Mohon tunggu...
Geyonk
Geyonk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga 62

Photomood, Saya dan kopi hitam .:: IG::.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Cara Sederhana Membuat Lampu Darurat

3 Februari 2020   02:56 Diperbarui: 12 April 2021   10:35 3993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya karena resah listrik di tempat saya tinggal sering kali terjadi pemadaman itu di luar pemeliharaan jaringan dan faktor cuaca ekstrem, seperti dalam kurun dua mingguan ini sudah tiga kali mati listrik dini hari hingga subuh. Bukan masalah besar sebenarnya, hanya saja jadi tidak nyaman saat stok lilin tidak ada.

Baca Juga: Selain Subsidi Listrik Gratis dari PLN, Kita Juga Tetap Bisa Berhemat

Akhirnya dari pada nyetok lilin terus mending punya sesuatu yang bisa diandalkan saat terjadi pemadaman listrik, pilihan ada dua kemudian beli atau DIY (do it your self) alias bikin sendiri.

Namun setelah dipikir-pikir, akhirnya saya putuskan mempunyai dua-duanya, jaga-jaga jikalau hasil dari DIY tidak bisa digunakan. 

Awalnya bingung bagaimana cara membuatnya, karena jujur 'nol putul' masalah elektonika, payah di matematika dan dulu benci fisika, untung hari ini ada internet cukup mengetikkan beberapa kata di kolom pencarian pada peramban hasilnya ada ratusan cara. 

Singkat cerita kita perlu tiga komponen utama, batere sebagai sumber listrik, komponen elektronika, dan lampu, kemudian dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi sumber penerangan mandiri/alternatif. 

baterai menjadi salah satu komponen membuat lampu darurat | dok.pri
baterai menjadi salah satu komponen membuat lampu darurat | dok.pri
Batre jenis AA yang rechargeable tadinya menjadi pilihan utama, namun akhirnya batal karena hanya punya sediki dan batre ini juga sudah mempunyai tugas yang lebih penting yaitu menghidupi speedlight saya, pilihan selanjutnya adalah lipo, karena punya stock banyak dari bekas hape yang sudah tidak bisa dipakai.

Tapi setelah dipikir-pikir saya tidak jadi memakainya karena takut, tidak adanya pengalaman dibidang elektronika ditambah batre lipo yang gampang melembung, akhirnya pilihan jatuh pada batre lithium-ion, yang berjenis 18650.

Selain membeli, kita bisa dengan mudah menemukan batre 18650 ini, powerbank, battery pack pada laptop maupun powertools yang cordless.

baterai laptop | dok.pri
baterai laptop | dok.pri
deskripsi spesifikasi baterai | dok.pri
deskripsi spesifikasi baterai | dok.pri
baterai yang dibongkar | dok.pri
baterai yang dibongkar | dok.pri
isi baterai yang dibongkar | dok.pri
isi baterai yang dibongkar | dok.pri
Walaupun bekas pakai dan secara umum batre laptop ini sudah tidak berfungsi, kita masih bisa menemukan beberapa batre 18650 yang masih bagus di dalamnya karena banyak faktor.

Yang biasanya terjadi adalah, salah satu 18650 memang rusak dan kebetulan berada dalam rangkaian seri, maka BMS(battery management system)nya menganggap semua batre rusak. 

Kedua, BMSnya rusak karena terjadi situasi tertentu, misalnya jaringan listrik tersambar petir, kebetulan sedang di-charge, atau terjadi short pada laptop. Terakhir, BMS-nya mempunyai sistem hitung mundur sesuai datasheet batre 18650 yang di atas kertas maksimal recycling-nya 500 kali.

berbagai merek baterai |dok.pri
berbagai merek baterai |dok.pri
Bagaimana kita tahu bahwa batre itu masih bagus tanpa menggunakan perangkat alat ukur khusus hanya berdarahkan ilmu 'titen'? Simpel, pertama kita ukur dulu tegangan-nya, batre yang masih bagus mempunyai voltase tidak kurang dari 3.2 volt, saat pertama kali kita ukur dengan avo meter atau multi meter.

sisihkan bila seperti ini | dok.pri
sisihkan bila seperti ini | dok.pri
Kemudian di-charge dengan low charge, jika dalam proses low charge ini ada batre yang panas ambil dan sisihkan karena mungkin cell-nya mungkin memang sudah rusak.

