Sebelum membaca tulisan saya lebih lanjut, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Ghina Kamila. Saat ini saya sedang menempuh perkuliahan semester 4 di Universitas Ahmad Dahlan dengan prodi Ilmu Komunikasi konsentrasi Public Relations.Â
Selama ini dari awal saya menggunakan sosial media selama 1 dekade terakhir, bisa dibilang saya pecandu sosial media karena saya tidak akan bisa lepas dengan sosial media, namun sebenarnya pengalaman saya dalam menggunakan sosial media tidak serta merta menjadi seorang konten kreator, yang mana saya pada dasarnya hanya menggunakan sosial media untuk berkomunikasi dengan banyak orang dari kejauhan, mencari sebuah informasi terutama mengenai keilmuan yang saya pelajari di Prodi Ilmu Komunikasi, mempelajari suatu hal yang bukan bagian dari keilmuan yang saya pelajari seperti kedokteran, militer, tata boga, psikologi maupun hiburan yang saya suka mulai dari musik, konten vlog a day in my live seseorang maupun film.Â
Namun meskipun tidak serta merta benar-benar menjadi seorang konten kreator yang memiliki banyak pengikut, saya pernah mencobanya menjadi seorang konten kreator. Semasa SMA saya suka sekali menulis cerita pribadi saya di blog mengenai kehidupan sehari-hari saya. Meskipun tidak banyak yang membaca namun ada perasaan senang sekali dapat menulis di blog tersebut.Â
Selain itu saya juga pernah membuat sebuah podcast melalui platform spoon mengenai proses move on dengan mantan, gebetan dan lain sebagainya. Namun akun spoon saya tersebut entah bagaimana tiba-tiba hilang dan saya tidak bisa mengaksesnya lagi padahal saat itu viewers yang mendengarkan sudah lumayan banyak bagi saya. Tapi tidak apa-apa yang berlalu biarlah berlalu. Oh iya kemarin saat UTS mata kuliah Teori Komunikasi, kami diberi tugas membuat podcast mengenai mata kuliah tersebut yang telah ditentukan oleh dosen. Kebetulan judul yang telah ditentukan oleh dosen saya untuk diangkat menjadi podcast yaitu "Speech Act Theory".Â
Dalam podcast tersebut saya menjelaskan mengenai sejarah Speech Act Theory serta pengertian dari Speech Act Theory. Dilansir dari wikipedia Speech Art Theory ini adalah seluruh komponen bahasa dan non bahasa meliputi perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut peserta di dalam percakapan, bentuk penyampaian amanah, topik dan konteks amanat tersebut. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Austin (1962) melalui teorinya tentang tiga tingkat pentuturan, yaitu lokusi, ilokusi, Â dan perlokusi.Â
Namun Searle (1969) membagi penuturan ilokusi menjadi lima kategori yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Â Potensi perangkat yang saya gunakan saat ini memang banyak sekali terutama dalam menunjang kreatifitas, pekerjaan dan mengasah minat dan bakat seperti bernyanyi, memainkan alat musik dan lain sebagainya.Â
Saya mempunyai hobby menyanyi dan terkadang bila saya  memiliki waktu senggang saya mencoba mengcover lagu yang saya suka seperti lagu Afgan, Raisa, Rossa melalui whatsapp status, Snap Instagram.Â
Lalu potensi perangkat yang kita gunakan dapat menunjang pekerjaan yang kita punya seperti saya saat ini berstatus sebagai seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD tentu dapat terbantu dengan media perangkat ini semisal dalam mengerjakan tugas dan mengalami hal yang belum dipahami saya dapat mencarinya melalui google ataupun bila ingin mencari sumber yang menyangkut keilmuan saya, saya dapat mencarinya lewat google scholar sebagai acuan dan referensi dalam perkuliahan.Â
Apalagi disaat covid-19 melanda, perkuliahan pun dilakukan secara daring dengan jarak yang jauh dan mau tidak mau kita mengikuti protokol kesehatan demi memutus rantai covid-19. Bayangkan saja apabila covid-19 terjadi disaat belum berkembangnya perangkat yang kita gunakan seperti saat ini, bagaimana kita dapat kuliah jarak jauh? Tentunya kita tidak akan kuliah dalam waktu yang lama. Tentunya itu sangat merugikan bagi seluruh civitas akademik maupun orang-orang yang bekerja di perkantoran.Â
Covid-19 memang merugikan banyak sebagian masyarakat di Inddonesia terlebih bagi mahasiswa, perusahaan hingga melakukan PHK besar-besaran karena laba perusahaan tidak sesuai dengan jumlah karyawan yang ada, dokter muda yang baru saja lulus dari Fakultas Kedokteran yang pada akhirnya melakukan kegiatan koas secara daring dan tentunya hal ini menyulitkan bagi mereka karena perlunya praktikum secara langsung di rumah sakit tempat mereka koas agar lebih efisien dalam menjalankan koas.Â
Dengan adanya perkembangan media yang kita gunakan tentunya memiliki kekurangan terutama bagi produksi konten di Indonesia adalah banyaknya konten kreator yang membuat konten tidak bermanfaat seperti beberapa waktu yang lalu ada sepasang artis dan konten kreator youtube yang baru saya menikah namun beberapa waktu setelah menikah mereka mengalami musibah yaitu kegugurannya calon buah hati mereka dan musibah tersebut dijadikan sebagai konten mereka dengan meraih vievers mencapai 10 juta.Â