Mohon tunggu...
Geyonk
Geyonk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga 62

Photomood, Saya dan kopi hitam .:: IG::.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Cara Belajar Cahaya Buatan dengan Sederhana

12 Juni 2020   07:01 Diperbarui: 13 Juni 2020   04:13 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tombol kecil di kepala yang harus kita tekan untuk 'mereset' cara kita melihat cahaya, karena cahaya sesuatu yang umum maka kita menjadi biasa saja.

Yang harus kita lakukan adalah sama seperti Archimedes, Newton, Benjamin Franklin, bahkan seperti nenek moyang kita homo sapiens tentu tidak perlu sampai seperti mereka, namun setidaknya memberikan atensi khusus dari hanya sekedar melihat, kemudian naik menjadi memandang dan berakhir pada mengamati.

Borobudur--dokpri
Borobudur--dokpri
Seperti pada foto ini, diambil pada tahun yang sama, di tempat yang sama, waktunya saya kira mirip-mirip (dimana kabut masih bersemayan di bawah candi), hanya bergeser beberapa langkah dari frame ini seorang Hangki Koentjoro bisa menjadi Juara dunia kontes foto, memang kameranya bumi langit sih, apsc dengan medium format. Bukan itu yang saya maksud, hasil pengamatan atau mengamatilah yang kemudian melahirkan sebuah mahakarya.

Ngelmu Titen dan teori balon
Kembali ke artificial light,  Cahaya buatan ada 2 jenis, continues light dan strobe light. Dengan cahaya buatan akan bisa membuat kita mampu mengontrol cahaya itu sendiri, mengontrol quantity of light, mengontrol quality of light, mengontrol direction of light dan mengontrol color temperature of light.

Realitasnya, bahwa ada teori disana;  exposure Compensation(EV), guide number (GN), watt-second (WS), intensity(quantity of light) yang menggunakan prinsip inverse square law, flash duration, sync speed, second curtain(slow sync speed), High speed sync.

Logika relatifitas sumber cahaya terhadap obyek, jenis obyek; metalik, transparan dan netral, metalik dan transparan cenderung memantulkan refleksi spekular (specular reflection) dan obyek netral akan memantulkan refleksi difusi (diffused reflection). 

Ada how to; feather light, light shaping, light modifier. Untuk itu yang pertama harus kita lakukan kemudian adalah mencari tahu agar bisa paham, untuk paham kita bisa buka mata, buka telinga,  sadari ada realitas, pelajari lalu ikuti.

cahaya pada objek--dokpri
cahaya pada objek--dokpri
intensitas cahaya--olah pribadi
intensitas cahaya--olah pribadi
Terlihat saya hanya menulis sangat normatif, memang benar. Ada rasa sungkan dalam hati dan tidak elok rasanya bila saya yang sepanjang hidup hanya mendapatkan nilai 6 maksimal dalam matematika dan nilai 5 maksimal dalam fisika mengajarkan rumus dan hitungan semua diatas. Ada tanggung jawab moral jika kemudian yang membaca tulisan ini menjadi 'tersesat' bukan tercerahkan. Karena teori tidak boleh salah. 

Namun bila saya harus menjelaskan "ala saya" bagaimana cara mempelajari itu semua yang notabene penuh hitungan dan rumus, jawabannya satu 'niteni'. Sama seperti  Newton yang niteni apel jatuh, Archimedes yang niteni air tumpah dari 'bathup', Benjamin Franklin yang niteni petir, atau bahkan sama dengan nenek moyang kita homo sapiens niteni lingkungannya dalam usaha untuk berkembang dan bertahan hidup. 

Tentu Lebih lambat progresnya dibanding menuntut ilmu, karena kita hanya niteni. Teori balon kita butuhkan untuk tetap terus berusaha, sama seperti balon yang ditiup jika kemudian kita pencet pada satu sisi akan menggelembung pada sisi lainnya, jadi saat kita menemukan hambatan lupakan sejenak, alihkan pada pembelajaran yang lainnya.

Ada FAQ sederhana...
Mulai dari mana? Menurut saya yang pertama adalah hadirkan dulu cahaya buatan. Beli? Yah tidak selalu yang penting ada dulu, bisa pinjem, bisa rental. Pilih yang mana? Saya rasa yang bisa menjawab anda sendiri mau kemana, akan selalu ada kelebihan dan kekurangan. Jika masih bingung bisa melihat kebelakang atau melihat kembali koleksi foto-foto lama di HDD. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun