Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Heroisme Runtuhnya ISIS dan Harus Pulangnya WNI Eks ISIS

10 Februari 2020   14:56 Diperbarui: 10 Februari 2020   15:15 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Boombastis.com

Terorisme sebagai alat

Beberapa skandal terorisme yang terjadi di dunia mempunyai beberapa problem yang mempunyai keterkaitan dengan negara-negara maju untuk memberikan hukuman ataupun ancaman secara tidak langsung bagi negara yang enggan bekerja sama untuk mematuhi perintah negara Core.  

Perihal tetang terorisme dan keterkaitan dengan negara Adidaya dijelaskan secara gamblang melalui buku who rules the world? karangan Noam Chomsky, tentang strategi bengis untuk menguasai daerah tertentu yang dimana tidak lain melatih kita untuk berfikir secara kritis tentang fenomena hegemoni perhelatan kekuasaan di dunia abad ke 21.

Kasus yang dikutip dalam buku tersebut bahwa terorisme sebagai salah satu modal untuk memberikan peringatan kepada negara-negara yang terkait. Tuduhan dan rasa takut ketika negara-negara berkembang mempunyai kemajuan dalam bidang militer dan pengetahuannya hingga menimbulkan Soelemani merupakan bukit konkrit penghegemonian mengatasnamakan kedamaian bagi perut mereka sendiri. 

Munculnya ISIS sebagai organisasi yang sama-sama mempunyai kepentingan untuk memerangi pemerintah Iran. ibaratkan 2 lawan 1 dalam perbedaan frame, menjadikan negara-negara terkait mengalami kelumpuhan dibeberapa sektor, dan ujung-ujungnya akan berupa pertanggungjawaban dan lobi untuk pengibaran bendera putih tunduk kepada Barat.

Salah satu contoh tentang Mugnief yang tertuduh sebagai dalang segalanya terorisme di tunisia, dan operasi teroris dengan skala besar untuk mencurigai yang malah bisa menambah geseskan yang menimbulkan kepada perpecahan.

Singa yang tertidur 

penguasan pasar global negara tiongkok, berkembangnya masyarakat muslim di Prancis, dan majunya persenjataan Iran menjadi phobia tersendiri bagi negara-negara yang mempunyai peradaban lebih kuat. Bangsa Asia yang terdoktrin sebagai negara berkembang mulai bangkit untuk menghapuskan mindset kuno tersebut. Mereka mulai bangkit untuk mencintai negara mereka yang terfokus pada aspek kebudayaan untuk eksis dan menjadi hebat melampaui negara-negara barat. 

hal ini dikarenakan rasa ghirah untuk memantik negeri mereka sendiri menjadi suatu kekuatan yang orisinil tanpa keterkaitan dengan bangsa lain. Jelas hal ini akan membawa banyak sekali perubahan khususnya dalam kemajuan global. Namun hal ini akan sedikit tidak diterima ketika sistem lama yang telah ada akan terusik keberadaannya. Secara otomatis maka akan menimulkan suatu benturan yang tidak bisa dihindarkan.

Negara-negara yang dicap berkembang, mempunyai potensi untuk menggusur nominasi negara yang selalu unggul dalam perhelatan dunia. Akan tetapi jelas begitu besar rintangan dan usikan dari negara lain ibarat pohon cemara yang tinggi semakin sering diterpa angin.

Bagaimana dengan eks kombatan ISIS asal Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun