Mohon tunggu...
Ibn Ghifarie
Ibn Ghifarie Mohon Tunggu... Freelancer - Kandangwesi

Ayah dari 4 anak (Fathia, Faraz, Faqih dan Fariza) yang berasal dari Bungbulang Garut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salam, Salim dan Senyum

13 Juni 2024   15:10 Diperbarui: 13 Juni 2024   15:19 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah amalan yang diberikan salah satu ulama besar, "Jika ingin hidupmu barokah, maka setiap hari berikanlah salam kepada sesama muslim minimal 25 orang," ujarnya.

Salim, berjabat tangan. Betapa hebatnya manfaat berjabat tangan (dengan sesama jenis seiman) karena Allah akan menghapus dosa-dosa kedua orang yang berjabat tangan sebelum tangannya di lepaskan. Tentunya ada syaratnya, yaitu berjabat tangan dengan selobang hati yang sama, yaitu sama-sama tulus, sama-sama ikhlas, dan sama-sama senang hatinya.

Ada seorang guru yang bertanya kepada ustadz, kyai, kenapa anak-anak di sekolah, Madrasah kami nakal-nakal? jawab kyai singkat. Karena anak-anak tidak pernah bersalaman, terdapat energi positif yang muncul yang tidak pernah muncul kecuali dengan bersalaman.

Senyum, Rasulullah SAW adalah pemimpin dunia orang yang terpilih yang paling hebat. Tetapi Nabi tidak pernah marah, bahkan Rasulullah sering tersenyum kepada siapa pun. Senyum adalah sehat, senyum adalah ibadah, senyum membawa berkah. Tidak ada orang yang sakit hati bisa tersenyum dengan tulus. Untuk itu senyum dapat membawa aura positif bagi kedua belah pihak. (https://jateng.kemenag.go.id)

Sambil tersenyum, selesai sudah membaca soal salam lintas agama yang ditulis oleh Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Rosihon Anwar menegaskan "....sebagai simbol komitmen terhadap nilai-nilai inklusivitas dan persatuan. Meskipun ada tantangan dan perdebatan, tujuan utamanya adalah untuk menciptakan ruang di mana semua individu merasa dihormati dan diterima, mencerminkan komitmen bersama untuk hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat yang beragam."

Tiba-tiba anak ketiga, Kakang Faqih, umur 3 tahun, memanggil, "Babah baca Nabi Ibrahim ya!" Cah ah. (Ibn Ghifarie)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun