Kembali ke topik, karakter Tegar menjadi lebih cocok sebagai tokoh utama alih-alih Lebas dan beberapa bagian cerita menjadi terkesan menjadi filler. Tetapi ada cara lain atau solusi agar bagian-bagian dalam cerita tidak perlu dirubah terlalu banyak.
Pertama, adalah menggunakan sudut pandang orang ketiga secara keseluruhan guna memperkuat kekonsistensian dan guna memberikan kenyamanan ketika membaca. Kedua, menghapus bagian ceita dimana Lebas mengunjungi Rumah Rasta, tempat Erik berada dan mengubahnya menjadi Tell Don't Show karena adegan ini tidak perlu ditunjukkan secara rinci dan cukup dijelaskan oleh karakter Lebas kepada Tegar. Jadi adegan pertama novel akan menunjukkan Tegar yang menjemput Lebas. Sementara adegan Bab I: Jeng yah diundur sesudahnya. Pengubahan bab ini akan memperlembut penggunaan Deus Ex Machina dan tidak terkesan "tiba-tiba" atau "beruntung" saat Lebas yang tidak berusaha mencari informasi dan malah Tegar yang mendapatkan informasi dari ibunya entah bagaimana.
Jadi, cerita akan dimulai dengan Tegar yang menjemput Lebas. Tegar menyampaikan bahwa dia mendapatkan informasi tentang Jeng Yah dari ibunya. Namun, pemberitahuan informasi spesifik tentang informasi Jeng Yah harus ditunda hingga "Bab 1: Jeng Yah"muncul terlebih dahulu. Lalu, disusul dengan penjelasan Tegar tentang siapa itu Jeng Yah kepada Lebas. Hal ini akan menyebabkan daya tarik masih ada tanpa merusak tatanan yang sudah ada, serta memperlembut adanya deus ex machina.
Begitulah pendapat saya sebagai orang yang tertarik dengan dunia editing naskah novel. Penulisan artikel tentang analisis novel ini hanya ditujukan sebagai alat belajar dan tidak untuk menjelek-jelekkan novel tersebut, dan bukan untuk merugikan pihak lain. Terimakasih atas waktunya saat kalian membaca artikel ini. Sampai jumpa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H