"Ayah tahu nak, apa yang kamu rasakan, Bagaimana lagi kita harus berjuang walaupun rawan mati"
Arge yang tetap merenung sembari mendengar ceramah sang ayah
"Tidak usah kau, bandingkan-bandingkan hidupmu dengan orang lain, kita wajib untuk menghadapi hidup ini dengan semestinya, Berjuang, berdoa dan tawakal"
"Tapi pak, pemberitaan yang ada koran, sangat ngeri sekali Arge melihatnya"
"Tidak usah kau takut nak, kita mau mengandalkan siapa lagi?, Uang tidak dicari, tidak akan pernah didapatkan nak, Mau Meminta-minta kepada pemerintah atas jaminan kesejahteraan?. Terlalu praktis, Teruslah bekerja nak, jangan terus berharap kepada negara. secukupnya saja!"
arge berfikir dan sambil merenung di pickup usang tempat mereka berjualan.
 "Pemberitaan di koran kadang menyampaikan egoisme manusia seperti Leviathan, seperti yang pernah disampaikan oleh kawan Ayah."
"Leviathan, apa itu pak?"
"Di ibaratkan seorang raksasa yang lumayan rakus, semuanya diutamakan untuk kepentingan sendiri, bisa kau lihat lah, barang-barang di supermarket mereka beli habis-habisan dengan alasan persiapan stock, tanpa memikirkan orang di sekitarnya."
"Lagi pula penjualan satu minggu ini selalu menurun pak, banyak yang mulai membusuk pula sayuran kita." sambat Arge.
"Maka dari itu, kamu berfikir untuk tetap dirumah sama dengan kamu membiarkan perutmu untuk lapar berkepanjangan, ibarat bom waktu"