Koordinasi Antara Mata, Otak dan Tangan. Dalam menjalankan sebuah permainan, koordinasi antara ketiganya akan terlatih, mata sebagai penangkap visual akan meneruskannya pada otak yang kemudian dianalisis sehingga bisa menjalankan perintah bagi tangan untuk bertindak. Anda boleh tidak percaya, hari ini di negara-negara maju, para dokter bedah, para pilot baik sipil maupun militer, para prajurit yang akan maju dalam medan perang mempunyai porsi khusus pelatihan dalam bentuk game simulator. Karena para pengambil keputusannya percaya bahwa game akan meningkatkan kemampuan untuk bertindak tepat, menjalankan strategi, fokus, antisipasi, akurasi, serta pengambilan keputusan serta resiko dalam berbagai macam situasi yang penuh tekanan.
Manajemen Sumber Daya. Game-game seperti Simcity, Age of Empire, dan game-game jenis tycoon membutuhkan kemampuan mengolah sumber daya yang ada sehingga bisa bertahan, den berkelanjutan.Â
Pengambilan Hipotesis, Ketekunan, Bagaimana Menanggapi Tantangan, Bagaimana Menghadapi Frustasi. Setiap game akan mempunyai tingkat kesulitan yang bertingkat, dan harus dilalui tahap demi tahap, kemampuan untuk mengambil hipotesa akan sebuah tantangan akan berkembang dengan alami dalam game. Manajemen frustasi juga dengan sendiri akan terbentuk. Karena ketika anak-anak dewasa kelak, hidup ini membutuhkan, kesemua itu.
Jadi Positif Sebuah Game
- Mengakrabkan diri dengan teknologi, tanpa mengenal teknologi kita akan ketinggalan jaman.
- Game juga proses belajar. Belajar untuk segala hal yang baru.
- Game akan selalu membuat kita kreatif dalam setiap tantangan, masalah, serta kondisi yang ada.
- Game akan meningkatkan kepercayaan diri. Karena ketika berhasil menyelesaikan suatu misi, akan membuat bangga.
Jika semua itu membuat hal-hal yang baik, kenapa para orang tua masih khawatir? Dalam logika saya, ketakutan serta kekhawatiran itu tidak perlu sampai menyalahkan sebuah game dan dalam hal ini juga teknologi. Di luar sana, para pembuat kebijakannya telah bekerja keras untuk memuat kebijakan yang sangat berguna unutk memberikan batasan-batasan yang tepat, antara lain rating game, screen time dan himbauan temani anak bermain game.
Rating diberikan untuk sebuah game dapat dimainkan anak-anak sesuai dengan usia, screen time adalah batasan waktu tiap harinya, untuk anak bisa berhubungan dengan segala jenis layar display, mulai dari tv, layar komputer, hingga tablet dan smartphone. Terakhir, temani anak-anak dalam bermain, ini diharapkan bisa membangun sebuah hubungan yang sehat, erat dan intim dengan anak-anak. Memberikan arahan dan bimbingan tanpa kesan menggurui. Jadi ketika kita sendiri abai dan tidak menjalankan akan segala batasan itu, apakah masih bisa berpikir game itu sebuah virus yang harus disingkirkan?
Saya punya satu pertanyaan yang membuat saya galau, seberapa merusakkah game dibandingankan dengan sinetron? Mungkin ada yang bisa memberikan sebuah jawab?
Akhir kata, phobiamu bukan untukku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H