Mohon tunggu...
Ghina Aulaz
Ghina Aulaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka menulis

Mahasiswa untirta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sogokan Geli

10 Oktober 2021   18:25 Diperbarui: 10 Oktober 2021   18:28 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 ''Alasan yang paling familiar buat manusia-manusia yg berpartisipasi apatis itu biasanyaua mereka merasa tidak ada calon pasangan yang layak untuk dipilih. Lah terusngapain juga berpartisipasi, mending tidurnyenyak di kasur empuk.'' kini mus yang angkat suara. Monang terkagum dengan ucapan mus ini, ada angin dari mana dia.

 siapapun yang menjadi pemimpin tidak akan mempengaruhi keadaan saya dek, Maksudnya begini, kalo seperti ini seperti pemilihan pasangan presiden. Kurang lebih seperti ini perkataannya, "mau saya pilih siapapun, pemimpin itu gak bakalan lirik saya, merhatiin lirik, segini luasnya Indonesia saya gak bakal ngerasain manis-manisnya."

 ''Gini aja bu, kita lihat setahun kedepankan untuk gubernur yang terpilih ini, bagaimana beliau menjadi seorang pemimpin, bagaimana memenuhi janji-janjinya, apakah perkataanya terbukti dan apakah sogokan geli itu yang membuat warga terpikat saat itu akan selalu terpikat sampai selama masa jabatan?'' ucap Monang yang membuat ibu warung dan juga mus tak sabar menunggu 1 tahun kedepankan nanti.

Ibu ingat saat kampanye Akbar pak presiden kita di GBK? Pak presiden mengatakan kami bertekad tidak ada lagi rakyat yang tertinggal dari kemiskinan dan berjanji untuk tingkatkan kesejahteraan seluruh lapisan rakyat. Nah gimana tuh sekarang, apakah perkataannya terpenuhi? Tentu saja tidak. Nah menurut saya nih kata seperti itu tuh sogokan lewat ucapan. Yang membuat masyarakat tergiur akan kata-katanya. Apalagi yang rakyat miskin, mereka dengan semangat untuk berpartisipasi pada pasangan yang kampanye tersebut.'' monang melanjutkan.

Kalo di fikir-fikir sekarang, masih ada rakyat yang tertinggal dari kemiskina, Apalagi saat masa pandemi, rakyat banyak sekali yang kehilangan pekerjaannya ya walaupun itu demi menyelamatkan masyarakat dari covid-19.'' mus menimpali

''Bener sekali dek mus, dek Monang. Yasudah cepet nyoblos sana udah lumayan sepi. Ibu mau lanjut kerja.

Monang dan Mus berlalu menuju KPS melangkahkan kakinya untuk berpartisipasi, memberikan hak suaranya.

Satu tahun setelah masa pemilu itu, Kini mus dan Monang telah menjadi mahasiswa. Membuktikan bagaimana jiwa pemimpin yang telah terpilih setahun silam. Perkataan yang bullshit, sogokan yang geli hak suara rakyat yang saat itu dibeli, dan ini hasilnya? Melalui satu organisasi, Monang dan Mus mengikutin suatu aksi demo. Orasi-orasi, puisi-puisi juga slogan dan poster di bawakan. 

Korupsi yang menjiwai seorang pejabat, anak-anak kecil tak sekolah, isu korupsi, pendidikan, kemiskinan, penyakit masyarakat, dan masih banyak lagi. Rakyat sudah seperti tak terurus saja. Monang jadi ingat pada Ibu warung waktu itu.

Setelah Aksi itu selsai, Monang dan Mus pergi ke warung yang setahun lalu menjadi tempat perbincangan politik dan sekarang juga akan membicarakan hal politik dengan wibawa yang berbeda.

''Keren dek monang dan mus sudah jadi mahasiswa yah sekarang.'' sambut ibu warung 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun