Apakah Kamu Mampu Berpura-Pura Menjadi Sang Pangeran Yang Telah Hilang?
Bagi saya, pertanyaan tersebut sangat tepat untuk menggambarkan keseluruhan isi novel ini. Novel yang bertema kerajaan dan perebutan tahta raja ini menarik perhatian saya ketika pertama kali melihat sinopsisnya. Maka dari itu, kini saya ingin menuliskan resensi novel 'The False Prince' karya Jennifer A. Nielsen dan kesan saya terhadap novel terjemahan ini.
Identitas Buku
- Judul : The False Prince
- Pengarang : Jennifer A. Nielsen
- Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
- Tahun Terbit : 2013
- Cetakan Kedua : Mei 2018
- Tebal Buku : 392 halaman, 20 cm
- Harga Buku : Rp 88.000 (harga Pulau Jawa)
Pembukaan
Buku ini merupakan buku terjemahan dari New York, Amerika Serikat. Buku ini ditulis oleh Jennifer A. Nielsen untuk ibunya. Dalam halaman pertama, Jennifer menuliskan ucapan rasa terima kasih kepada ibunya akan semua hal hebat yang sudah dia teladani dari ibunya.
Novel 'The False Prince' sebenarnya merupakan novel pertama dari seri 'Ascendance Trilogy', yang ceritanya berputar kepada kehidupan Sage sang tokoh utama. Sampai saat ini, sudah ada sekitar 4 novel yang dia terbitkan, yaitu 'The False Prince', 'The Runaway King', 'The Shadow Throne', dan terdapat satu novel lagi yang sudah dirilis, yaitu 'The Captive Kingdom'. Jadi, mungkin dapat dikatakan bahwa seri ini bukan lagi sebuah trilogi.
Novel ini dapat menarik perhatian saya karena sinopsis pada bagian belakang buku yang dibuat seringkas dan semenarik mungkin, serta memiliki tema kerajaan yang menjadi favorit saya. Karena itulah, akhirnya saya membeli buku ini, dan setelah selesai membacanya, saya tahu bahwa saya tidak menyesal membelinya.
Sinopsis
Novel ini dibuka dengan kehidupan Sage, seorang pencuri kecil di sebuah kerajaan yang menjalani kehidupan sehari-harinya dengan keras. Dia tinggal di panti asuhan yang sebenarnya sudah tak layak, sampai suatu hari dia bertemu seorang bangsawan kerajaan, Conner, saat tengah mencuri daging.
Conner membawa Sage bersamanya, dan nyatanya bukan hanya Sage saja yang dibawa, namun juga 3 anak laki-laki lain yang seumuran dengannya dan memiliki penampilan yang mirip, namun berasal dari panti asuhan yang berbeda-beda.Â
Conner memberi tahu keempatnya bahwa tujuannya mengumpulkan mereka adalah untuk menjadikan salah satu dari mereka sebagai pangeran yang sudah hilang bertahun-tahun yang lalu. Dalam kata lain, membuat mereka berpura-pura berperan sebagai pangeran tersebut agar dapat menduduki tahta kerajaan.Â
Sage yang cerdas langsung menyadari bahwa Conner memiliki maksud tertentu yang berbahaya, namun ia tidak bisa menolak karena suatu alasan. Oleh karena itu, Sage bersama anak laki-laki lain yang dibawa oleh Conner pun terpaksa menjalani kehidupan secara sembunyi-sembunyi di kediaman megah milik Conner, mempelajari segala hal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pangeran.Â
Nyatanya, bukan hanya pelajaran tata krama ataupun kemampuan berpedang yang Sage dapatkan selama masa pendidikan itu, melainkan puluhan rahasia gelap lainnya yang selama ini disembunyikan Conner dan pihak kerajaan darinya.
Di akhir, ketika waktunya tiba, salah satu dari mereka yang dirasa paling sempurna akan dipilih untuk menjadi pangeran. Sage sadar bahwa hanya ada satu cara supaya ia bisa bertahan di dalam permainan yang penuh kebohongan dan kelicikan ini. Ia harus menjadi pangeran yang dipilih ... karena kalau tidak, dia akan dibunuh.
Ulasan Singkat
Secara keseluruhan, tanpa ada maksud untuk melebih-lebihkan, saya sangat menyukai buku ini. Buku ini bisa berada di urutan teratas dalam daftar novel fiksi yang saya sukai. Tema yang menarik, tokoh yang cerdik dan gigih, alur cerita yang kompleks dan tidak mudah ditebak, membuat saya tidak bisa berhenti membaca hanya di satu halaman saja.
