Selat Malaka merupakan salah satu selat yang sering di lewati kapal-kapal internasional yang terletak di Asia Tenggara, tepatnya  diantara Pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu. Hingga saat ini, Selat Malaka masih menjadi pusat jalur perdagangan bagi berbagai negara.
Selat Malaka ini menghubungkan jalur pelayaran dari Samudra Hindia menuju Samudra Pasifik. Selat ini sudah menjadi jalur perdagangan internasional sejak jaman kerajaan Sriwijaya. Berbagai macam bangsa mulai dari India, China, dan Arab telah melewati Selat Malaka untuk melakukan perdagangan. Sebagai jalur pertemuan antar bangsa maka terjadinya akulturasi budaya antar bangsa dan juga masyarakat penduduk di pinggiran selat.
Pelabuhan-Pelabuhan yang ada di Selat Malaka juga menjadi salah satu Pelabuhan tersibuk di dunia. Faktor pendukung semakin ramainya Selat Malaka ini dikarenakan pembukaan terusan Suez pada 1869 dan negara Singapura yang mulai bangkit pada tahun 1930an.
Letak Selat Malaka ini sangat strategis hingga dijadikan gerbang utama jalur sutra perdagangan internasional. Dilihat dari sisi geografis, selat ini berada dibawah kekuasaan 3 negara yaitu Malaysia, Singapura, dan tentunya Indonesia. Selat Malaka sendiri memiliki panjang hingga 800 km dengan lebar 65 km di bagian selatan dan melebar di sisi utara sekitar 250 km.
Sebagai salah satu perairan teramai didunia, Selat Malaka tentu memberikan keuntungan besar bagi negara yang berkuasa atas selat ini. Sebut saja Singapura, negara Singapura mendapat keuntungan sangat besar dari pelabuhan yang mereka dirikan di Selat Malaka.
Menurut puskodal koarmada I, per 2020, Selat Malaka selalu dilewati setidaknya 3000 kapal berbagai jenis tiap harinya.
Selain Singapura, pelabuhan yang dimiliki oleh Malaysia dan Indonesia juga mendapat keuntungan dari Selat Malaka. Thailand sebagai negara tetangga tentu juga memiliki ambisi yang sama, namun posisi Thailand di Selat Malaka yang kurang strategis dibandingkan Indonesia, Malaysia, dan Singapura menyebabkan Thailand tidak bisa mendapatkan keuntungan maksimal.
Menyadari hal tersebut, pemerintah Thailand telah memiliki rencana ambisius yang telah disiapkan sejak lama.
Pembuatan kanal di daerah Tanah Genting Kra merupakan rencana Thailand untuk membuat jalur perdagangan internasional baru yang lebih strategis dibandingkan Selat Malaka. Tanah Genting Kra sendiri merupakan sebuah daratan tersempit dari Semenanjung Malaya, terletak di Ban Thap Lie, Kecamatan Ma Mu, Kabupaten Kra Buri, Provinsi Ranong. Daratan ini diapit oleh laut Andaman dan laut Cina Selatan.
Rencana ini telah dibuat sejak masa kepemimpinan Raja Narai Agung pada abad 17. Â Namun banyaknya masalah yang dihadapi oleh Thailand karena kendala ekonomi, politik, teknologi yang belum memadai sehingga rencana ini sering dihenti-lanjutkan.
China yang menyadari potensi kanal kra ini datang untuk membantu Thailand dalam bentuk joint venture antara China dan Thailand. Hadirnya China bukan tanpa alasan, dengan merealisasikan kanal kra ini, dinamika geopolitik Asia Tenggara bisa terkena dampak. Selain itu, China yang sedang mengalami kemajuan ekonomi tentu tidak menyia-nyiakan peluang untuk meningkatkan ekonomi negaranya. Adanya kanal kra bisa menghemat biaya bahan bakar, memangkas waktu perjalanan selama 4 hari, memotong jarak perjalanan hingga 1.200 km, dan meminimalisir pembajakan yang sering terjadi di Selat Malaka.