Pak Aryo percaya bahwa becaknya adalah jembatan antara tradisi dan modernisasi. "Becak saya memang tidak secepat kendaraan lain, tapi hati yang saya berikan untuk setiap penumpang, itu yang paling penting," katanya.
Ia bukan hanya seorang tukang becak, tetapi juga penjaga nilai-nilai budaya lokal. Melalui setiap percakapan dan perjalanannya, Pak Aryo terus membawa kisah-kisah Malioboro kepada penumpangnya, menjembatani masa lalu dan masa kini. Baginya, setiap kayuhan pedal adalah cara untuk merayakan kearifan lokal yang tidak boleh hilang ditelan zaman.
Pak Aryo adalah simbol ketulusan, keramahan, dan semangat yang menghidupkan Malioboro. Dalam setiap kayuhan pedalnya, ia menyampaikan pesan tentang keindahan dan kearifan lokal Yogyakarta.
Dengan penuh dedikasi, ia mengajak siapa saja yang naik becaknya untuk melihat Malioboro dari sudut pandang yang lebih hangat dan manusiawi. Ia berharap bahwa kehadirannya dapat memberikan pengalaman yang berkesan, mengingatkan setiap orang bahwa Malioboro adalah tempat di mana tradisi dan keramahan tetap hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H