Menukilkan dari pemahaman salah satu tokoh yang fenomenal bernama Yuval Noah Harari, sebagai penulis buku Home Deus dan Homo Sapiens, memberikan beberap statement yang menarik untuk kita kontemplasikan dalam kehidupan saat terjadi pandemi.Â
Menurut Yuval ada 3 peranan strategis dalam menciptakan suatu pondasi dalam menghadapi pandemi covid-19 yaitu; peranan tokoh agama, peranan pemerintah dan peranan intelktual. Ketiga peranan tersebut sebgai sebauh garda terdepan untuk bisa memberika sebuah masukan strategis yang salin berdampingan dan sejalan.Â
Peranan agama yang dimana sebagai subjek yang lebih banyak dianut dan dilaksanakan oleh masyarakat dibandingkan dengan peranan pemerintah menjadi sebuah kunci utama dalam menghegemoni masyarakat agar sejalan dengan peranan intelektual dan pemerintah. Pasalanya peranan agama ini mempunyai sensasi unik tersendiri bagi masyarakat. Seharusnya peranan agamawan mempunyai impact yang selaras dengan dengan rekomendasi oleh pemerintah dan kaum intelektual.Â
kaum intelektual yang mempunyai kemampuan untuk mengamati realitas kehidupan harus memberikan sebuah rekomendasi yang taktis untuk bisa mengatasi sebuah pandemi tersebut. Perananan intelektual memberikan masukan kepada pemerintah dan beberapa tokoh agama untuk bisa didiskusikan dan di share kepada masyarakat.Â
Apabila ketiga aspek strategis tersebut bisa berjalan dengan selaras, maka minim sekali timbul suatu diskomunikasi yang menyebabkan perbedaan pandangan terhadap beberapa msisi bersama untuk mengatasi pandemi covid-19. Dengan sinkronnya pandangan antara pemerintah, agamawan dan intelektual, maka menciptakan suatu keselarasan dalam menimbang dan menciptakan suatu regulasi yang taktis yang diharapkan mampu mengantarkan masyarakat kepada posisi yang menguntungkan.Â
Peranan ketiga kelompok tersebut juga memberikan potensi untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat. Pasalnya peranan media dan pengetahuan yang dapat diakses dengan masyarakat kadang menimbulkan beberapa misprespective yang mengantrakan mereka kepada kekolotan untuk bisa mematuhi regulasi yang telah dibentuk.Â
Dampak dari pandemi tersebut menciptakan suatu dampak yang luas seperti pada sektor; politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Beberapa pengamat sosial yang sering mengikuti pemberitaan ataupun beberapa artikel terkait dengan pandemi tersebut sering membawa beberapa pemberitaan yang sarat dengan conspirative prespective.
Conspirative prespective atau pemahaman konspirasi, memang sering membuat geram para pakar dan beberapa masyarakat yang melek dan sering mengikuti pemberitaan. Pasalnya dampak dari pemahaman konspirasi ini seakan-akan merupakan bukti data yang dapat digeneralisasi dan kronisnya dikutip dan disebarakan sebagai pemberitaan yang wajib untuk disampaikan sebagai kebenaran.Â
Miris sekali ketika orang yang tidak pada bidangnya memberikan penetrasi pemahaman tidak berdasarkan  tupoksi yang sesuai dengan bidang mereka. Lantas hal tersebut menciptakan suatu kecemasan dalam masyarakat yang menganggap bahwa pemberitaan tersebut adalah fakta total benar.Â
pemahaman konspirasi sendiri secara gamblang merupakan sebuah asumsi yang dimana belum bisa dibuktikan dan digeneralisasi secara total, pasalnya hal tersebut masih berbentuk rekaan dan asumsi. Parahnya lagi membius masyarakat dengan keterkaitan elite global dan tetek bengeknya yang menambah masyarakat menjadi bingung dan takut yang malah dapat menimbulkan rasa takut yang bisa berdampak kepada kesehatan mereka.Â
Peranan intelektual disini harus bisa lebih beringas untuk bisa memangkas dan mematahkan beberapa statement yang berbau konspirasi nan berdampak bagi kewarasan masyarakat. Intelektual yang mujur dengan mempunyai data dan wawasan yang sesuai dibidangnya diharapkan mampu mencerdaskan masyarakat agar jernih dalam berfikir dan bijaksana dalam mengatasi gejala sosial saat ini.Â