Tidak ada yang lebih menakjubkan dan indah dalam hidup ini selain akal dan pikiran manusia. Melalui akal dan pikiran, manusia dapat berpikir rasional, melakukan pekerjaan, menciptakan karya seni yang indah dan saling mencintai sesama manusia. Namun ada beberapa di antara kita yang sakit secara mental dan menyebabkan terganggunya akal dan pikiran ini. Sejak dulu, memiliki penyakit mental selalu di cap buruk oleh masyarakat kebanyakan. Dahulu kala, orang dengan penyakit mental diyakini disebabkan oleh kerasukan setan, di guna-guna ataupun dikutuk oleh sang dewa.
Pada abad pertengahan, gejala yang ditunjukkan oleh orang dengan penyakit mental dianggap sebagai kesurupan. Dan para masyarakat pun meyakini bahwa ritual pengusiran setan adalah obatnya, mantra dan doa diucapkan di atas sang korban dan ia pun diberikan ramuan yang telah didoa'i oleh pemuka agama.Â
Cara lain yang lebih ekstrim adalah dengan metode Trepanasi atau Trepanning, yaitu sebuah metode dimana dibuat lubang kecil di tengkorak, dengan kepercayaan untuk melepaskan roh dari tubuh. Terapi ini juga banyak dianut untuk menghilangkan penyakit seperti sakit kepala ataupun epilepsi. Kebanyakan orang yang dilakukan metode Trepanasi akan meninggal dan sangat sedikit data yang menunjukkan bahwa metode ini berhasil untuk menyembuhkan mereka.
Pada abad ke-18, orang-orang yang dianggap aneh dan tidak biasa mulai ditempatkan di rumah sakit jiwa. Rumah sakit jiwa adalah institusi yang dibuat untuk tujuan khusus menampung orang-orang dengan gangguan psikologis, tetapi fokusnya adalah lebih kepada mengucilkan mereka dari masyarakat daripada untuk mengobati. Seringkali para pasien ditahan di ruang bawah tanah tanpa jendela, dipukuli, dirantai ke tempat tidur, dan hampir tidak ada kontak dengan keluarga. Selain itu, pemberian fasilitas yang buruk juga banyak dilakukan oleh para rumah sakit jiwa tersebut.Â
Menurut catatan dari Willard Psychiatric Center di bagian utara New York, salah satu pengobatannya adalah dengan merendam pasien dalam air dingin untuk jangka waktu yang lama, serta banyak pula dari bangsal yang sangat dingin pada musim dingin sehingga segelas air akan membeku di pagi hari. Willard Psychiatric Center sendiri tidak ditutup sampai tahun 1995. Sehingga ada kemungkinan dari sejak berdirinya rumah sakit ini hingga ditutup, seluruh pasien diperlakukan dengan cara yang sama.
Tema inilah yang berusaha diangkat oleh The Town of Light, game psikologikal horror garapan LKA yang dirilis pada tahun 2016. Game ini mengikuti perjalanan seorang gadis bernama Rene yang merupakan pasien dari Ospedale Psichiatrico di Volterra (Volterra Psychiatric Hospital), sebuah rumah sakit jiwa yang didasarkan pada rumah sakit jiwa asli bernama sama yang berada di kota Volterra, Italia.Â
Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1888 dan dikenal dengan perlakuannya yang tidak baik kepada para pasien, sampai akhirnya ditutup pada tahun 1978 akibat disahkannya Law 180, yaitu sebuah undang-undang kesehatan mental yang menandakan reformasi sistem psikiatri di Italia dan berisi arahan untuk menutup semua rumah sakit jiwa yang ada dan menggantinya dengan layanan berbasis komunitas yang lebih baik.
Melalui The Town of Light, pemain dipertunjukkan dengan berbagai perlakuan tidak baik dari para petugas kesehatan, yang tidak hanya diterima oleh Rene, namun juga diterima oleh para pasien lainnya.Â
Selain mengangkat tema mengenai perlakuan tidak baik yang diberikan petugas kesehatan kepada para pasien, game ini juga memperkenalkan para pemain dengan sebuah metode penyembuhan yang disebut dengan Transorbital lobotomy, sebuah teknik lobotomy (pemutusan koneksi saraf di korteks prefrontal otak, yang banyak dilakukan pada tahun 1940-an untuk mengobati penyakit-penyakit saraf atau psikiatri) yang dilakukan dengan cara memalu icepick ke otak melalui rongga mata.
Teknik ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1937 oleh psikiater asal Italia, Amarro Fiamberti, yang kemudian dipopulerkan oleh neurologis asal Amerika, Walter Freeman.