Yang membuat Pak Aryo berbeda adalah sikapnya yang tulus dan ramah. Ia selalu siap membantu, bahkan saat cuaca tidak bersahabat. Ketika hujan tiba-tiba turun, ia sering menawarkan becaknya sebagai tempat berteduh bagi wisatawan, ini membuatnya disukai banyak orang.
Ia percaya bahwa setiap interaksi kecil yang ia lakukan, entah memberikan tumpangan atau sekadar menyapa, adalah bentuk kebaikan yang bisa membawa kebahagiaan.
Pak Aryo juga teliti akan kebersihan dan kerapian becaknya. Ia menghias becaknya dengan pita warna-warni dan bendera kecil untuk memberikan kesan ceria.
"Becak itu harus bersih dan menarik, biar penumpang nyaman," jelasnya.
Dedikasi ini menunjukkan betapa ia mencintai profesinya dan ingin memberikan yang terbaik bagi para penumpangnya. Ia bahkan menghabiskan waktu luangnya untuk memperbaiki dan mempercantik becaknya agar tetap nyaman dan aman bagi penumpang, menunjukkan betapa ia menghormati pekerjaannya.
Di sela-sela kesibukannya, Pak Aryo menikmati momen istirahat di bangku yang ada di pinggiran jalan Malioboro, bercengkerama dengan sesama tukang becak, atau sekadar mengamati suasana jalan.
Wajahnya yang selalu ramah menjadi magnet bagi siapa saja yang ingin berbicara dengannya. Banyak wisatawan asing maupun lokal yang merasa nyaman berbagi cerita dengannya.
Ia sering mendengar cerita menarik dari para penumpangnya, dari kisah cinta hingga perjalanan hidup yang menginspirasi, dan semua itu menambah warna dalam hari-harinya.
Salah satu kenangan terbaik Pak Aryo adalah ketika seorang turis Jepang memberinya sebuah buku foto perjalanan mereka di Yogyakarta. Di dalam buku itu, ada halaman khusus yang memuat foto Pak Aryo bersama becaknya, lengkap dengan tulisan tangan: "Terima kasih telah menunjukkan keindahan Yogya."
Kisah ini menjadi salah satu momen yang paling ia banggakan selama menjadi tukang becak. Ia sering menunjukkan buku itu kepada teman-temannya sebagai bentuk apresiasi dan motivasi untuk terus bekerja dengan penuh semangat.