Sang surya mulai bersinar menghangatkan cakrawala dan memberi kesan harmonis bagi para kaum borjuis yang sedang mengamankan diri dari pandemi. Untaian kata mesra yang disampaikan Ayah dan Ibu yang disampaikan  kepada anak-anaknya dengan duduk di balkoni rumah dengan ditemani dengan segelas susu dan beberapa biskuit pengisi sarapan, menambah kuat hubungan kekeluargaan dan pastinya juga mengamankan diri dari pandemi yang mematikan -covid 19.
Serba kecukupan dan selalu bijak mematuhi regulasi pemerintah untuk menghindari wabah ini, telah disiplin dilakukannya sebagai bentuk abdi dan patuh kepada negara.Â
"pak hari ini pada libur, kagak ada kerjaan ini." tanya Rito kepada sang ayah."Iya dik, hari ini kita aktivitas didalam rumah, dikarenakan situasi belum kondusif ada virus yang mematikan itu".Â
"Berarti semuanya pada tinggal dirumah dong pak?"
"Ya, kemungkinan besar pada tinggal dirumah untuk sementara dikarenakan antisipasi dari serangan virus"
"Misal tidak keluar rumah, nanti ayah dapat uang dari mana?"
"Tenang dik, untuk masalah uang kan setiap bulan dapat setoran gaji".
"Oh gitu, yaudah deh pah, aku mau mandi dulu"
Arge dan ayahnya yang bekerja sebagai pedagang retail sayur, yang setiap pagi mulai aktif dari mulai jam 3, untuk menyiapkan beberapa barang dagangan mereka, melihat ayah dan anak yang sedang bercengkerama didepan balkoni dan sangat santai menghadapi kehidupan dengan hidangan yang beraneka macam. Arge yang setiap hari bekerja untuk membantu ayahnya berjualan merenung didalam hati, "Andaikan aku hidup disana, dengan kondisi yang serba kecukupan, dan terjaga segala bentuk kebutuhan akan kesehatan" renunan arge didalam hati.
"Woy! ngalamun apa kamu?" bentak Ayah Arge.
"Eh, tidak pak kurang minum susu ini, eh maksud saya minum air."
"Ayah tahu nak, apa yang kamu rasakan, Bagaimana lagi kita harus berjuang walaupun rawan mati"
Arge yang tetap merenung sembari mendengar ceramah sang ayah
"Tidak usah kau, bandingkan-bandingkan hidupmu dengan orang lain, kita wajib untuk menghadapi hidup ini dengan semestinya, Berjuang, berdoa dan tawakal"
"Tapi pak, pemberitaan yang ada koran, sangat ngeri sekali Arge melihatnya"
"Tidak usah kau takut nak, kita mau mengandalkan siapa lagi?, Uang tidak dicari, tidak akan pernah didapatkan nak, Mau Meminta-minta kepada pemerintah atas jaminan kesejahteraan?. Terlalu praktis, Teruslah bekerja nak, jangan terus berharap kepada negara. secukupnya saja!"
arge berfikir dan sambil merenung di pickup usang tempat mereka berjualan.
 "Pemberitaan di koran kadang menyampaikan egoisme manusia seperti Leviathan, seperti yang pernah disampaikan oleh kawan Ayah."
"Leviathan, apa itu pak?"
"Di ibaratkan seorang raksasa yang lumayan rakus, semuanya diutamakan untuk kepentingan sendiri, bisa kau lihat lah, barang-barang di supermarket mereka beli habis-habisan dengan alasan persiapan stock, tanpa memikirkan orang di sekitarnya."
"Lagi pula penjualan satu minggu ini selalu menurun pak, banyak yang mulai membusuk pula sayuran kita." sambat Arge.
"Maka dari itu, kamu berfikir untuk tetap dirumah sama dengan kamu membiarkan perutmu untuk lapar berkepanjangan, ibarat bom waktu"
"Iya yah, kita harus bekerja sekuat tenaga, disamping itu juga harus menjaga kesehatan, dengan tetap mencuci tangan dan menggunakan masker."
"Begitulah, seharusnya!, ayo kita keliling lagi disini sepi"
Arge dan ayahnya melanjutkan perjalanan untuk keliling kembali menjual dagangan sayuran nya di sekitar kompleks pegawai. Dengan penuh rasa berani dan percaya diri ia tetap menjaga kesehatan dan kebersihan untuk bisa terhindar dari virus. Tidak semuanya manusia hidup dengan penuh kenyamanan layaknya raja, ada golongan lain yang tetap berjuang untuk memenuhi kehidupan mereka ditengah pandemi yang lumayan mematikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H