Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pandemi dan Tekanan

7 Juli 2021   19:52 Diperbarui: 7 Juli 2021   19:58 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, hidup masih ditanggung oleh dua orang tuanya yang masih mempunyai modal banyak. Keesokannya, pasti dan tak bisa dihindarkan akan menjadi giliran Albert membayar jerih payah orang tuanya, walaupun mereka tak mau dibayar, minimal bisa menemani hari tua kedua orang tuanya dengan penuh kegembiraan.

Bagaimana bisa mendapatkan kegembiraan, bila hanya meletakkan bokongnya berjam-berjam diteras rumah? Di minimumlah secangkir kopi hitam dengan suara khas memasuki sela-sela bibir Albert yang telah menguning. Disamping hidupnya penuh tanda tanya, Albert mengenyahkan itu semua karena ia selalu percaya pada tuhan yang maha kaya.

Diusianya yang hampir menginjak dua pulun lima tahun. Albert selalu tertekan, karena dirinya selalu membandingkan hidup dengan teman-temannya. Kesuksesan karir, pencapaian hingga momongan membenturkan kepala Albert dan melihat uang di dompetnya dirasa kurang untuk mendapatkan itu semua.

Hidup di era pandemi memang cukup menyusahkan. Proses hidup normal terhambat dan hanya termenung di dalam rumah karena meminimalisir bertemu manusia secara langsung. Gaji akan dipotong karena kerja tak bisa maksimal. Persaingan kerja akan semakin kuat, karena masih banyak yang mengarapakan ijazahnya diterima di kantor-kantor ber-AC, atau bahkan menjadi PNS dengan kelebihan waktu libur sabtu dan minggu untuk keluarga.

Apa-apaan dunia ini. Menarik napas dalam napas-napas Albert mulai menghembuskan sedikit demi sedikit sambil menggeser tempat duduknya yang mulai tersengat sinar matahari. Hidup ini adalah kumpulan hasrat, apabila dipenuhi akan ada hasrat-hasrat baru. Begitulah seterusnya, sampai tertimbun liang lahat.

Tak keget bila saja, banyak pemuda mengalami tekanan mental di kotanya dan menjadi pembahasan di Headline beberapa media. Peristiwa itu sering dijuluki sebagai Quarter Life Crisis, sebagai proses penyesuaian usia muda menuju usia dewasa. Penderitaan memang penting untuk menuju proses pendewasaan diri manusia. Agar tak kaget dengan benturan-benturan yang lumayan pelik.

Akan tetapi minim sekali yang tahu cara mengatasi itu semua. Hingga beberapa, berlari pada Alcohol agar menghilangkan kepenatan pikirannya yang hanya sementara. Pandemi dan kewarasan moral patut untuk diulas kembali, untuk menjalani hidup sepenuhnya tanpa tekanan dan berlangsung sesuai keingingan dan dibarengi dengan etika kemanusiaan. Renung Albert ketika membaca headline terbaru di gadgetnya.

Bermeditas mendekatkan diri kepada sang pencitpa sering dilakukan Albert untuk meredam gejolak kegelisahan dalam hidupnya. Dunia ini tidak seaneh dan tidak sepelik apa yang kita pikirkan. Kadang kita sendiri yang terlalu mefikirkan dan selalu prihatin. Pikiran kitalah masalahnya, yang membuat pikiran negatif melemahkan langkah-langkan dan kepercayaan kita. Tidak ada jalan lain, selain memilih langkah dan bertanggung jawab atas apa yang kita pilih. Takut dan tertekan bukanlah opsi yang tepat. Tubuh Albert sudah mulai panas dan berkeringat dan ia pergi untuk mandi dan melaksanakan aktifitas selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun