Meskipun 90% dari petualangan di dalam game ini tidak menyoroti keluarga Misfortune, namun ada satu hal penting yang menjadi plot twist di dalam game ini yang dimana sesuai dengan quotes dari sang karakter Narrator "Misfortune akan meninggal hari ini", dimana kepergian Misfortune pun dapat terbilang tragis karena berhubungan dengan orangtua abusive-nya.Â
Sepanjang gameplay, kita juga akan dipertunjukkan dengan pengeluaran kata-kata kotor dari Misfortune serta adegan flashback, yang tak lain dan tak bukan merupakan salah satu bukti bahwa ia tidak terlalu diperhatikan oleh orangtuanya.
Selain Little Misfortune, game yang juga mengangkat tema utama keluarga disfungsional adalah Among The Sleep (2014), garapan developer asal Norwegia, Krillbite Studio, yang dimana sama seperti Little Misfortune, yaitu menyoroti kisah sang balita David, yang menjadi korban perceraian kedua orangtuanya.Â
Sampai ibunya pun akhirnya tak tahan dengan perasaan sedih dan kesepian akibat perceraian sehingga berubah menjadi pecandu alkohol. Dan sama seperti Misfortune, dirinya pun dijadikan sasaran kemarahan ibunya setiap mabuk. David mulai melihat hal-hal mengerikan seperti monster di dalam rumahnya, yang sebetulnya merupakan perwujudan rasa takut sang anak terhadap perlakuan kasar sang ibu.Â
Meskipun tidak memiliki ending kelam layaknya Little Misfortune, namun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap anak sekecil David tidak berhak untuk merasa takut di dalam rumahnya sendiri, terutama terhadap sang ibu yang melahirkannya.
Kisah Misfortune dan David pastinya tidak dapat kita bandingkan dengan kisah keluarga disfungsional asli diluar sana, namun game ini dapat dijadikan pelajaran bahwasanya anak sebagai korban dari kelalaian orangtua adalah nyata.Â
Game ini dapat dijadikan pelajaran bahwa sekecil apapun seorang anak sudah dapat timbul trauma mendalam terhadap kejadian mengerikan.
Segera hubungi layanan hotline Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) di 129 jika kalian mengalami atau menemukan tindak kekerasan pada anak.
Orangtua dan keluarga seharusnya dapat menjadi rumah tempat bernaung seorang anak, bukannya menjadi monster yang kerap mereka takuti dan hindari.Â
Setiap orangtua seharusnya menyadari bahwa anak adalah anugrah indah dan tidak berhak memiliki kehidupan kelam hanya dikarenakan kesalahan mereka.