Mohon tunggu...
Aiiury
Aiiury Mohon Tunggu... Lainnya - Dwi Ayunita Lestari

Instagram : @_ayy.nta Digital Marketing & Content Creator, menulis untuk review film, musik dan travel, tips&trik, Korean Wave, kesehatan dan shopping.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Flower Dating

8 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 9 Desember 2023   21:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Ada masanya deringan telfon pukul 6 pagi membuat seseorang terjatuh dari tempat tidurnya, belum lagi suara melengking dalam telfon berteriak kencang sekali hingga membuat kaca jendela tiba-tiba retak dan pecah. Setelah segala bencana itu datang, tiba saatnya memberikan laporan panjang dan lengkap tentang kemana saja pacarnya ini berkelana, dimana dan dengan siapa, serta dengan maksud dan tujuan apa. Semua harus dijawab dengan lancar tanpa adanya celah, jika tidak piring terbang bisa saja akan melayang karena satu kebohongan kecil mulai terdeteksi olehnya.

            Paling melelahkan jika datang hari minggu. Ketika fisik telah lelah dengan rutinitas pekerjaan, pikiran telah jenuh dengan tumpukan deadline, seharusnya hari minggu adalah hari dimana aku bisa bersantai, tergulai di atas kasur empuk ditemani santapan indomie goreng original sembari menikmati siaran kartun Spongebob pagi hari. Apakah semua itu akan terjadi? Tentu tidak. Aktifitas hari minggu pagiku tidak lain adalah menemani jadwal padat dia, sang nyonya besar. Mulai dari menemani kegiatan dia lari pagi, belanja sayur, ketemu yati lalu menghibah, beli whiskas, mampir ke toko sebelah hilir mudik ruang ganti mencoba baju satu kontainer, lalu pulang tidak membeli apa-apa, menemani kucing pup lalu membersihkan kotorannya, semua menjadi hal yang wajib untuk dituruti.

            Bencana lainnya pun datang, suara kelontang kuali terjatuh dari lantai mulai terdengar. Itu berarti bos besar akan segera tiba dan kami semua akan terlihat sibuk hari ini. Membersihkan rumah, memasak, mencuci horden, membersihkan atap rumah, selokan sampah, menyetrika baju kondangan, baju arisan, baju dasternya bos dan yang paling utama menyiapkan peralatan bercocok tanam mulai dari tanah, pot, sekop, ember, pupuk, cacing, jangkrik karena hobinya mengoleksi tanaman hias. Terakhir kali dia pergi ke negeri cina untuk membeli beberapa bunga dengan harga ratusan juta dan berkat tanaman itu pula kami sekeluarga harus ikut merawat dan menjaga bunga itu karena jika hilang, tamatlah riwayat kami.

            Semua orang dirumah ini bergantian menjaga bunga kesayangan nenek. Hari senin sampai rabu jadwalnya ibu dan ayah, hari kamis jadwalnya si susik, hari jumat sampai minggu waktunya giliran aku dan mak lampir Yena yang menjaga bunga itu. Dua hari sudah aku mengambil jatahku kini giliran si mak lampir itu yang menjaganya, namun tiba-tiba saja dia mengubah rencana. Dia kembali membuatku menjaga bunga itu dan merusak rencanaku untuk kencan bersama si nyonya besar Nina. Padahal jadwalku pergi bersamanya sudah aku rencanakan beberapa minggu lalu dan butuh waktu lebih bagiku untuk berbaikan dengannya dan inilah kesempatanku untuk kembali jalan bersama Nina pasca kami bertengkar hebat waktu itu.

 “eh bocil..” teriak Yena memanggilku dari pintu kamar berusaha menghalangiku yang hendak kabur.

“eh, maksudnya Revan adik kesayangan kakak, kamu  lagi ngak sibukkan? Kamu pasti punya banyak waktu luang. Nah, kalau begitu tolong jaga bunga ini baik-baik. Tapi ingat ya, bunga ini bunga kesayangan nenek. Ini bunga mahal! Aduh kalo hilang bisa bahaya. Ini bunga seharga apartemen tujuh lantai, kamu ngak akan mampu nyelengin uang sebanyak itu. Kamu pahamkan maksud kakak ?” cetus Yenna berbicara dengan nada lembut namun dengan tatapan mata yang tajam seolah mengancamku untuk menerima permintaannya.

“tapi, aku ngak bisa. Aku ada kencan hari ini.” ucapku menjawab dengan lugas.

“batalin!” ucap Yenna dengan acuh.

“apanya?” tanyaku kebingungan.

“kencan.” Memalingkan pandangan ke arah smartphone yang aku genggam dengan layar isi panggilan telefon dari Nina yang terus bordering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun