All the other kids with the pumped up kicks
You better run, better run, outrun my gun
All the other kids with the pumped up kicks
You better run, better run faster than my bullet
Berikut adalah sepenggal lirik dari lagu Foster the People yang berjudul Pumped Up Kicks. Siapa kira lagu dengan irama yang terdengar sangat catchy, riang serta menjadi favorit kebanyakan orang tersebut ternyata bertemakan school shooting? Mark Foster sendiri selaku anggota Foster the People serta penulis Pump Up Kicks, menyatakan bahwa ia mendapat inspirasi membuat lagu ini ketika membaca banyak cerita mengenai mental illness pada remaja. Teori mengenai lagu ini terinspirasi dari school shooting juga diperkuat dengan fakta bahwa sang basist, Cubbie Fink, memiliki sepupu korban selamat dari peristiwa Columbine High School Massacre. Meskipun memiliki kesuksesan yang baik serta sering dianggap sebagai salah satu lagu terpopuler dari Foster the People, rupanya lagu ini banyak menuai kontroversi dan dilarang untuk diputar di beberapa stasiun radio di Amerika.
Gus Van Sant adalah sutradara kondang yang terkenal akan film-filmnya yang memiliki arahan dan cara produksi unik, dimana kerap kali tampil bagaikan film produksi art house ketimbang film mewah ala hollywood, seringkali menggunakan teknik pengambilan gambar yang berbeda dari para sutradara lain dan pemilihan tone-tone warna yang senada dengan tema film. Gus Van Sant juga seringkali mengangkat tema-tema yang jarang dilirik oleh para pembuat film lain, contohnya tema mengenai anak jalanan seperti di My Own Private Idaho (1991), perjalanan hidup seperti di Good Will Hunting (1997) dan kematian seperti dalam Death Trilogy-nya yang mencakup Gerry (2003), Elephant (2003) dan The Last Day (2005).
Elephant yang merupakan film kedua dalam Death Trilogy milik Gus Van Sant, menceritakan mengenai peristiwa sebelum, sesaat dan sesudah penembakan di sebuah sekolah fiktif di Amerika bernama Watt High School. Sebagian besar kejadian yang terjadi di film ini terinspirasi dari peristiwa penembakan masal di Columbine High School, Colorado, Amerika Serikat yang terjadi pada tahun 1999 lalu. Peristiwa Columbine High School Massacre sendiri menjadi salah satu peristiwa penembakan sekolah paling terkenal di Amerika dengan menewaskan 12 murid dan 1 guru.
Pemilihan judul film ini, yaitu Elephant berangkat dari perumpamaan "Blind man and an elephant" dimana beberapa pria tuna netra berusaha untuk menggambarkan gajah, dan mereka semua memiliki interpretasi yang berbeda sesuai dengan bagian tubuh yang mereka gapai. Hal ini sejalan dengan kisah Columbine High School Massacre yang dimana kisah yang diceritakan tergantung dari sudut pandang siapa. Meskipun memiliki tujuan pembuatan film yang baik, yaitu menunjukkan betapa mengerikannya suatu kejadian school shooting dan memiliki pesan anti kekerasan, rupanya film ini disalahartikan dan dituduh menginspirasi terjadinya penembakan di Red Lake High School, dikarenakan sang pelaku, Jeff Weise dilaporkan menonton film ini 17 hari sebelum kejadian.
School Shooting sendiri merupakan suatu kejadian yang selalu menjadi perhatian utama di Amerika. Menurut CNN, sejak tahun 2009 saja terhitung terdapat 180 kejadian penembakan di sekolah dan total korban mencapai 356 jiwa, dengan kasus penembakan terbanyak terdapat di SMA. Saking tingginya angka school shooting di Amerika, setiap murid dari SD hingga kuliah akan diajarkan mengenai prosedur lockdown serta bagaimana agar dapat bertahan hidup dan tetap tenang dalam kondisi school shooting. Tingginya angka school shooting di Amerika sendiri dipengaruhi akibat mudahnya membeli senjata berapi di negeri Paman Sam tersebut.