Jika sudah full charge di 4.20 V, silahkan dipakai sampai habis, ulangi proses, charge dan discharge sampai kurang lebih 5 kali, dan yang ke-enam charge  sampai penuh kemudian simpan, kira-kira sampai 7-10 hari. 

Kemudian kita ambil batre dan ukur kembali voltasenya, batre yang masih baik akan tetap 4.20 Volt atau toleransi sampai 4 Volt. Kira-kira begitulah cara ilmu bodoh-nya untuk mengetahui kondisi batre yang kita miliki. 

bobot baterai | dok.pri
bobot baterai | dok.pri
Bagaimana jika kita membeli baru bagaimana melihatnya? Ada dua, pertama lihat datasheet dimana disana ada semua data yang kita perlukan.

Bobot, tidak pernah kurang dari 40 gram (atau mendekati dengan datasheet), jika kurang dari itu mungkin tidak begitu bisa diajak perang(mungkin lho).

datasheet lgchem
datasheet lgchem
Pasti ada perasaan kecewa saat batre yang kita bongkar dari battery pack, menunjukkan 0 Volt hingga mencari tahu bagaimana menghidupkannya kembali anda tidak sendirian.

Saya pun merasa begitu dan berusaha mencari tahu bagaimana cara 'menghidupkan'nya kembali, caranya cukup mudah tinggal menekan lempeng pengaman CID (current interrupe device) agar terhubung dengan kabel/plat positif kembali.

buletin nasa | nasa.gov
buletin nasa | nasa.gov
18650 bisa dikatakan mempunyai kemampuan 'bunuh diri' karena ada 2 pengaman yaitu PTC dan CID, ketika batre melakukan harakiri, kemungkinan karena terjadi sesuatu yang tidak bisa di tangani lagi dan ini dilakukan demi keamanan.

Maka jika anda ingin menghidupkannya kembali (baca:reset CID) sebaiknya pikir-pikir dulu.

reset baterai |dok.pri
reset baterai |dok.pri
18650 walaupun aman, pada maskapai penerbangan masuk kategori dangerous goods, maka jika ingin membeli online biasanya dibatasi 4 buah saja.

Lanjut, kemudian kita membicarakan lampu-nya, disini saya memilih LED ada dua jenis LED yang saya pesan, led jenis strip (fleksibel) dan led jenis rigid/batang.

led |dok.pri
led |dok.pri
Rigid |dok.pri
Rigid |dok.pri
strip |dok.pri
strip |dok.pri
tes nyala |dok.pri
tes nyala |dok.pri
nyala |dok.pri
nyala |dok.pri
Kedua led ini sebenarnya cukup terang, namun kadar terangnya sulit terbaca jika hanya melihat gambar. Pada led batang satu batangnya 1.5 watt, dan pada led strip satu meternya 14.4 watt, satu meter ada 60 led, dapat dipotong per 5 cm.

Jika penasaran kadar terangnya saya coba ukur, walaupun tidak memakai lux meter yang fisik, hanya lux meter via aplikasi.

pengukuran ala kadarnya.
pengukuran ala kadarnya.
Kemudian yang terakhir yaitu komponen elektronikanya. Beruntung hari ini, micro controller dan micro processor sudah terkenal hingga berimbas pada komponen-komponen elektonika yang ada.

Kita tidak lagi merangkai komponen satu persatu, melainkan komponen ini sudah terangkai dalam bentuk modul.

komponennya | dokpri
komponennya | dokpri
Mari kita rakit diagramnya seperti ini, pertama adalah modul charger, kemudian batre, step up(boost) dan terakhir led-nya.

skema diagram | dokpri
skema diagram | dokpri
skema2 | dokpri
skema2 | dokpri
Skema dua ini jika ingin merasakan off grid, yah tentu saja versi mini. Skemanya, photovoltaic atau panel surya, kemudian step up, masuk ke modul charger, batre dan led.

