Pesta olahraga multicabor se-benua Asia, sukses besar dalam perhelatannya di tanah air, Indonesia Raya. Sejak disahkannya pembukaan Asian Games 2018 pada tanggal 18 Agustus silam, hingga penutupan yang serba menakjubkan di tanggal 2 September semalam, seluruh aspek dalam festival akbar ini tak henti menstimulasi semangat dan rasa bangga bagi semua warga Indonesia.Â
Bangga karena Indonesia telah sukses sebagai tuan rumah yang memberikan kesan baik bagi seluruh partisipan, baik dalam mau pun luar negeri.
Boleh busung dada untuk arena kelas dunia yang menjadikan Indonesia berpotensi sebagai tuan rumah Olimpiade tahun 2032. Sembilan puluh delapan emas, perak, dan perunggu, medali berharga yang kita kumpulkan dengan usaha para atlet dan dukungan segenap bangsa. Semakin bangga, karena atlet-atlet berprestasi Indonesia, dijamin masa depannya dan sejahtera.
Seperti yang dilansir dari situs setkab.go.id, mengenai bonus untuk para atlet Asian Games yang bombastis jumlahnya, dan penghargaan lainnya yang menggiurkan. Mulai dari dihadiahi rumah, hingga dijadikan Pegawai Negeri di Kementerian Pemuda dan Olah Raga (KEMENPORA).Â
Stigma yang tertanam di masyarakat, berkaitan dengan sengsaranya hidup dan masa depan para atlet di Indonesia, sirna sudah, karena pekan depan, seluruh upah yang dijanjikan tersebut akan segera dicairkan ke tangan para atlet dan pelatihnya. Mengikuti Asian Games dan perjalanannya, seolah melihat sebuah langkah besar #menujuIndonesiamaju.
Sebelum gelora Asian Games dinyatakan resmi dimulai, saya sempat menulis sebuah artikel yang judulnya "Domainee De La Romanee Conti" (dapat dibaca di link berikut: facebook.com), untuk berpartisipasi dalam perlombaan menulis artikel Writingthon Asian Games yang diselenggarakan oleh Menkominfo dan Bitread.
Dalam artikel tersebut, singkatnya saya mengumpamakan kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Asian Games, serupa langkanya dengan Domainee De La Romanee Conti, anggur langka bebas investor dari Burgundy yang hanya diproduksi sebanyak enam botol pertahun.
Seperti langkanya kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games setelah lima puluh enam tahun (pertama kali Indonesia jadi tuan rumah tahun 1962).
Menjadikan citarasa anggur tersebut serasi dengan nominal produksinya tidaklah mudah. Dibutuhkan begitu banyak usaha lebih dan fokus yang mendalam terhadap aspek pokoknya. Sama halnya dengan riskan--namun mungkin--Indonesia dalam menyiapkan nusantara sebagai tuan rumah Asian games 2018.
Saya cukup beruntung untuk dapat menonton Opening Ceremonial Asian Games sebagai salah seorang pemenang Writingthon. Pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Gelora Bung Karno, adalah untuk sebuah kehormatan spesial: mengikuti serangkaian acara dari Menkominfo dan menonton pembukaan Asiad (sebutan lain dari Asian Games).
Sesuai dengan Domainee De La Romanee Conti. Luar biasa. Upacara pembuka berlangsung dengan sangat baik, meriah, dan mengagumkan. Terutama pada saat Pak Presiden Joko Widodo hadir di Gelora Bung Karno dengan mengendarai sepeda motornya. Ide unik yang mungkin tak akan terpikirkan oleh negara lain dalam penyambutan kepala negaranya.
Bicara mengenai Domainee De La Romanee Conti dan Asian Games 2018, ada baiknya mengetahui bahwa dalam meminum anggur, terdapat beberapa fase yang akan dilalui: penuangan-airasi-pengamatan-penciuman-minum-after taste.