Dilansir dari CNN juga, senjata api diperjual belikan dengan bebas. Mulai dari toko besar seperti Walmart hingga toko-toko kecil maupun dari situs internet ilegal banyak memperjualbelikan senjata api. Para pembeli memang diharuskan untuk melakukan background check terlebih dahulu, yang mencakup catatan kriminal, catatan penggunaan obat-obatan terlarang dan apakah sang calon pembeli memiliki penyakit mental atau tidak. Namun, sayangnya background check ini tidak berlaku pada pembelian senjata api di acara-acara gun show yang sering digelar di beberapa daerah di Amerika.
Selain itu, menurut GQ Magazine, seringkali para penjual senjata api ini tidak melakukan pengecekan terlebih dahulu apakah sang calon pembeli memang handal dalam menggunakan senjata api atau tidak. Menurut data dari Gallup sendiri pada tahun 2020 terdapat 32% penduduk Amerika yang mengaku memiliki senjata api dan 44% penduduk yang menyatakan bahwa tinggal serumah dengan pemilik senjata api. Meskipun umur minimal untuk pembelian adalah 21 tahun, namun faktanya mudahnya akses terhadap senjata api ini menyebabkan pada tahun 2017 terdapat 36.024 remaja berusia 10 - 21 tahun ditangkap berkaitan dengan masalah senjata api, seperti kedapatan membawa dan menggunakan senjata api secara ilegal.
Alasan dari para pelaku school shooting sendiri amatlah bervariasi, namun 87% disebabkan oleh perundungan di sekolah dan 12% lainnya disebabkan ketidakpatuhan atau efek samping dari obat psikiatri. Kebanyakan dari pelaku penembakan di sekolah mengatakan atau meninggalkan bukti bahwa mereka mengalami perundungan yang berkepanjangan dan melakukannya untuk bunuh diri dan balas dendam kepada para pelaku. Namun tidak semua school shooting dilakukan oleh murid ataupun seseorang dari sekolah yang bersangkutan. Penembakan di Sandy Hook Elementary School misalnya, terjadi pada 2012 lalu dan dilakukan oleh Adam Lanza, pria berusia 20 tahun, yang tidak ada hubungannya dengan Sandy Hook Elementary School. Ia dikatakan memiliki akses terhadap senjata api dan terobsesi terhadap pembunuhan masal.
Hal yang paling menonjol dari Elephant sendiri adalah bagaimana para murid dan guru yang pada awalnya menjalankan hari-hari mereka dengan biasa saja tanpa mengetahui bahwa ada dua orang murid lain yang sedang merencanakan penembakan masal di sekolah tercinta mereka. Hari yang dikira hanyalah satu dari 365 hari biasa dapat berubah menjadi malapetaka. Hal ini memberikan kengerian bagi penonton bahwasanya kejadian tragedi memang sulit untuk diprediksi namun sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk bisa mencegahnya. Peningkatan dalam pengawasan gun control, pencegahan perundungan dalam sekolah hingga pemberian konseling bagi para murid adalah beberapa dari berbagai cara untuk mencegah terjadinya tragedi yang begitu mengerikan ini.
Perundungan yang disinyalir sebagai alasan terbanyak school shooting tak dapat dipungkiri merupakan tindakan yang tidak terpuji. Namun kejadian penembakan masal seharusnya bukanlah jalan keluar. Terlebih lagi kebanyakan dari korban adalah para murid yang masih memiliki jalan yang panjang di kehidupan, masa depan cerah dan bahkan kebanyakan dari mereka tidak bersalah mengenai masalah perundungan. Sekolah seharusnya merupakan tempat para murid untuk belajar dan bercengkrama dengan para teman, seharusnya sekolah dapat memberikan rasa aman, bukannya tempat yang dapat menjadi lokasi terror, ketakutan dan tragedi yang besar. Apapun alasannya, apabila kalian membutuhkan pertolongan atau memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain, maka dapat segera menghubungi 119 ekstensi 8, layanan Sejiwa. Ingat bahwa diri kalian sangatlah berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H