Muhammadiyah adalah gerakan islam yang melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga dapatlah terwujud masyarakat isalm yang sebenar-benarnya.Â
Muhammadiyah berpandangan bahwa agama islam menyangkut segala aspek kehidupan yang meliputi Aqidah, akhlaq, ibadah, dan muamalah duniawiyah yang merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sesuai dengan Mata Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM) yang keempat. Dengan gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan agama islam menjadi Rahmatan lil 'alamin.
Sebab didirikannya Muhammadiyah adalah karena adanya anggapan bahwa lembaga pendidikan Indonesia sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan sesuai perkembangan zaman dan kondisi bangsa pada saat itu dan penjajahan bangsa Belanda mengakibatkan umat islam indonesia mengalami gangguan pada pendidikan mereka (Arifin, 1987). Ruang lingkup muhammadiyah tidak sebatas pendidikan saja, namun juga berada pada bidang dakwah, kesehatan, dll. Sampai saat ini Muhammadiyah mampu berkembang mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat diterima oleh seluruh kalangan masyarakat.
Konsep-konsep K.H. Ahmad Dahlan mengenai pendidikan sangat revolusioner. Dia mengadakan modernisasi dalam bidang pendidikan Islam, dari sistem pondok yang melulu diajar pelajaran pendidikan agama Islam, dari sistem pondok yang melulu diajar secara perseorangan menjadi secara kelas dan ditambah dengan pelajaran pengetahuan umum (Asrofie, 2005). Menurut database PP Muhammadiyah, Keseriusan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan terbukti dengan Jumlah 4.623 TK, 2.604 SD/MI, 1.772 SMP/MTs, 1.143 SMA/MA/SMK, 67 Pondok Pesantren, dan 172 Perguruan tinggi.
Perjalanan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan mempunyai jalan yang tak selamanya lurus dan mulus. Belakangan ini, di dalam organisasi Muhammadiyah para kader-kadernya ikut berkecimpung di dalam organisasi Muhammadiyah namun tidak ikut serta mengembangkan organisasi tersebut atau dapat dikatakan ia apatis terhadap apa-apa saja yang berkaitan dengan organisasi.Â
Adanya staf pendidik yang hanya berangkat untuk bekerja saja namun tidak ada sikap loyalitas terhadap perkembangan Muhammadiyah yang berdampak fatal dan imbasnya kepada para siswa-siswi kader calon penerus gerbong persyarikatan (Ahmad, 2015).
Masalah pendidikan muhammadiyah belum selesai. Akhir-akhir ini muncul paradigma bahwa sekolah di Muhammadiyah harus mempunyai modal yang besar, biayanya mahal, bahkan seringkali terdengar wacana terjadinya disorientasi dan komersialisasi pendidikan di dalam Muhammadiyah. Isu tersebut secara tidak langsung menyudutkan bahwa Pendidikan muhammadiyah saat ini kurang sesuai dengan prinsip awal KH Ahmad Dahlan saat itu yang terkenal dengan sebutan spirit Al Maun.
Pendidikan profetik dari katanya dapat diartikan profetik = prophetic = kenabian, jelas sekali terkandung filosofi yang dalam dengan pendidikan kenabian ini. Â Aspek intelektualitas saja tidak cukup bagi para pelaku pendidikan, tetapi juga harus didukung dengan sisi religius kenabian yang sarat dengan akhlaq mulia dan budi pekerti yang luhur. Pendidikan profetik barangkali dapat menajdi harapan di masa depan. Sebuah proses pembelajaran yang meneguhkan arti pentingnya pencerahan mental spiritual semua stakeholder pendidikan, sehingga martabat dan hati nurani manusia benar-benar dihargi maknanya.
Fenomena dunia pendidikan nasional belakangan ini adakalanya menggembirakan sekaligus mencemaskan. Menggembirakan karena banyak upaya serta program pegembangan sekolah yang lebih terukur kualitas dan kemajuannya maka lahirlah sekolah ungguan. Mencemaskan sebab dunia pendidikan kini dihantui dengan banyaknya konflik horizontal di masyakarat, tawuran antar pelajar, narkoba di kalangan remaja, dll.
Pendidikan Islam mengajarkan sebuah makna kehidupan dengan konsep "amar ma'ruf nahi mungkar".Tampak jelas bahwa berbagai konsep dalam pendidikan Islam kurang disesuaikan dengan perkembangan zaman yang semakin canggih dan mengglobal. Peradaban Islam sudah dibangun sejak Rasulullah SAW, dan para pemikir mengajar sebuah makna pengetahuan yang berdasarkan pada AlQuran dan Al-Hadis sebagai pedoman utama.Prophetic Intelligence memberikan gambaran bahwa dalam mentransformasikan pendidikan melalui langkah-langkah konkrit untuk menjadi 'insan Kamil' yang 'rahmatan lil alamin' (Hayat, 2013).
 Landasan yang bisa dipakai dari Pendidikan Prophetic ini yaitu Q.S Ali Imron Ayat 110 yang berbunyi:
"Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."
Dari ayat diatas kita bisa mengambil tiga indikator yaitu sebagai berikit : Pertama, Â Â sebagai ketuhanan. Staff pendidik dan para pelajar sepakat untuk berpegang teguh kepada prinsip ketuhanan yang mengacu kepada niat didalam hati untuk beribadah kepada Allah SWT dan hanya mengharapkan ridhoNya semata tanpa mengharapkan sesuatu yang lain. Walaupun untuk para staff pengajar setiap bulannya mendapatkan gaji, anggaplah itu sebagai bonus ataupun hadiah.
Kedua, bermaksud memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses pendewasan agar seseorang mampu menjalani kehidupan pada zamannya. Dunia pendidikan harus melahirkan sikap cendekia dan juga semangat intelektualitas.Â
Tanpa kedua hal itu maka pendidikan hanya akan menghasilkan orang-orang yang cacat moral. Filosofi dan semangat pendidikan adalah memanusiakan manusia, bukan memintarkan manusia. Jika memang suatu bangsa mengalami kebobrokan, berarti ada yang tidak beres dalam proses pendidikannya. Sama hal nya dengan di Muhammadiyah itu sendiri.
Ketiga  bermaksud sebagai pembebasan atau liberasi. Pembebasan bermakna transformasi atas sebuah sistem realitas yang saling terkati dan kompleks, serta reformasi beberapa individu untuk mereduksi konsekwensi negatif dari perilakunya. Untuk mewujudkan hal tersebut, kebiasaan pendidikan deskriptif diharapkan dapat digeser dengan pendidikan dialog-transformatif agar pendidikan tidak dirasakan sebagai pendidikan yang membelenggu. Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan perubahan dalam kualitas berpikir, kualitas pribadi, kualitas sosial, kualitas kemandiriannya, dan kualitas kemasyarakatannya (Siswanto, 2007) Â
Dari ketiga indikator tersebut kita bisa merealisasikan semua itu dengan cara kita wajib memahami keempat sifat Rasululloh SAW yaitu Sidik, Amanah, Tabligh, dan Fathonah. Ketika memang konsep Pendidikan prophetic ini diwujudkan nyata oleh muhammadiyah, maka kita tidak akan risau lagi dengan citacita kita bersama yaitu Muhammadiyah Sebagai Organisasi yang berkemajuan.Â
Hal ini bersamaan dengan Paradigma Islam berkemajuan Muhammdiyah menurut Abdul Mu'ti dapat dilandaskan pada lima fondasi dasar. Pertama adalah karakter tauhid yang murni. Kedua, memahami Al-Qur'an dan Sunnah secara mendalam. Ketiga, melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif. Keempat berorientasi kekinian dan masa depan. Kelima, bersikap toleran, moderat, dan suka bekerjasama.
Paradigma Islam Berkemajuan penting untuk dipahami oleh setiap kader IPM karena berkaitan sebagai landasan epistemologi, ontologi, dan aksiologi Islam menurut Muhammadiyah.Â
Paradigma Islam Berkemajuan akan memberi arah bagi kader IPM dalam membaca realitas. Paradigma Islam Berkemajuan memberi implikasi bahwa segala gerak IPM harus memuat dimensi dakwah Muhammadiyah  yang diantaranya Membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni berdasarkan AlQuran dan As-Sunnah, mencerdaskan pelajar dari kebodohan dengan melakukan tradisi Iqra dan keilmuan, memberdayakan individu dan komunitas pelajar dengan pendekatan apresiatif terhadap minat bakat dan potensi pelajar (Pimpinan Pusat IPM, 2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H