Masyarakat Jawa sangat mementingkan watak andhap asor atau lembah manah (rendah hati), oleh karena itu watak sombong dan angkuh adalah hal yang harus dijauhi. Sebagai manusia yang mengakui bahwa hidup memerlukan orang lain, maka seseorang harus menjauhi watak menyombongkan kekuatan, kebesaran tubuh, dan kewenangannya walaupun dia seorang pemimpin.
Adigang, adigung, adiguna merupakan peringatan kepada siapapun yang memiliki kelebihan (kekuatan, kedudukan, atau kekuasaan) agar tisak bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain, terutama terhadap orang kecil. Sebagai orang yang memiliki kekuatan, kedudukan, dan kekuasaan, ia seharusnya memahami bahwa semua hal tersebut adalah amanat yang harus diperankan dengan baik dan dijalankan seadil-adilnya (Jatirahayu, 2013).
Membangun Karakter Toleransi dengan Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Ungkapan Aja Adigang, Adigung, Adiguna mengingatkan kita untuk tidak berperilaku sombong atas apa yang kita miliki. Yang perlu diperhatikan dalam ungkapan tersebut yaitu untuk tidak membanggakan kekuatan, kedudukan, dan kekuasaan yang dimiliki. Dengan menerapkan ungkapan tersebut, kita bisa menghindarkan diri dari perilaku angkuh.
Terhindarnya perilaku angkuh atau sombong akan membantu kita untuk membangun karakter toleransi. Karena dengan begitu, kita tidak akan menganggap posisi orang lain berada di bawah. Tidak sombong akan apa yang dimiliki akan membuat kita lebih menghargai perbedaan terhadap suku, agama, ras, adat-istiadat, kebudayaan maupun golongan. Hal itu dikarenakan ungkapan Aja Adigang, Adigung, Adiguna mengingatkan untuk tidak bersikap sewenang-wenangnya kepada orang lain sehingga kita bisa bertoleransi terhadap perbedaan.
Kesimpulan
Dengan begitu, membangun karakter toleransi ala kearifan budaya Jawa yaitu melalui ungkapan Aja Adigang, Adigung, Adiguna dapat dilakukan agar terhindar dari sikap sombong yang bisa mengkibatkan kita memandang rendah orang lain. Dengan menerapkan Aja Adigang, Adigung, Adiguna, kita bisa menghargai perbedaan dan terhindar dari sikap intoleransi.
Referensi
Bakar, A. (2016). Konsep toleransi dan kebebasan beragama. Toleransi: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 7(2), 123-131.
Jatirahayu, W. (2013). Kearifan lokal Jawa sebagai basis karakter kepemimpinan. Diklus, 17(1).
Qodir, Z. (2016). Kaum muda, intoleransi, dan radikalisme agama. Jurnal Studi Pemuda, 5(1), 429-445.