Selalu ada bab-bab baru yang membuat saya penasaran akan kelanjutan ceritanya. Sejauh yang saya ingat, saya berhasil menyelesaikannya dalam kurun waktu sehari semalam saja. Ada banyak plot twist yang dapat saya temukan dalam novel ini, dan karakter utama yang cerdas serta pemberontak seperti Sage pun membuat daya tarik novel ini semakin meningkat.
Bagi saya, Sage adalah karakter yang sangat menarik meski bersifat manipulatif. Dia cerdas dan tidak akan membiarkan satu orang pun mengendalikan dirinya, bahkan sekalipun itu orangtuanya sendiri. Meski begitu, kadang sifat pemberontaknya itulah yang membuatnya sering terjebak dalam masalah.
"Yang aku tahu adalah dia tidak akan mendapatkan batu itu, bahkan jika nyawaku tergantung kepadanya." (The False Prince, hal. 154)
"Kalian berdua sangat tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh yang lain. Conner menginginkannya karena kau menginginkannya, dan kau menginginkannya untuk menentang Conner. Jika kau pikir pertengkaran ini membuktikan sesuatu, kau salah." (The False Prince, hal. 161)
Secara keseluruhan, bukan hanya Sage, namun seluruh tokoh yang berada di novel ini memiliki kisah dan daya tariknya sendiri, membuat saya mau tidak mau terkadang merasa bingung untuk menentukan siapa penjahat yang sebenarnya. Suasana menegangkan dan aura keserakahan para tokoh untuk berkuasa pun sangat terasa dari setiap dialognya.
"Veldergrath adalah orang terakhir yang ingin melihat Pangeran Jaron kembali. Kalau dia menemukan kita, kita semua akan mati." (The False Prince, hal. 248)
"Yang kuinginkan, Sage, supaya kau menuruti kehendakku. Jika aku menyuruhmu lompat ke jurang, aku mau kau meloncat. Jika aku menyuruhmu berenang ke laut dalam, aku mau kau berenang. Aku mau kesetiaan, hormat, dan kepatuhanmu." (The False Prince, hal. 154)
Kelebihan Buku
Dari segi penggunaan bahasa dan EyD, menurut saya tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Karena berlatar kerajaan, maka jenis bahasa yang digunakan disini cukup baku. Ejaan dalam novel pun juga tepat dan sesuai kaidah yang ada.
Dari segi alur, novel 'The False Prince' ini dikemas dengan alur yang menarik. Ada beberapa alur yang terasa maju-mundur untuk menambah bumbu-bumbu misteri dalam cerita, meski begitu cerita tetap dapat dimengerti dengan baik. Ditambah beberapa plot twist yang tidak terduga pada akhir bagian novel, membuat pembaca merasa seperti sedang menaiki roller coaster saat membaca novel ini.
Dari segi penokohan, menurut saya digambarkan dengan sangat jelas. Baik tokoh yang cerdas, licik, baik hati, angkuh, serakah, dan lain-lain, dapat ditangkap dengan jelas oleh pembaca lewat adegan maupun dialog yang diucapkan karakter itu sendiri.Â
Dari segi latar, sebagian besar latar yang digunakan adalah tempat kediaman Conner dan kastil kerajaan. Latar suasana yang menegangkan pun juga dapat digambarkan dengan baik , terutama dalam setiap adegan kompetisi antara anak-anak pilihan Conner agar bisa menjadi pangeran yang terbaik.
Kelemahan Buku
Sayangnya, novel ini pun juga memiliki beberapa kelemahan tersendiri. Dari segi cover, menurut saya pribadi, cover yang digunakan untuk novel ini kurang menarik perhatian. Saya lebih menyukai cover yang asli (cover yang digunakan untuk dijual di Indonesia berbeda dengan cover buku yang asli).
Kemudian dari segi penggunaan bahasa, meski sudah sesuai dengan ejaan yang tepat, namun ada beberapa bahasa yang terkesan berat dan cukup sulit dicerna apabila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, sehingga membuatnya sulit dinikmati kalangan remaja.
Penutup
Secara keseluruhan, novel 'The False Prince'Â karya Jennifer A. Nielsen ini sangat bagus dan memiliki alur yang tidak terduga. Setiap tokoh pun dapat digambarkan dengan baik dan terkesan misterius, membuat kita bertanya-tanya mengenai apa yang sebenarnya direncanakan oleh setiap tokoh, bahkan oleh tokoh utama itu sendiri. Novel ini sangat cocok bagi mereka yang menyukai cerita dengan latar kerajaan dan memiliki bumbu-bumbu misteri, thriller, ataupun drama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H