Yang kedua adalah "rumah tangga patologis", dimana terdapat salah satu gangguan psikologis dan/atau gangguan akibat penyalahgunaan zat pada salah satu atau kedua orangtua.Â
Pada keluarga disfungsional ini peran keluarga biasanya terbalik dimana anak-anak lebih bertanggung jawab dibanding orangtua. Yang ketiga adalah "rumah tangga yang kacau", dimana anak-anak dirawat dengan buruk oleh orangtua yang sibuk dan seringkali tidak hadir dalam kehidupan sang anak. Tidak ada regulasi atau aturan yang jelas, dan tidak ada konsistensi dalam keluarga.Â
Yang keempat adalah "rumah tangga dominant-submisive", dimana salah satu orangtua bersifat diktator, tanpa mempertimbangkan keinginan atau perasaan anggota keluarga lainnya. Â
Semua anggota keluarga tidak bahagia dan tidak puas dengan kehidupan dari hubungan yang tidak sehat, tetapi secara pasif patuh pada yang dominan.Â
Dan yang terakhir adalah "keluarga yang jauh secara emosional", yaitu keluarga dengan latar belakang sosial atau budaya yang tidak tahu bagaimana menunjukkan cinta dan kasih sayang.Â
Anak-anak belajar dari orangtua mereka bahwa perasaan harus ditekan dan membawa tidak adanya keterikatan, kesulitan dalam identitas anak dan masalah harga diri. Keluarga yang jauh secara emosional mungkin merupakan salah satu keluarga disfungsional yang paling tidak terlihat jelas.
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Basem Abbas Al Ubaidi, konsultan keluarga asal Arabian Gulf University pada tahun 2017 sendiri, menyatakan anak-anak yang tumbuh di keluarga disfungsional akan mengadopsi minimal satu dari 6 peran dalam keluarga: "the good child", yaitu seorang anak yang mengambil peran orangtua atau memposisikan dirinya sebagai 'peace keeper' untuk menengahi konflik antara kedua orangtuanya.Â
Perilaku mereka ini kemungkinan adalah reaksi terhadap kecemasan alam bawah sadar mereka mengenai kehancuran keluarga. Yang kedua adalah "the problem child atau rebel", yaitu anak yang memerankan peran anak bermasalah yang dihasilkan sebagai usaha mereka untuk membuat para anggota keluarga sibuk dari urusan pribadi, sehingga dapat menjaga keluarga tetap utuh.Â
Yang ketiga adalah "the 'scapegoat'", yaitu anak dipandang sebagai kambing hitam untuk sebagian besar masalah yang berkaitan dengan disfungsi keluarga, sementara anak lainnya dipandang sebagai anak yang baik. Kemudian, yang keempat adalah "the lost child", yaitu anak yang tidak mencolok, pendiam dan kebutuhan-kebutuhannya cenderung diabaikan oleh keluarganya sendiri.Â
Lalu yang kelima adalah "the 'mascot' atau charm child", yaitu anak yang menggunakan komedi untuk mengalihkan perhatian dari sistem keluarga yang disfungsional. Dan yang terakhir adalah "the mastermind child", yaitu anak yang memanfaatkan kesalahan anggota keluarga lainnya untuk mendapatkan apapun yang diinginkannya.
Little Misfortune, adalah game besutan studio game indie, Killmonday Games, pada tahun 2019, yang menyoroti kisah Misfortune Ramirez Hernandez, seorang anak imajinatif yang memiliki keluarga disfungsional. Sang ayah adalah seorang pecandu alkohol dan sang ibu serta Misfortune sendiri kerap menjadi sasaran kemarahan ayahnya ketika mabuk.