Photovoltaic-nya cukup sensitif, tidak perlu dengan sinar matahari sudah menghasilkan voltase.

kena sinar matahari | dokpri
kena sinar matahari | dokpri
tidak terpapar sinar matahari | dokpri
tidak terpapar sinar matahari | dokpri
Saatnya menyolder, safety first jangan lupa. Apalagi pertama kali menyolder, pengalaman buruk saya akibat takut memegang kabel terlalu dekat dengan ujung solder (takut kena panas), memegangnya agak jauh.

Kabel ini sangat fleksibel, saat tertekan ujung solder dan ujung solder kita tarik menjauh kabel bisa melentingkan timah yang masih cair akibat panas... panasnya kena kulit lebih panas dari tersundut rokok.

pelindung mata | dokpri
pelindung mata | dokpri
Ah, ketinggalan satu komponen penting, saklarnya. Kali ini kita tidak menggunakan tombol on/off yang biasa tapi menggunakan sensor, yaitu sensor efek hall.

sensor datasheet
sensor datasheet
Saya cari di toko-toko online tidak ada yang menjual sensor ini yang mempunyai 4 kaki, rata-rata hanya 3 kaki, maka dari itu terpaksa mengambil dari kipas/fan komputer.

penampakannya | dokpri
penampakannya | dokpri
hall efek sensor | dokpri
hall efek sensor | dokpri
sudah jadi | dokpri
sudah jadi | dokpri
saklarnya | dokpri
saklarnya | dokpri
tes fungsi | dokpri
tes fungsi | dokpri
Sukses tes | dokpri
Sukses tes | dokpri
Untuk mengaktifkannya, kita hanya perlu magnet. Karena sensor ini akan mendeteksi medan magnet.

Siapkan kotak, maka lampu darurat ini siap digunakan.

Baca Juga: Di Jerman Menyalakan Lampu Darurat Semena-mena Bisa Kena Tilang!

PLUS-PLUS
Tambahan, kita bisa menggunakan ini sebagai light box, yang artinya bisa sebagai alat penerang bila ingin tracing gambar, bisa sebagai backlit untuk negatif film bila tidak ada scanner.

Bisa sebagai continues light untuk snapshot walaupun tidak disarankan bila ingin akurat, karena CRI (color rendering index)nya rendah (yang saya beli).

CRI rendah | dokpri
CRI rendah | dokpri
Bisa diliat pada foto diatas, ketika WB (white balance)-nya dibenarkan, skintone akan menjadi hijau kekuning-kuningan.

Dan ++ yang terakhir, bisa sebagai bukti eksistensi yang manis. Hanya perlu foto/digital print, lem CA, selembar acrylic(ukuran sesuai box)

Lem CA | dokpri
Lem CA | dokpri
narsistik | dokpri
narsistik | dokpri
Jenis kertas | Dokpri
Jenis kertas | Dokpri
Saya lebih suka kertas foto dari pada art paper.
Kawai | dokpri
Kawai | dokpri
Beli Jadi | dokpri
Beli Jadi | dokpri
Seperti diawal tadi, saya memutuskan menggunakan 2 metode, beli dan bikin. Ini adalah produk yang saya beli. Walaupun proyek akhir pekan ini mungkin sangat simpel, tapi bagi saya yang baru memasuki dunia persolderan, membutuhkan waktu lebih dari 5 jam untuk membuatnya.

Mungkin ide yang bagus untuk detok gawai.
Bagaimana apakah kurang menantang?

my little guy | dokpri
my little guy | dokpri
Jika kurang, mungkin besok saya coba menghidupi 'my little guy' ini dengan 18650.

Baca Juga: 3 Pelajaran Terbaik Krisis Mati Lampu di Texas untuk Orang Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun