Melalui prinsip-prinsip di atas, kita dapat menyadari bahwa konflik itu memang tidak dapat dihindari sepenuhnya terlebih lagi di dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, seorang protagonis dalam sebuah cerita fiksi pastinya memiliki sebuah konflik.Â
Bila tidak demikian, apa yang membuat kita membolak-balik halaman hingga halaman terakhir? Apa yang membuatnya disebut sebuah cerita bila tidak ada konflik? Meskipun konflik itu bukan konflik antarpribadi atau interpersonal, permasalahan batin juga disebut konflik.
Jadi, pastikan untuk melihat kembali ceritamu apakah ada konflik antara protagonis dengan tokoh lain atau konflik batin di dalam cerita yang kamu buat. Hal ini karena, konflik-lah yang membuat ceritamu menjadi menarik.Â
Kita perlu melihat bagaimana seorang pengecut menghadapi sebuah kasus pembunuhan yang melibatkan orang terdekatnya, dan bagaimana seorang yang angkuh mengatasi situasi yang terus menurun sepanjang cerita, serta bagaimana seorang vigilante mengatasi masalah dengan rivalnya yang naif. Semua itu menarik, sekali lagi karena adanya ketidakselarasan tujuan dengan yang diharapkan
Konflik yang terjadi tidak terbatas pada komunikasi tatap muka. Kita yang menggunakan sosial media seringkali melihat beberapa orang yang bertikai di kolom komentar untuk membuktikan bahwa diri mereka benar dan juga mungkin ada sikap defensif atau anti kritik di dalam proses komunikasinya. Sehingga, kita juga dapat memanfaatkan hal ini sebagai ide untuk membuat konflik pada protagonis kita atupun kepada tokoh lain di dalam cerita.Â
Penerimaan terhadap isi pesan yang salah, ataupun pengiriman pesan kepada orang yang salah akan memberikan percikan konflik dalam cerita fiksi kamu. Atau kamu juga bisa membuat konflik dengan media sosial sebagai sumber konfliknya.Â
Mungkin konflik dapat dibuat dengan adanya penyebaran hoax oleh seorang tokoh yang menyebabkan si protagonis  dan kekasihnya mengalami pertengkaran atau kamu juga dapat membuat ide dimana love interest dari si protagonis salah mengartikan maksud yang ingin disampaikan oleh si protagonis sehingga menyebabkan konflik. Banyak ide tentang konflik yang dapat dieksplorasi dari sifat tidak langsung dari sebuah komunikasi.
Konflik dapat disebabkan oleh masalah-masalah sederhana, seperti tiket film yang ketinggalan di rumah, sepeda yang hilang hingga disebabkan oleh masalah personal seperti keadilan yang memihak golongan tertentu, dan lain-lain. Namun, penting untuk diperhatikan bahwa konflik yang kamu buat dalam cerita harus memiliki pengaruh terhadap jalannya suatu cerita, setidaknya membuat plot bergerak.Â
Jika tidak, konflik yang kamu buat akan menjadi filler yang tidak dibutuhkan dalam adegan cerita. Konflik juga bisa dibuat dengan teknik foreshadowing sebagai upaya agar pembaca tidak terkejut dengan suatu perubahan dan ditambah dengan menerapkan prinsip senjata Checkov dimana setiap foreshadowing harus mendapatkan payoff (kalo enggak, kenapa hal itu disebutkan di awal).
Konflik memiliki dampak positif dan negatif. Bila kita menyadari bahwa konflik adalah sesuatu yang ada dan tidak bisa dihindari sepenuhnya, lantas keberadaannya pastinya memiliki sebuah dampak.Â
Dalam konteks cerita, konflik dengan efek negatif dapat melibatkan aspek bubarnya suatu hubungan (entah itu pertemanan, hubungan kerjasama atau hubungan romantis) hingga peristiwa yang membahayakan sang protagonis kita dalam hal agresi dan kekerasan atau mungkin luka fisik/ perkelahian, dan lain-lain. Sementara itu, konflik yang terjadi juga dapat menyebabkan dampak positif.