2) Aspek pergaulan
      Bagi remaja seorang teman adalah satu kebutuhan yang lumayan pokok atau penting, sehingga tidak heran jika teman akan dianggap sebagai orang tua kedua bagi remaja tersebut. Dalam lingkungan pergaulan remaja kita akan menemukan kelompok teman sebaya. Dan memungkinkan untuk membawa kita ke arah yang lebih positif maupun negatif. Poin positifnya yaitu terdapat saluran aspirasi, kreasi, pematangan kemampuan potensi, dan kebutuhan lainnya yang merupakan output dari pendidikan orang tua di rumahnya. Namun jika salah memilih pergaulan akan mengakibatkan atau mendorong remaja tersebut kepada hal - hal yang negatif pula.
3) Aspek media massa
      Dampak yang ditimbulkan oleh adanya media massa atau teknologi pada zaman sekarang sangat beraneka ragam, diantaranya yaitu terjadi perilaku yang menyimpang dari norma - norma sosial atau nilai - nilai budaya yang ada. Pengaruh media massa baik televisi, handphone, atau internet seringkali disalahgunakan oleh oknum remaja dalam berperilaku di kehidupan sehari - harinya. Misalnya ketika ada seorang remaja yang melihat tontonan kebudayaan Barat, seperti masalah seks yang sudah biasa mereka lakukan di luar sana maka akan dicontoh pula oleh remaja Indonesia khususnya. Padahal seperti yang kita tahu itu sangat bertolak belakang terhadap nilai norma - norma yang budaya Indonesia punya.
      Kenakalan remaja ialah permasalahan yang selalu selalu punya daya tarik untuk dikaji, sebab pada belakangan tahun terakhir, kenakalan seakan jadi permasalahan nasional karena peningkatannya yang signifikan, variasi maupun intensitasnya. (Sahrudin, 2017). Memang jika ditinjau lagi secara umum bukan lagi menjadi rahasia bahwa pergaulan remaja atau siswa -- siswi sekarang pada era digital sudah sampai kepada pergaulan bebas yang memiliki banyak resiko dan belum mereka sadari. Dan seperti yang dikatakan tadi di awal bahwa salah satu yang dapat dikatakan sangat fatal yaitu melakukan hubungan seksual di luar adanya ikatan pernikahan.
      Pernyataan di atas dapat dibuktikan melalui penelitian yang telah dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi Jawa Barat pada tahun 2005, dan didapatkan hasil bahwa di Indonesia bahwa remaja secara terbuka telah menyatakan secara jujur karena telah melakukan seks pranikah atau seks bebas. Terdapat data yang terlampir tentang presentasi pada setiap daerahnya, seperti Jabodetabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47%, dan Medan 52%. Menurut data yang terlampir setiap tahun diperkirakan 15 juta remaja yang berusia 15 hingga 19 tahun melahirkan baik yang dikandungnya.
4 juta yang melakukan aborsi dan hampir kurang lebih 100 juta yang terinfeksi penyakit menular seksual. Dan ditemukan juga data bahwa secara keseluruhan 40% dari semua kasus infeksi HIV, terjadi pada kaum muda dan diperkirakan bahwa setiap harinya ada 7.000 remaja yang terinfeksi HIV. Risiko ini sangat berpengaruh terhadap beberapa faktor yang saling berhubungan yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, minimnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual hingga pengaruh media masa yang menunjukkan gaya hidup populer.
      Lalu terdapat juga hasil survei yang dilakukan oleh komisi nasional perlindungan anak pada tahun 2008 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia, ditemukan hasil bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% remaja SMP dan SMA juga pernah melakukan genital stimulation atau meraba alat kelamin dan oral seks. Serta terdapat juga 62,7% remaja SMP dan SMA mengatakan tidak lagi perawan dan 21,2% jadi mereka mengaku telah atau pernah melakukan aborsi karena perbuatan mereka sendiri yaitu pergaulan yang tidak sehat khususnya seks bebas. (BKKBN, 2010).Â
Dan hasil survei yang dilakukan oleh badan kependudukan dan keluarga berencana nasional, yaitu pada tahun 2010 didapatkan sekitar kurang lebih 51% remaja di wilayah Jabodetabek sudah tidak lagi perawan. Sebanyak 4% dari responden atau mereka ini mengaku melakukan hubungan seksual sejak usia 16 hingga 18 tahun, dan 16% dari mereka melakukannya pada usia 13 hingga 15 tahun. Perilaku seks bebas di kalangan remaja sangat berdampak pada kasus infeksi penularan HIV atau AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia.Â
Sedangkan tempat favorit untuk melakukan hubungan seksual adalah di rumah ditemukan data sebanyak 40%, di tempat kos 30%, dan hotel 30%. Â Awal yang dapat menyebabkan mereka melakukannya adalah bisa melalui dengan menonton video porno bersama pacar dan kemudian melakukan hal tersebut. Atau memang diminta apa cara untuk melakukan seks namun awalnya menolak tetapi lama-kelamaan ia luluh dan menyetujui dan akhirnya menjadi ketagihan.
      Menurut Nadirah ciri - ciri pergaulan bebas secara rinci adalah sebagai berikut: