Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, "Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan. Pada saat itu para pendusta dibenarkan sementara orang jujur ditolak. Pengkhianat dipercaya sementara orang yang dapat dipercaya dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah akan berbicara." Â Seseorang bertanya, "Apa yang dimaksud dengan Ruwaibidhah?" Nabi menjawab, "Orang bodoh yang mencampuri urusan publik" (HR Ibnu Majah).
Sabda kenabian, atau nubuwwah, telah terjadi pada saat ini, dan buktinya dapat divalidasi.Â
Ketiga, etos. Etos secara harfiah berarti sikap, kepribadian, watak, dan karakter. Dalam hal keberhasilan dakwah, seorang dai harus memiliki sikap, kepribadian, watak, dan karakter ini agar pesan dakwahnya dapat dipercaya oleh audiens.
Secara moral, dakwah harus membujuk bukan mengejek; mengajak bukan menghardik; merangkul bukan memukul; mengasihi bukan menyaingi; mendidik bukan mengejar; membina bukan menghina; membela bukan mencela; dan memberi bukan menerima.
Dalam khotbahnya, Nabi memberi kekayaan, bukan menerima. Beliau mengajarkan kita untuk beralih dari kaya menjadi miskin. Ketika Nabi berkhotbah di Thaif, malaikat menyuruhnya untuk memukul mereka. Nabi dilempari batu hingga berdarah, namun akhirnya beliau memilih untuk memeluk mereka.
Pathos, logos, dan etos yang digunakan Nabi dalam khotbahnya masih dapat diterapkan hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H