Mohon tunggu...
GHINA KHAIRUNNAJAH
GHINA KHAIRUNNAJAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA| PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010167

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono

24 Oktober 2024   15:26 Diperbarui: 24 Oktober 2024   15:27 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya kepemimpinan Sosrokartono dapat dipahami dari tiga aspek utama: kebijaksanaan budaya, komunikasi lintas budaya, dan kepemimpinan yang humanis.

a) Kebijaksanaan Budaya

Sebagai seorang yang berasal dari Jawa, Sosrokartono mengadopsi nilai-nilai kejawaan yang penuh dengan kebijaksanaan. Ia dikenal sebagai "juru selamat dari Timur," yang mencerminkan sosok yang membawa kedamaian dan pengetahuan. Salah satu filosofi yang ia anut adalah konsep "sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake," yang artinya kaya tanpa harta, berkuasa tanpa kekuasaan, berjuang tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan. Filosofi ini menekankan pentingnya kekuatan spiritual dan intelektual dalam kepemimpinan, yang jarang ditemukan dalam gaya kepemimpinan konvensional.

Sebagai seorang yang tumbuh dalam tradisi Jawa yang kaya akan nilai-nilai luhur, Sosrokartono menginternalisasi filosofi hidup yang penuh dengan kebijaksanaan. Ia tidak hanya sekadar mempelajari, tetapi juga benar-benar menjalankan nilai-nilai kejawaan dalam kehidupannya sehari-hari dan gaya kepemimpinannya. Dalam budaya Jawa, terdapat konsep bahwa kepemimpinan tidak hanya diukur dari kekuatan fisik atau kekuasaan materi, melainkan juga dari kebijaksanaan, pengendalian diri, dan kepekaan terhadap orang lain. Sosrokartono berhasil menerjemahkan nilai-nilai ini ke dalam konteks yang lebih luas, menjadikan dirinya sebagai juru bicara perdamaian dan intelektual yang dihormati, baik di Indonesia maupun di dunia internasional.

Filosofi "sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake" adalah salah satu contoh kebijaksanaan budaya yang dipegang teguh oleh Sosrokartono. Filosofi ini mengajarkan bahwa kekayaan sejati bukanlah terletak pada harta benda, melainkan pada kekayaan jiwa dan pikiran. Sosrokartono meyakini bahwa kekuasaan tidak selalu harus dicapai melalui jabatan atau status sosial, tetapi bisa diraih melalui integritas, kecerdasan, dan kemampuan memengaruhi orang lain dengan cara yang baik. Ia percaya bahwa seorang pemimpin yang bijaksana tidak harus menggunakan kekerasan atau paksaan untuk mencapai tujuannya, melainkan cukup dengan memberikan teladan yang baik, sehingga orang lain akan mengikuti secara sukarela.

Pendekatan ini membawa kesegaran dalam konteks kepemimpinan konvensional, di mana kekuatan sering diukur dari seberapa besar kendali yang dimiliki seseorang atas orang lain. Sosrokartono justru menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang bisa memimpin dengan hati, yang mampu memahami kebutuhan dan perasaan orang-orang di sekitarnya. Dengan mempraktikkan filosofi Jawa tersebut, Sosrokartono tidak hanya meraih keberhasilan pribadi, tetapi juga menjadi simbol kebijaksanaan yang mampu menginspirasi orang lain untuk melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang berbeda. Pendekatan yang menekankan pada kemenangan tanpa merendahkan lawan atau tanpa konflik ini mencerminkan nilai-nilai harmonis yang sangat dibutuhkan dalam dunia yang sering terpecah belah oleh konflik dan perselisihan.

Selain itu, filosofi Sosrokartono menekankan pentingnya kekuatan spiritual dan intelektual dalam kepemimpinan. Ia berpendapat bahwa kepemimpinan bukan sekadar tentang mengarahkan orang lain, tetapi juga tentang membimbing diri sendiri untuk mencapai pencerahan dan kebijaksanaan. Dalam pandangannya, seorang pemimpin yang baik harus mampu menginternalisasi nilai-nilai yang mendalam, yang akan membantunya dalam mengambil keputusan yang tepat dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang tinggi. Dengan demikian, kepemimpinan tidak hanya menjadi tanggung jawab terhadap orang lain, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual bagi diri sendiri.

Kekuatan batin menjadi fondasi utama bagi Sosrokartono dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul. Ia meyakini bahwa seorang pemimpin harus memiliki ketahanan mental yang kuat untuk tetap tenang dan fokus meskipun berada di tengah tekanan. Dalam banyak situasi, tantangan yang dihadapi tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu memiliki keterampilan untuk mengelola emosi dan tetap berpegang pada tujuan yang lebih tinggi. Ini adalah karakteristik penting yang membedakan pemimpin yang sukses dari yang lainnya.

Di era modern, nilai-nilai yang diajarkan oleh Sosrokartono semakin relevan. Banyak pemimpin saat ini menghadapi tekanan yang luar biasa, baik dari lingkungan eksternal maupun internal, yang menuntut mereka untuk tetap tenang, sabar, dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Dalam konteks yang seringkali tidak pasti dan kompleks ini, memiliki kekuatan spiritual dan intelektual yang kokoh menjadi sangat penting. Sosrokartono mengingatkan kita bahwa untuk memimpin dengan efektif, kita harus memahami diri kita sendiri terlebih dahulu, dan mengembangkan kekuatan batin yang akan membantu kita tetap pada jalur yang benar, meskipun dalam situasi yang sulit.

Dengan demikian, ajaran Sosrokartono mengisyaratkan bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin datang dari dalam dirinya, bukan dari atribut eksternal seperti kekayaan atau jabatan. Ini adalah pelajaran yang tetap relevan hingga saat ini dan harus menjadi acuan bagi setiap individu yang ingin mengambil peran kepemimpinan. Kekuatan spiritual dan intelektual yang dimiliki pemimpin akan menciptakan ketahanan dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat. Melalui pemahaman ini, kita diingatkan untuk menggali potensi diri kita, membangun kekuatan batin, dan menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang akan datang

b) Komunikasi Lintas Budaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun