"Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."
Dari ayat diatas kita bisa mengambil tiga indikator yaitu sebagai berikit : Pertama, Â Â sebagai ketuhanan. Staff pendidik dan para pelajar sepakat untuk berpegang teguh kepada prinsip ketuhanan yang mengacu kepada niat didalam hati untuk beribadah kepada Allah SWT dan hanya mengharapkan ridhoNya semata tanpa mengharapkan sesuatu yang lain. Walaupun untuk para staff pengajar setiap bulannya mendapatkan gaji, anggaplah itu sebagai bonus ataupun hadiah.
Kedua, bermaksud memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses pendewasan agar seseorang mampu menjalani kehidupan pada zamannya. Dunia pendidikan harus melahirkan sikap cendekia dan juga semangat intelektualitas.Â
Tanpa kedua hal itu maka pendidikan hanya akan menghasilkan orang-orang yang cacat moral. Filosofi dan semangat pendidikan adalah memanusiakan manusia, bukan memintarkan manusia. Jika memang suatu bangsa mengalami kebobrokan, berarti ada yang tidak beres dalam proses pendidikannya. Sama hal nya dengan di Muhammadiyah itu sendiri.
Ketiga  bermaksud sebagai pembebasan atau liberasi. Pembebasan bermakna transformasi atas sebuah sistem realitas yang saling terkati dan kompleks, serta reformasi beberapa individu untuk mereduksi konsekwensi negatif dari perilakunya. Untuk mewujudkan hal tersebut, kebiasaan pendidikan deskriptif diharapkan dapat digeser dengan pendidikan dialog-transformatif agar pendidikan tidak dirasakan sebagai pendidikan yang membelenggu. Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan perubahan dalam kualitas berpikir, kualitas pribadi, kualitas sosial, kualitas kemandiriannya, dan kualitas kemasyarakatannya (Siswanto, 2007) Â
Dari ketiga indikator tersebut kita bisa merealisasikan semua itu dengan cara kita wajib memahami keempat sifat Rasululloh SAW yaitu Sidik, Amanah, Tabligh, dan Fathonah. Ketika memang konsep Pendidikan prophetic ini diwujudkan nyata oleh muhammadiyah, maka kita tidak akan risau lagi dengan citacita kita bersama yaitu Muhammadiyah Sebagai Organisasi yang berkemajuan.Â
Hal ini bersamaan dengan Paradigma Islam berkemajuan Muhammdiyah menurut Abdul Mu'ti dapat dilandaskan pada lima fondasi dasar. Pertama adalah karakter tauhid yang murni. Kedua, memahami Al-Qur'an dan Sunnah secara mendalam. Ketiga, melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif. Keempat berorientasi kekinian dan masa depan. Kelima, bersikap toleran, moderat, dan suka bekerjasama.
Paradigma Islam Berkemajuan penting untuk dipahami oleh setiap kader IPM karena berkaitan sebagai landasan epistemologi, ontologi, dan aksiologi Islam menurut Muhammadiyah.Â
Paradigma Islam Berkemajuan akan memberi arah bagi kader IPM dalam membaca realitas. Paradigma Islam Berkemajuan memberi implikasi bahwa segala gerak IPM harus memuat dimensi dakwah Muhammadiyah  yang diantaranya Membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni berdasarkan AlQuran dan As-Sunnah, mencerdaskan pelajar dari kebodohan dengan melakukan tradisi Iqra dan keilmuan, memberdayakan individu dan komunitas pelajar dengan pendekatan apresiatif terhadap minat bakat dan potensi pelajar (Pimpinan Pusat IPM, 2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H