan rencana Thailand untuk membuat jalur perdagangan internasional baru yang lebih strategis dibandingkan Selat Malaka. Tanah Genting Kra sendiri merupakan sebuah daratan tersempit dari Semenanjung Malaya, terletak di Ban Thap Lie, Kecamatan Ma Mu, Kabupaten Kra Buri, Provinsi Ranong. Daratan ini diapit oleh laut Andaman dan laut Cina Selatan.

Rencana ini telah dibuat sejak masa kepemimpinan Raja Narai Agung pada abad 17.  Namun banyaknya masalah yang dihadapi oleh Thailand karena kendala ekonomi, politik, teknologi yang belum memadai sehingga rencana ini sering dihenti-lanjutkan.

China yang menyadari potensi kanal kra ini datang untuk membantu Thailand dalam bentuk joint venture antara China dan Thailand. Hadirnya China bukan tanpa alasan, dengan merealisasikan kanal kra ini, dinamika geopolitik Asia Tenggara bisa terkena dampak. Selain itu, China yang sedang mengalami kemajuan ekonomi tentu tidak menyia-nyiakan peluang untuk meningkatkan ekonomi negaranya. Adanya kanal kra bisa menghemat biaya bahan bakar, memangkas waktu perjalanan selama 4 hari, memotong jarak perjalanan hingga 1.200 km, dan meminimalisir pembajakan yang sering terjadi di Selat Malaka.

Jika kanal kra ini dapat terealisasikan, Selat Malaka akan terkena dampak yang sangat signifikan. Selat Malaka akan kehilangan gelar sebagai jalur utama perdagangan internasional karena jalur yang melalui terusan kra jelas lebih efektif dan lebih menguntungkan banyak pihak. Selain itu, hadirnya kanal kra bisa mempengaruhi ekonomi Singapura, karena Sebagian besar pemasukan ekonomi singapura berasal dari aktivitas di Selat Malaka.

Indonesia sendiri juga bisa terkena dampak jika tidak memanfaatkan situasi dengan baik. Jika kanal kra terealisasi, Indonesia punya peluang untuk mendapatkan keuntungan karena posisi geografisnya. Caranya dengan menjadikan Batam sebagai tempat Pelabuhan transit yang bisa menyaingi Singapura. Selain itu Pelabuhan Kuala Tanjung yang ada di Sumatra juga bisa digunakan sebagai Pelabuhan transit  sebelum melintasi kanal kra.

Sebuah skenario telah dibuat oleh Institute  of Developing  Economies, Japan  External  Trade  Organization (IDE-JETRO) pada tahun 2016 tentang dampak ekonomi bagi negara sekitar jika kanal kra berhasil terealisasi. Skenario yang pertama yaitu Kanal Kra  dan  Selat  Malaka  hidup bersamaan, Hasilnya Indonesia tidak mengalami kerugian yang banyak karena Selat Malaka yang masih berfungsi. Lalu Skenario ke 2 yaitu Kanal Kra aktif dan Selat Malaka ditutup dan akan digantikan dengan feeder dari Kanal Kra ke Singapura. Skenario ini memberikan potensi dampak terbesar bagi Indonesia yaitu mengalami penurunan 0.33%.

Jika kanal kra ini benar-benar terjadi maka akan berdampak besar bagi perekonomian di asia tenggara terutama bagi selat malaka. Namun sayangnya, pembuatan kanal ini memiliki resiko yang besar. Hal itu dikarenakan biaya pembangunan yang mencapai USD 28 miliar dollar, proses pembangunan yang membutuhkan waktu paling sedikit 8 tahun, potensi kerusakan lingkungan di sekitar kanal, dan adanya protes dari rakyat Thailand karena akan memisahkan 4 provinsi yang bisa memicu gerakan separatis yang bisa merugikan Thailand.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun