MENCERITAKAN PENGALAMAN MASUK SMA NEGERI 16 BEKASI
Nama saya Ghina Khairunnisa Utami. Dalam kehidupan sehari-hari saya, saya biasa dipanggil Ghina. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 26 Juni tahun 2001. Saya dilahirkan disalah satu rumah sakit didaerah Slipi. Selama saya kecil, saya sudah tinggal di Pondok Gede. Lalu saya pindah ke Tangerang untuk memulai pendidikan dengan bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK). Setelah lulus TK, saya pindah ke Pondok Gede pada kelas 1 SD. Dan sampai saya lulus SMP saya masih tinggal di Pondok Gede.
Selama saya duduk di bangku SMP, saya bisa dikatakan jarang belajar. Guru saya selalu memberikan saya PR sehingga sangat jarang untuk saya belajar sendiri. Saya akan belajar dengan cukup serius jika keesokan harinya guru saya mengadakan ulangan harian. Begitu pula dikelas 7 dan 8. Dikelas 7 saya masih mendapatkan ranking 10 besar dikelas. Mulai kelas 8 ranking saya menurun menjadi 20 besar.
Saya merasa selama saya duduk dikelas 8, saya sangat menyianyiakan rezeki dan pemberian dari Tuhan. Saya sangat jarang sekali belajar. Yang saya pikirkan saat itu hanyalah bermain. Selama Ujian Akhir dikelas 8, saya selalu bertanya ataupun menyontek hasil jawaban sahabat saya dengan izinnya. Alhasil, peringkat saya menurun.
Mulai saya masuk kelas 9 semester pertama, saya tanamkan dalam diri saya bahwa belajar itu sangatlah penting untuk masa depan saya. Orangtua saya mendaftarkan diri saya ke bimbingan belajar didaerah Molek yaitu Nurul Fikri. Saya senang karena saya dapat menjadi bagian dari keluarga besar Nurul Fikri Molek. Saya juga mendapatkan banyak teman dari SMP Bekasi maupun SMP DKI Jakarta.
Sejak kelas 7 saya sangat tidak menyukai pelajaran matematika. Jika saya diperbolehkan untuk memilih ilmu di dunia IPA, saya pasti akan lebih memilih biologi dibandingkan matematika. Di kelas 9 saya cukup serius belajar mata pelajaran untuk UN. Terkecuali untuk matematika. Di sekolah maupun tempat les, saya selalu berusaha untuk menghindar dari matematika.
Mulai kelas 9 semester dua, saya lebih giat dan serius dalam belajar. Tetapi kali ini, ada dua mata pelajaran UN yang sangat saya tidak sukai yaitu matematika dan ipa. Setiap kali ada dua mata pelajaran tersebut ditempat les, saya selalu menghindar dengan cara sakit dan lain sebagainya. Saat itu saya masih belum sadar akan ‘keganasan’ dalam dunia pendidikan. Saat itu mata pelajaran yang saya fokuskan untuk UN hanyalah Bahasa Indonesia.
Menjelang 3 bulan menuju UN, saya mulai gencar mengejar keterlambatan materi di mata pelajaran matematika dan ipa yang terdapat di otak saya. Saya berjuang untuk lebih memahami kedua mata pelajaran tersebut. Saya lebih rajin untuk mengikuti konsultasi ditempat les saya.
Lalu, tibalah saat-saat yang sangat mendebarkan yaitu UN. Dengan tenang saya mengerjakan 4 mata pelajaran UN dalam 4 hari. Dan pada tanggan 10 Juni tibalah saat-saat yang sangat mendebarkan juga yaitu pembagian nem. Saat itu saya melihat dan mengetahui nem saya melalui grup kelas. Sebuah kebahagiaan dan kesedihan bercampur didalam benak saya. Nem saya adalah 28,10 dan saya sangat kaget. Saya bahagia karena nilai ipa saya jauh diluar dugaan yaitu 77,5. Dan saya juga merasa sangat menyesal tidak belajar karena saya yakin saya bisa mendapatkan yang lebih. Akibatnya nilai matematika saya sangatlah mengenaskan yaitu 37,5.
Dengan nem 28,10 saya mencoba mandaftarkan diri saya di SMAN Jakarta. Saya segera meverifikasikan data diri saya di SMAN 67 Jakarta. Lalu saya mendapatkan kode token yang nantinya akan digunakan untuk aktivasi akun di PPDB Online Jakarta. Nekat memang saya mendaftarkan diri saya di jalur umum luar DKI. Namun bagaimana lagi saya tidak memiliki Kartu Keluarga DKI sehingga satu-satunya jalan yang saya dapat lewati hanyalah melalui jalur tersebut.
Akhirnya saya tidak lolos untuk bersekolah di SMAN di Jakarta. Lalu pada tanggal 27 Juni saya ikut mendaftarkan diri saya di PPDB Online Bekasi. Di hari pertama saya menyantumkan nama saya di SMAN 11 pada jam 9 pagi. Awalnya saya optimis bahwa saya akan diterima di SMAN 11. Setiap saya hendak tidur dan saya bangun untuk melaksanakan sahur saya selalu memantau posisi diri saya di SMAN 11.