Penuangan serupa dengan persiapan Indonesia menuju Asian Games. Anggur yang dituang harus dengan hati-hati dan dengan wadah yang setepat-tepatnya, sama seperti perbaikan dan pembaharuan sistem juga infrastruktur di Indonesia yang pas porsinya.Â
Pembangunan-pembangunan bangunan ikonik, penataan ruang dan pengendalian sosial, hingga peningkatan kualitas sarana dan prasarana olahraga yang disesuaikan dengan standar federasi internasional masing-masing, merupakan 'tuangan' yang baik untuk langkah penikmatan berikutnya.
Yang kedua adalah airasi (memutar-mutar gelas) dengan tujuan untuk melepaskan aroma pada wine sehingga menjadikannya semerbak. Hal ini merupakan perumpamaan untuk metode komunikasi dan advertisi Indonesia yang pas dan bagus; memanfaatkan media, terutama media sosial dalam menyebarkan berita dan virus demam Asian Games.
Dapat kita amati melalui berbagai media, salah satunya dari situs http://www.setkab.go.id, mengenai perkembangan Asian Games dan prestasi-prestasi atlet yang mengharumkan nama Indonesia. Tak hanya membawa prestasi untuk keharuman nama bangsa, Asian Games pun membawa aroma karsa Bhinneka Tunggal Ika yang identik dengan toleransi.Â
Pemandangan langka yang perdana ditemukan di perhelatan Asian Games adalah: ketika Bapak Presiden Joko Widodo berpelukan dengan Bapak Calon Presiden Prabowo Subianto. Hanya di Asian Games; pesta benua yang menyatukan semua perbedaan.
Lalu, mari kita bicara tentang after taste. Pada fase inilah intensitas rasa berbicara. Kualitas tiap tetes wine dapat dinilai melalui after tastenya. Meski pun tingkat kemampuan orang dalam menikmati wine berbeda-beda, namun wine berkualitas tinggi akan memberikan enlasting after taste yang sungkan hilang dan sukar dilupakan di lidah. Bagaimana dengan Asian Games kita? Apakah akan memberikan after taste yang panjang dan berkesan pula?
Saya rasa tidak ada alasan untuk mengatakan tidak, terlebih mengingat kita akan kembali melayani Asia Tenggara dalam Asean Para Games 2018, pesta olahraga bagi para disabilitas berkemauan dan berkualitas.
Meski Asean Para Games belum dimulai, euforianya sudah mulai terasa, terutama oleh para pecinta olah raga. Sebelum disusul oleh Asean Para Games sebagai gelas kedua Domainee De La Romanee Conti Indonesia, mari kita resapi sejenak aftertaste gelas pertama kita ini.
Mulai dari riuh lantang berita yang berkumandang untuk Defia Rosmaniar sebagai medalist emas pertama untuk Indonesia dalam cabor taekwondo; semangat juang meski melawan cedera dan kesakitan oleh pebulutangkis kelahiran 1996, Anthony Ginting; gelegar nama Jonatan Christie, atlet peraih medali emas dalam bulutangkis tunggal putra yang tak hanya menawan, pun berprestasi; hingga tindakan sederhana namun bermakna yang dilakukan atlet pencak silat Hanifan Kusuma, medalist emas yang dalam balutan bendera merah putih, merangkul Pak Presiden Jokowi dan Pak Capres Prabowo.
Masih begitu banyak 'citarasa-citarasa' menakjubkan yang membuat 'aftertaste' Asian Games 2018 ini, rasanya sulit untuk dilupakan. Sederhana namun indah, aroma karsa Bhinneka Tunggal Ika mulai menyeruak melalui Asian Games tahun ini. Bukankah seluruh hal-hal menakjubkan tersebut merupakan pertanda #menujuIndonesiamaju? Sebab sama seperti aftertaste segelas anggur, kemajuan pun tercipta dari hal-hal sederhana yang kemudian berkumpul, menjadi satu.
ASIAN GAMES 2018-Jakarta Palembang,
Cerminan #menujuIndonesiamaju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H