Menurunnya jumlah pengunjung dikarenakn pandemi virus corona tak pernah mematahkan semangat untuk tetap menghidupi keluarga. "Mati sudah ada yang ngatur mas!, Tuhan pasti tahu kondisi umatnya", Dengan pasrah dan secerah cahaya optimistis tertananam dalam beberapa celotehannya.Â
Bekerja dirumah itu untuk kaum borjuis dan beberapa orang yang bekerja dibawah naungan instansi dan pemerintahan, tidak untuk para pekerja lapangan dan buruh yang harus tetap kerja ditengah-tengah brutalnya pandemi Covid-19.Â
Bagi mereka kaum pekerja dan buruh, pandemi tersebut bukanlah suatu masalah yang menjadi masalah ketika mereka tidak bisa menghidupi keluarga mereka. Mematuhi wejangan pemerintah untuk tetapi dirumah saja, sama saja mematikan diri mereka sendiri.Â
Lantas, harus seperti apa? meminimalisir  sebaik mungkin sebijak mungkin harus bisa ditanamkan kepada masyarakat Indonesia. Untuk kegiatan sakral seperti berkerja harus tetap dilaksanakan dengan syarat memakai beberapa perlengkapan yang sudah disarankan oleh dinas kesehatan untuk bisa menanggulangi virus tersebut.Â
#dirumahaja jangan dimaknai secara pukul rata, harus bisa disesuaikan dengan kondisi sosial dan kebutuhan perindividu, sejatinya setiap masyarakat mempunyai hak yang sama, ya memang sama, tetapi harus bisa dianalisisi secara lebih detail bagi kebaikan mereka. Kerja sangatlah baik, maka harus bekerja dengan diimbangi cek kesehatan yang telah diberikan pemerintah.
Kritik yang diberikan pemerintah seharusnya harus bisa memahami kaum-kaum grassroot, tidak bisa memukul rata, dikarenakan latar belakang dari setiap masyarakat itu berbeda-beda. Pemerintah harus bisa memberikan jaminan kesehatan, jaminan kemakmuran dan jaminan pendidikan bagi masyarakat ditengah pandemi covid-19.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H